Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6. Terpaksa menikahimu

"Kamu ... tidak memakai pakaian dalam?" goda Taka yang sontak membuat mata Kaguya membelalak, lalu beralih menatap dadanya.

Jubah dalamnya yang longgar terbuka dan separuh dadanya terlihat. Karena kegerahannya, dia tidak mengenakan pakaian dalam di balik jubah dalamnya.

Kaguya dengan cepat menarik kerah jubah dalamnya dengan kedua tangannya.

Sedangkan Taka memanfaatkan keadaan bingungnya untuk memasuki kamar dan berbaring di tempat tidur.

"Oniisan, turunlah dari tempat tidur!" ucap Kaguya dengan kesal.

Kaguya melangkah ke tempat tidur dan ingin menarik Taka dari tempat tidur, tapi pria itu malah tertawa dan berguling menjauh dari jangkauannya di tempat tidur.

"Nona, apakah Anda benar baik-baik saja?" pelayan yang sama bertanya lagi dari luar kamar.

Kaguya menutup mulutnya, tapi Taka duduk di tempat tidur dan menariknya ke tempat tidur. Dia memeluknya dan tersenyum cabul.

"Aku menantangmu untuk berteriak," bisik Taka dan meniup telinganya.

Wajah Kaguya menjadi merah padam. Untungnya saat itu malam yang gelap. Pria itu akan mengejeknya sampai mati jika dia bisa melihatnya memerah.

Namun, tanpa diduga tangan lebar Taka mengelus pipinya.

"Pipimu panas," bisik Taka lagi. "Apakah kamu malu?"

Tanpa membalas lagi, Kaguya mencengkeram lengan Taka dan menggigit tangannya.

"Ah!" Taka berteriak.

Mulut Kaguya tidak mau melepaskan tangannya sehingga Taka menggunakan tangannya yang bebas untuk meremas pantatnya, tapi ketika dia hendak meremas pantat Kaguya, dia secara tidak sengaja menekan salah satu titik akupunktur di pinggangnya.

Niat Taka awalnya adalah untuk meremas pantat Kaguya agar dia menggunakan kedua tangannya untuk melepaskan tangannya dari pantatnya, dan mulutnya akan melepaskan tangannya, tapi dia tidak menyangka dia mendapatkan daging di pantatnya sejak terakhir kali dia melihatnya.

Sementara itu karena sang pelayan tidak mendengar jawaban majikannya dan takut terjadi sesuatu yang buruk kepada majikannya. Pelayan itu dengan cepat mendorong pintu kamar hingga terbuka.

Taka bereaksi lebih cepat dan menurunkan tirai manik-manik tempat tidur.

Pelayan itu memasuki ruangan gelap dan dia tidak bisa melihat dengan jelas di balik tirai manik-manik.

"Nona, apakah kamu baik-baik saja?" pelayan itu kembali bertanya. "Mengapa ada suara-suara aneh yang keluar dari kamarmu?"

Setelah Kaguya pulih dari keterkejutannya, dia melirik Taka yang saat ini bersembunyi di tempat tidur di sebelahnya.

"Bukan apa-apa," kata Kaguya. "Aku sedang memukul nyamuk."

Plak ... plak.

Kaguya memukul lengan Taka untuk menunjukkan cara memukul nyamuk kepada pelayannya.

Setelah sang pelayan memastikan majikannya baik-baik saja, dia berbalik, melangkah keluar dan menutup pintu ruangan.

"Huft, hampir saja," kata Taka dengan lega. "Dia hampir menemukanku di tempat tidurmu."

Kaguya tertawa. "Hahaha ... Oniisan, ternyata kamu juga tahu bagaimana rasanya takut?"

"Tentu saja aku takut," goda Taka. "Jika dia menemukanku di tempat tidurmu maka besok dia akan menyebarkan desas-desus bahwa setiap kali nona pertama kediaman perdana menteri merasa kesepian, maka dia akan menyelundupkan seorang pria ke kamarnya di tengah malam."

"Oniisan, kenapa kamu tidak pergi?" Kaguya bertanya dengan kesal.

"Pergi?" Taka bertanya. "Tentu saja aku harus pergi."

Namun, tidak disangka, Taka bukannya bergerak untuk pergi, tetapi dia malah meninggalkan tempat tidur hanya untuk melepas sepatunya dan berbaring kembali di tempat tidur. "Aku akan pergi besok pagi."

Melihatnya, Kaguya langsung duduk di tempat tidur dan ketika akan membuka mulutnya untuk melayangkan protes, dia melihat mata pria itu telah terpejam dan dia tidur dengan nyaman.

