Bab 5. Penyusup Licik
Begitu kabar mengenai lamaran pangeran kesembilan yang diterima oleh perdana menteri sampai ke istana, Kaisar menghadiahkan Taka dua hari baik untuk pernikahannya dengan Kaguya. Hari pertama adalah pada permulaan bulan kedelapan dan hari kedua pada permulaan bulan ketiga.
"Awal bulan kedelapan adalah hari yang baik," kata Taka pada awalnya. Kemudian dia melanjutkan menyampaikan pendapatnya. "Jika pernikahannya dilangsungkan pada bulan ketiga, itu akan terlalu dekat dengan tahun baru dan akan mengganggu pernikahan putra mahkota.
Selain itu, para pemberontak di wilayah selatan juga tidak dapat diprediksi. Lebih baik ayah kekaisaran menyiapkan pernikahan sederhana untukku."
Kaisar merasa senang ketika mendengar Taka memahami situasinya dengan baik dan segera menyetujui untuk mempersiapkan pernikahan putra kesembilannya itu di awal bulan kedelapan. Kaisar memang tidak memiliki ikatan yang mendalam dengan Taka, tetapi menurutnya Taka adalah orang yang berakal sehat.
Namun, saat Taka sudah tidak terlihat oleh ayahnya, dia tersenyum smrik. Dia sengaja memilih hari pernikahan paling awal yang penuh keberuntungan, ada pun alasan sebenarnya adalah dia tidak sabar untuk menggoda dan menyiksa singa kecil itu.
***
Kabar pernikahan pangeran kesembilan pun diumumkan dan membuat sibuk para dayang dan kasim istana. Meskipun Taka mengatakan ingin acara pernikahan yang sederhana, tetapi dia tetaplah seorang putra kaisar. Berbagai persiapan pernikahan pun dilakukan. Bingkisan pernikahan disiapkan, pakaian pernikahan dijahit dan undangan diantar.
Hari itu adalah hari kelima bulan kedelapan yang merupakan hari sebelum hari pernikahan Taka dan Kaguya.
Malam yang panas itu Kaguya tidak bisa mengatasi tubuhnya yang terus berkeringat. Dia berbaring di tempat tidurnya dengan mengenakan jubah bagian dalam yang longgar. Dia pikir sungguh tidak masuk akal kalau dia menikah dengan pria bermulut besar keesokan harinya, tapi dia tidak meragukan lelaki bermulut besar itu menantikan hari pernikahan mereka.
Wajah bajingan bermulut besar muncul di kepalanya. Dia tidak tahu mengapa ada banyak wanita yang bisa dinikahi oleh pria bermulut besar itu, tapi dia sengaja ingin memprovokasinya dengan memilihnya. Sejak pertemuan pertama mereka ketika dia berusia enam tahun, setiap kali mereka bertemu bukanlah pengalaman yang baik.
Kaguya merasa dalam dua belas tahun terakhir bahwa dia adalah seekor tikus menyedihkan yang ditangkap oleh kucing licik Taka. Taka tidak langsung menelannya utuh, tapi dia lebih suka mencakarnya perlahan, menggodanya, dan membuatnya frustrasi sampai mati.
Untungnya sekarang dia bukan dirinya yang naif seperti dua belas tahun yang lalu.
Tiba-tiba Kaguya merasa ada sesuatu yang mencurigakan. Dia tahu kepribadian asli Taka dengan sangat baik. Tidak seperti dia membiarkannya hidup damai.
Hari pernikahan mereka telah ditetapkan, tetapi Kaguya merasa curiga dengan tidak datangnya Taka untuk menemuinya secara pribadi sehingga menyebabkan kesedihannya dalam sebulan terakhir. Selain hari dia muncul di kediaman untuk memberikan hadiah pernikahan, dia bahkan tidak menyampaikan satu pesan pun untuk memprovokasi dia.
Ketika dia sedang berpikir karena tidak tahu apa yang sedang direncanakan oleh bocah lelaki bermulut besar itu. Tiba-tiba dia mendengar suara samar dari jendela. Dia menoleh ke arah jendela dan melihat seseorang memanjat melalui jendela.
Karena ruangan gelap, Kaguya jadi tidak bisa melihat penyusup dengan jelas. Dia panik. "Seorang pencuri? Seorang bandit?" Terlalu banyak pikiran menakutkan muncul di kepalanya. Dia segera mengambil bantal dan melemparkannya ke arah penyusup.
Bantal itu mengenai kepala si penyusup, disusul bunyi gedebuk. Penyusup itu pun akhirnya terjatuh ke tanah.
Ketika Kaguya tiba di kediaman, dia tahu kalau dia tidak bisa hidup harmonis dengan Putri Taniwa dan Kagoyori jadi dia sengaja memilih kamar yang paling jauh dari pasangan ibu dan anak tersebut, tetapi ruangan itu ada di atas.
Kaguya bergegas ke jendela untuk melihat apakah penyusup itu meninggal setelah 'serangan' -nya.
Namun, tak disangka di luar ruangan, penyusup itu berdiri, tetapi tidak pergi. Penyusup itu membisikkan sesuatu yang tidak jelas.
"Nona, apakah Anda baik-baik saja?" seorang pelayan bertanya dari luar pintu kamar.
Kaguya akhirnya mendengar apa yang dibisikkan si penyusup, "Singa kecil, ini aku."
Kaguya tidak tahu harus berbuat apa. "Ya Tuhan! Bocah lelaki yang bermulut besar itu memang tidak bisa membiarkannya hidup damai," keluh Kaguya dalam hati.
Pikiran pertamanya adalah berteriak "pencuri" dan setelah itu para penjaga di kediaman akan menangkap bocah lelaki bermulut besar itu, lalu melihat topeng aslinya. Kelembutan apa? Kebaikan apa? Bocah bermulut besar sebenarnya adalah seorang bandit yang memanjat melalui jendela seorang gadis di tengah malam!
"Aku baik-baik saja," kata Kaguya dengan enggan kepada si pelayan. "Aku sedang mengambil segelas air, kamu bisa tidur kembali."
Pikirannya yang kedua adalah tidak ada gunanya menangkap bocah lelaki bermulut besar itu. Dia akan menjelaskan situasinya agar terlihat seperti pria sempurna dengan memberikan penjelasan "besok adalah hari pernikahanku, hatiku gelisah dan aku ingin melihat tunanganku. Aku tahu menyelinap ke kamarnya itu salah, tapi aku tidak bisa mengendalikan betapa aku merindukannya. Perdana Menteri Osuwake, mohon maafkan saya kali ini".
Jika prediksinya tadi menjadi kenyataan maka topeng anak laki-laki bermulut besar itu tidak akan dilepas, malah akan membantu meningkatkan reputasinya dan membuatnya tampak seperti pria yang sangat mencintai tunangannya.
Kaguya mengerutkan keningnya, semakin dia memikirkan kelicikannya, semakin dia ingin menyerangnya.
Dia mengintip ke luar jendela dan melihat Taka mulai memanjat dinding ke kamarnya lagi. Gerakannya terlalu gesit seperti seseorang yang sudah sering naik ke kamar gadis.
Kini separuh tubuh Taka masuk melalui jendela, tapi Kaguya segera menutup setengah jendela untuk menghentikannya memasuki ruangan.
"Oniisan, kamu di sini?" Kaguya bertanya dengan lembut.
Taka menggunakan satu tangan untuk menjaga jendela tetap terbuka dan tangan lainnya memberikan bantal kepada Kaguya.
"Besok adalah hari pernikahan kita," kata Taka dengan nada yang terlalu manis. "Hatiku merindukanmu. Aku berguling-guling di tempat tidur berkali-kali dan tidak bisa tidur. Aku ingin bertemu denganmu."
Sontak saja mata Kaguya langsung memelototi Taka.
"Tapi kamu tidak seharusnya menghadiahiku bantal." Lanjut Taka dengan kata-kata protesnya. "Lihat dahiku, bengkak. Apa yang akan aku lakukan besok?"
"Ck, kamu memang pantas mendapatkannya," balas Kaguya. "Oniisan, kamu seharusnya senang karena ini bantal kayu. Jika itu bantal batu giok maka tidak akan ada benjolan kecil di dahimu."
Taka mengerutkan kening, sementara Kaguya terus memegang jendela untuk menghentikannya memasuki ruangan.
"Jika kamu tidak mengizinkanku masuk, aku akan jatuh lagi," kata Taka. "Jika aku terjatuh maka bagian bawah tubuhku akan lumpuh dan kebahagiaan masa depanmu akan hilang."
"Silakan saja dan terjatuhlah," tukas Kaguya yang kemudian dia ingin menutup separuh jendela lainnya.
Cengkeraman Taka pada jendela mulai terlepas, lalu dengan cepat dia menggunakan kedua tangannya untuk memegang jendela dan dengan sengaja melirik ke dada Kaguya.
"Kamu ... tidak memakai pakaian dalam?" goda Taka yang sontak membuat mata Kaguya membelalak.