Ringkasan
Kaguya adalah nona muda pertama kediaman perdana menteri. Sayangnya, dia bukanlah putri emas sang perdana menteri. Bagi orang luar dia adalah wanita muda yang lemah lembut dan patuh. Namun, siapa yang menyangka kalau dia adalah serigala berbulu domba. Sedangkan Taka adalah putra kesembilan kaisar. Bagi orang luar dia adalah pria yang baik hati dan selalu tenang, tetapi sebenarnya dia adalah pangeran berperut hitam. Tidak akan ada yang menyangka di balik topengnya yang baik dan tenang, ternyata dia cukup jahat, licik dan pandai memanipulasi. Taka dan Kaguya adalah anak-anak yang tidak disukai oleh keluarga mereka, menjadikan keduanya pasangan yang sempurna, tetapi berkedudukan lemah di mata orang luar. Namun, di balik pintu tertutup ... "Istriku, kamu pembohong ahli." "Suamiku, itu karena kamu mengajariku dengan baik."
Bab 1. Bukan Putri Emas
Kehidupan pohon plum Kaguya menyedihkan. Dia hidup lebih dari delapan belas tahun dan belum pernah melihat pohon plumnya itu mekar bahkan sekali.
Dia bukan pasangan yang buruk, dia waras dan cantik, tetapi dia tidak tahu mengapa dia bahkan tidak memiliki satu pelamar pun. Itu adalah situasi yang gila.
Ayahnya, Osuwake adalah seorang perdana menteri. Namun, sayang dia bukan putri emas ayahnya itu.
Osuwake adalah seorang sarjana miskin, dia berjuang untuk belajar selama sepuluh tahun. Selama periode perjuangan itu, ibu Kaguya, Tomoyo, mendukungnya.
Osuwake dan Tomoyo awalnya memiliki hubungan cinta. Tanpa diduga setelah Osuwake memasuki istana untuk mengikuti ujian kekaisaran, dia menarik perhatian Putri Taniwa.
Osuwake menghadapi dilema yang sulit. Di satu sisi dia mencintai Tomoyo dan di sisi lain adalah ambisi tingginya. Hingga pada keputusan terakhirnya adalah dia menginginkan keduanya dan menikahi Putri Taniwa.
Osuwake pikir, dia akan menjalani kehidupan yang ideal, tetapi pada malam pernikahannya dengan Putri Taniwa, Tomoyo mengemasi barang-barangnya dan kembali ke rumah keluarga di pedesaan. Sejak saat itu Tomoyo tidak pernah kembali ke kota kekaisaran meskipun dia telah melahirkan Kaguya di desa itu.
***
Setelah kelahiran Kaguya, setengah dari hati Osuwake ada di kota kekaisaran dan separuhnya lagi bersama Tomoyo.
Sesekali dia mengunjungi orangtuanya dan Tomoyo di desa itu. Dia selalu merindukan wanita itu dan ingin mengunjunginya lebih sering, tetapi Putri Taniwa memiliki kekuatan yang kuat dan tidak mengizinkannya untuk sering mengunjungi mereka.
Lebih dari sepuluh tahun berlalu dengan cepat. Tomoyo bekerja keras untuk mencari nafkah dan meninggal karena pneumonia. Ketika Osuwake mengetahui Tomoyo meninggal, dia sangat bersedih hati dan menangis terus menerus. Kemudian dia memutuskan untuk membawa Kaguya ke kota kekaisaran. Tahun itu Kaguya baru berusia enam belas tahun.
Pada masa itu, biasanya gadis muda pada usia enam belas tahun menjadi sasaran banyak penjodohan, tapi latar belakang keluarga Kaguya tidak ideal.
Jadi meskipun dia adalah putri seorang perdana menteri, dia tidak memiliki harapan yang tinggi untuk suami yang ideal. Pasalnya, pria yang menonjol pasti ingin menikah dengan seseorang yang paling cocok dengan mereka untuk meningkatkan status mereka.
Di kediaman belakang perdana menteri, selain Kaguya, Osuwake masih memiliki seorang anak perempuan lain yang merupakan putri emasnya dan Putri Taniwa adalah ibu dari putri emasnya ini.
Latar belakang Taniwa tidaklah sederhana, selain seorang putri, dia juga saudara perempuan permaisuri.
Dibandingkan dengan anak perempuan Putri Taniwa, Kaguya tidak memiliki koneksi keluarga yang kuat dan dia sendirian di dunia. Itu adalah alasan utama mengapa banyak pejabat istana tidak ingin menikahi Kaguya. Mata mereka terfokus hanya pada putri emas perdana menteri.
Selama dua tahun Kaguya tinggal dalam keadaan gelisah yang tak berujung di kota kekaisaran. Tidak ada pelamar yang ingin menikahinya. Ketika dia bebas, dia berpikir tentang dua konsekuensi karena tidak memiliki pelamar.
Pertama, segera setelah dia melewati usia pernikahan yang diinginkan untuk memulai membina sebuah keluarga maka masuk akal kalau yang tumbuh di bawah terpaksa melihat apa yang ada di atas.
Kedua, ayahnya berdiri di belakang Putri Taniwa untuk mendukung sang putri, dan status pernikahan dirinya bukanlah pengecualian.
Meskipun usia Kaguya terus bertambah setiap hari, tapi dia tidak peduli jika dia menjadi perawan tua. Ketika orang lain mengasihaninya, dia tersenyum dan diam-diam mempertahankan citra lembut dan patuhnya.
Kaguya ingat apa yang ibunya instruksikan sebelum meninggal "kota kekaisaran tidak seperti desa Shirakawa. Setelah kamu meninggalkan Shirakawa, kamu tidak bisa mengikuti impuls-mu.
Putri Taniwa bukan orang yang seharusnya kamu sakiti. Jika kamu menyinggung perasaannya, dia akan membalas dendam. Kamu harus selalu berhati-hati dengan kata-kata dan tindakanmu."
Karena Kaguya tinggal di kota kekaisaran, dia mendengarkan peringatan ibunya dan selalu mengendalikan kata-kata juga tindakannya. Karena itu pula dia dengan cepat menjadi terkenal di kota kekaisaran sebagai wanita yang lembut dan patuh.
Pada awalnya dia tidak terbiasa untuk menekan dorongannya. Langit tahu dia adalah seseorang yang cepat marah dan gelisah. Sulit baginya untuk menjadi wanita muda yang berperilaku baik yang tidak pernah menunjukkan giginya saat tertawa.
Untungnya semakin sering dia bersikap lembut dan patuh, akhirnya secara bertahap menjadi kebiasaan.
Selama dua tahun tinggal di kota kekaisaran, ketika orang-orang bebas dan berbicara tentang putri tertua perdana menteri, mereka akan mengasosiasikan Kaguya dengan lembut dan patuh. Tentu saja sesudahnya mereka akan mengatakan kalau sangat disayangkan seseorang yang begitu lembut dan patuh tidak dapat menikah.
Namun, Kaguya tidak merasa disayangkan. Langit tahu kalau dia tidak peduli tentang tidak menikah dan dia sudah siap untuk menjalani kehidupan seorang perawan tua yang mandiri.
Tetapi nantinya pasti dengan cepat menjadi jelas ketika dia semakin berusia, orang lain akan melihat status pernikahannya sebagai hambatan dalam jalan mereka.
"Huuh ...." Kaguya menghela nafas pelan sembari melambaikan kipasnya, menatap langit dan dalam hati menyadari mungkin bagi seseorang untuk menjadi penghalang dalam kaitannya dengan pernikahan.
***
Kaguya duduk dengan diam di hadapan ayahnya di halaman.
Osuwake merenung sejenak tentang betapa dia berhutang kepada putri sulungnya dan merasa bersalah untuk mendiskusikan tentang perkawinan putrinya yang paling muda.
"Kaguya, putra mahkota ingin menikahi Kagoyori," kata Osuwake. "Yang terbaru, pernikahan dapat ditunda hingga pada awal tahun depan."
Kaguya menundukkan kepalanya dan tertawa dalam hati. Dia tahu motif sang ayah yang memberi tahu dia tentang kabar baik Kagoyori itu bukanlah agar dia mengatakan 'adik kecil, selamat.'
Namun, maksud sebenarnya yang ingin dikatakan ayahnya adalah, 'saudari kecilmu ingin menikah, kamu harus memikirkan situasi adik perempuanmu dan mempersiapkan diri secara mental untuk segera menemukan seorang suami sehingga kamu tidak akan menjadi penghambat hari pernikahan yang baik dari adik perempuanmu'.
Pelaku di belakang ayahnya, yang bisa memaksanya untuk mencari suami jelas adalah Putri Taniwa yang mempunyai pengaruh kuat.
"Bukankah tidak benar kalau seorang adik perempuan menikah terlebih dahulu sebelum kakak perempuannya," kata Osuwake. Dia menghela napas tanpa henti dan merasa sangat bersalah.
Kaguya tampak terlihat lebih bersalah daripada ayahnya. "Ayah, itu kesalahanku karena membuatmu khawatir."
Kaguya berpikir tidak ada gunanya bagi sang ayah untuk mulai merasa bersalah, tetapi setiap kali ekspresi bersalah yang biasa terlihat di wajah ayahnya, dia senang menanggapinya dengan tampil lebih rendah hati dan lebih menyesal untuk membuat hati nuraninya "memakan perutnya".
Osuwake melihat bagaimana putri sulungnya sangat rendah hati dan pengertian, itu membuatnya sulit untuk menghadapi putri sulungnya itu.
"Kaguya, apakah kamu memiliki seseorang yang kamu kagumi, yang kamu sukai?" Osuwake bertanya. "Jika kamu memberi tahu ayah siapa itu, ayah akan bertindak semestinya sebagai ayahmu."
Sudut mulut Kaguya melengkung ke atas sedikit dan dia berbicara dengan nada lembut. "Aku tidak punya siapa-siapa di hatiku. Aku menyerahkannya kepada ayah untuk membuat pengaturan untukku."
Di permukaan dia terdengar seperti anak perempuan berbakti, tetapi di dalam hatinya dia tidak percaya kalau ayahnya sangat memperhatikannya atau niat utamanya adalah untuk menemukan suami yang baik.
Kaguya tidak ingin membuang waktu menentang ayahnya. Lebih baik baginya bersikap patuh dan berbakti. Pasalnya alternatif apa yang dia miliki? Pergi mencari putra mahkota dan mengatakan tentang keluhannya bahwa ayahnya tidak peduli dengan status pernikahannya?
Dia adalah orang yang realistis dan tahu hasilnya akan sama—dia akan tetap dipaksa menikah dengan pria yang menurut mereka 'cerdas dan kuat'.
Memikirkannya, Kaguya jadi bertanya-tanya tentang siapa pria 'pintar dan kuat' yang tidak beruntung yang akan 'dibujuk' untuk menjadi suaminya.