Kaguya tahu tidak ada gunanya mengusirnya dari kamar jadi dia terpaksa membiarkannya tidur. Akhirnya mau tidak mau Kaguya berbaring di tempat tidur, tapi dia berbaring sejauh mungkin dari pria itu.

Setelah beberapa saat, Taka membuka mulutnya, ternyata dia tidak benar-benar tertidur. "Kenapa kamu tidak lari? Aku datang ke sini selarut ini untuk melihat apakah kamu telah melarikan diri."

Kaguya menatapnya dengan curiga. Dia tidak tahu apakah Taka jujur. Untuk setiap sepuluh kalimat yang pria itu ucapkan, sembilan di antaranya adalah kebohongan.

"Terima kasih pangeran kesembilan telah mengingatkanku," kata Kaguya.

"Sepertinya aku tidak bisa pergi lagi," kata Taka seraya melepas jubah luarnya. "Lagipula, mulai besok malam kita akan tidur bersama. Malam ini adalah pengalaman yang baik bagi kita untuk membiasakan tidur bersama."

Sontak Kaguya merasa tercekik oleh kecurigaan. Dia menarik selimut menutupi tubuhnya karena takut lengan dan kakinya akan berkeliaran, lalu mulai memejamkan matanya.

Taka melihat dengan jelas kalau Kaguya mencoba melindungi tubuhnya. Dia tersenyum karena dia tahu kalau singa kecil itu gugup. Sungguh lucu menggoda singa kecil itu.

"Singa kecil, apakah kamu bersedia menikah denganku?" Taka bertanya.

Kaguya membuka matanya. Meski nada bicara pria itu terdengar seperti sedang bercanda, tetapi sorot matanya terlihat serius dan sulit baginya untuk melihat ke dalam dirinya.

"Bagaimana bisa menolakmu?" ucap Kaguya. Dia tidak ingin bertengkar dengannya demi kesenangannya. Sebaliknya dia tersenyum dan berbicara dengan nada paling lembut. "Menikahi pangeran kesembilan adalah berkah yang akan bertahan selama tiga kehidupan."

Taka mengerutkan kening. "Itukah yang kamu rasakan?"

"Tentu saja," kata Kaguya. "Pangeran Kesembilan adalah pria yang cerdas dan tampan. Terlalu banyak wanita muda yang ingin menikah denganmu. Sedangkan aku adalah orang yang picik dan tidak punya bakat. Tentu saja aku bersyukur. Suatu keajaiban aku bisa menikah denganmu."

Kaguya berbicara dengan cukup lancar sehingga kata-katanya terdengar meyakinkan bagi orang lain, tapi Taka tahu wanita itu mengejeknya.

"Hahaha." Taka tertawa. "Kamu ahli pembohong."

"Itu karena kamu mengajariku dengan baik," balas Kaguya sembari tertawa.

"Kamu sebenarnya ingin menikah denganku," kata Taka. "Tapi sayang sekali aku terpaksa menikah denganmu."

"Apa maksudmu?" Kaguya bertanya. Dia tidak menyangka kalau pria itu dipaksa menikahinya.

Taka menatap Kaguya dan dia berhenti tersenyum. Dia menghela nafas dan berbicara dengan nada menyedihkan. "Putra mahkota ingin menikahi adik perempuanmu dan kamu adalah penghalang mereka. Aku terpaksa menjadi korban.

Aku pikir kamu menikahi seseorang yang tidak ada hubungannya denganku, tapi aku kembali ke kota kekaisaran dari Selatan pada waktu yang salah. Di istana aku melihat ke empat arah dan takut kalau akulah yang menjadi korbannya. Ternyata emang ketakutanku nyata dan akulah yang menjadi korbannya."

Taka menatap Kaguya dengan serius sebentar. "Pikirkanlah. Kamu adalah putri perdana menteri dan di masa depan adik perempuanmu akan menikah dengan putra mahkota jadi kamu harus menikah dengan seseorang yang mempunyai status tinggi.

Sebelum aku kembali ke kota kekaisaran, tidak ada orang berstatus tinggi yang cocok untukmu dan akhirnya kamu hanya dapat memilih dari seseorang di bawahmu.

Tapi kemudian aku kembali ke kota kekaisaran dan itu tidak sama seperti sebelumnya. Tidakkah kamu melihat mata semua orang menatapku? Aku adalah seorang pangeran dengan status yang lemah di istana kekaisaran dan kamu adalah putri perdana menteri dengan juga berstatus lemah di kediaman perdana menteri jadi kita adalah pasangan yang ditakdirkan oleh surga."

Taka menjeda perkataannya dan menghela nafas. "Aku terpaksa menikah denganmu."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel