Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2. Perjamuan Istana

"Besok akan ada perjamuan di istana untuk menghormati putra mahkota," kata Osuwake. "Kaguya, kamu juga akan menghadiri perjamuan itu. Nanti, jika kamu bertemu siapa pun yang kamu sukai ... beri tahu ayah.

Putriku ... jangan khawatir, ayah tidak akan membiarkan Taniwa dan Kagoyori menemukan seorang pria yang tidak pantas untuk menikahimu. Jika kamu tidak berkenan dengan siapa pun yang kamu temui, maka ayah juga tidak akan menyetujui mereka.

Osuwake melihat putrinya yang paling tua menundukkan kepalanya untuk sementara waktu dan dia tidak ingin lebih menekannya. Dia diam-diam meninggalkan halaman dalam keadaan khawatir.

Sedangkan Kaguya mengangkat kepalanya setelah ayahnya meninggalkan halaman dan dia tersenyum mengejek. Jika dia benar-benar bertemu dengan seorang pria di pesta dan pria itu statusnya tinggi di langit, dia ragu apakah ayahnya mampu mengesampingkan harga dirinya dan memohon kepada kaisar untuk memerintahkan pria terkemuka tersebut untuk menikahinya.

Kaguya sangat tahu bahwa ayahnya adalah tipe orang yang terlalu memandang tinggi harga diri, jadi untuk merendahkan dirinya sendiri, hal seperti itu hampir mustahil terjadi.

Sangat menggelikan kalau ayahnya pikir dia bisa membuat semuanya berjalan lancar dengan menyuarakan janji yang tidak bisa dia pertahankan.

Mungkin, bagi orang lain, janji kosongnya akan sangat menggerakkan mereka, tetapi bagi Kaguya, ayahnya telah melanggar terlalu banyak janji di masa lalu. Jadi mengapa ayahnya itu berpikir kalau dia masih bisa percaya bahwa kata-katanya benar?

Dia masih ingat di tahun itu ayahnya pernah berjanji kepada ibunya 'dalam hidup ini aku hanya membutuhkanmu'. Namun, kenyataannya ayahnya lebih memilih ambisi, status dan kekayaan dan mengkhianati ibunya dengan menikahi wanita lain.

***

Keesokan paginya, Kaguya sedang menyisir rambutnya ketika pintu kamarnya terbuka.

Segera aroma parfum manis yang kuat menyeruak ke dalam kamarnya. Dia tidak perlu berbalik untuk mengetahui siapa yang datang. Sudah jelas itu adalah adik tiri perempuannya, Kagoyori.

Kagoyori berusia enam belas tahun, dua tahun lebih muda darinya. Mengesampingkan biasnya, dia pikir adik perempuannya itu adalah kecantikan yang langka.

Kulit Kagoyori putih dan lembut, pinggangnya mungil, kaki ramping panjang dan tampak cantik ketika mengenakan pakaian apa pun. Juga, Kagoyori adalah seseorang yang tahu cara memakai makeup untuk menambah kecantikan wajahnya.

Pertama kali Kaguya bertemu dengan Kagoyori, dia pikir Kagoyori adalah lambang keindahan kerajaan dan dia telah meramalkan nasib Kagoyori dengan benar.

Kaguya memperkirakan kecantikan Kagoyori tidak dapat diapresiasi secara mendalam oleh kaisar yang pada usia lanjut, tetapi kecantikan Kagoyori diperuntukkan bagi putra mahkota.

Putra mahkota yang menikahi putri emas perdana menteri menjamin masa depan putra mahkota dan pernikahan mereka menguntungkan kedua keluarga mereka. Satu-satunya kendala dalam pernikahan mereka adalah kakak perempuannya, yaitu dirinya sendiri. Kaguya tersenyum dengan enggan sementara sang putri emas perdana menteri berjalan ke arahnya.

"Kakak, bisakah kamu berpakaian lebih cepat?!" Kagoyori bertanya dengan tidak sabar. "Aku sudah menunggu kakak selama setengah hari!"

Kaguya memutar kepalanya dan melihat Kagoyori mengerutkan kening dengan dagu terangkat dan mengenakan gaun yang mahal nan elegan.

"Adik ... itu pasti telah menyulitkanmu," kata Kaguya.

Kagoyori mendengkus dan menatap Kaguya dengan tatapan merendahkan. Langit tahu betapa dia berharap kakaknya ini tidak ada niatan untuk menahannya menjadi permaisuri putra mahkota.

Hari ini untuk menghadiri perjamuan istana, Kagoyori mengenakan gaun sutra merah cerah. Lirikannya tertuju ke suatu tempat, lalu melangkah dan tidak ragu untuk mengambil sebuah baju katun berwarna biru yang menyeramkan dan murahan yang ada di ruangan Kaguya.

"Kakak, jangan bilang kalau kamu akan mengenakan gaun jelek setengah mati ini?" Kagoyori bertanya. "Tidakkah kamu takut kamu akan merasa malu?"

Setelah mengatakan kalimat itu, Kagoyori meraih gaun yang dipegang pelayannya dan menyerahkannya ke Kaguya. "Kakak, pakai ini, gaun ini baru. Aku belum pernah memakainya sebelumnya."

Kaguya menerima gaun itu dan memaksakan tersenyum. "Terima kasih, Adik kecil."

Kagoyori menyeringai dan meninggalkan kamar Kaguya. Jika saja dia tidak menginginkan setidaknya satu orang tertarik kepada kakak tirinya itu di pesta, maka dia tidak akan pernah memberikan gaun yang mahal dan indah kepadanya.

Kaguya telah menghadiri banyak perjamuan di istana dan jamuan itu selalu sama. Para tetua akan berkumpul di ruang perjamuan istana dan generasi muda akan menggunakannya sebagai kesempatan untuk dihibur oleh musisi dan penari sambil bertukar tatapan cinta rahasia dengan pujaan hati mereka.

Setelah pesta berakhir, para tetua menghilang dan generasi muda menghibur diri di taman istana. Generasi yang lebih muda akan diam-diam bertemu berpasangan di area terpencil di taman istana untuk menjadi intim, itu adalah kebiasaan yang umum.

Saat ini Kaguya terlindung oleh atap paviliun dari sinar matahari yang menyilaukan. Dia duduk dengan santai di sebuah paviliun sambil melambaikan kipasnya dan tersenyum licik.

Langit tahu waktu favoritnya selama kunjungan ke istana adalah ketika para pria dan wanita muda 'lembut' menghiburnya dengan pertunjukan kasih sayang mereka yang tidak ketara.

"Kakak! Jangan duduk di sini dengan keadaan seperti itu!" Terdengar suara Kagoyori yang memarahi Kaguya dengan sinis. "Kalau kamu melihat seorang pria yang membuatmu tertarik, segera datangi dia. Aku paling benci Kakak berpura-pura bersikap polos!"

Kepala Kaguya tiba-tiba sakit dan dia menghela nafas, melihat adik kecilnya yang angkuh selalu suka memarahi orang lain.

Kagoyori ingin lebih banyak memberikan ceramah kepada Kaguya ketika dia melihat seseorang yang akrab berjalan melewati mereka.

"Kakak, jangan lupa tujuanmu ada di sini hari ini." Sebelum dengan terburu-buru mengikuti orang yang dikenalnya itu, Kagoyori memberikan peringatan kepada Kaguya.

Kaguya tersenyum licik ketika dia mengetahui sepasang muda lainnya akan bertemu di suatu tempat terpencil di taman istana.

Dia tidak cukup bodoh untuk percaya pohon bunga plumnya yang telah mati selama delapan belas tahun akan tiba-tiba mekar. Yang perlu dilakukannya hanyalah melihat cara orang-orang di taman istana memandang rendah keberadaannya untuk mengetahui kebenaran.

Setiap orang yang menghadiri perjamuan di istana mengetahui situasinya, itulah mengapa mereka tidak membuang-buang waktu bersamanya.

Untuk mempertahankan citranya yang elegan dan patuh, dia tidak akan mendekati pria terlebih dahulu.

Setelah adik perempuannya meninggalkan paviliun, dia mengeluarkan labu anggur, lalu perlahan-lahan meminum isinya dengan nyaman dan bahagia.

Tak disangka, tiba-tiba dia melihat seorang pria yang familiar dalam jarak dekat dan seketika senyumnya yang bahagia menghilang.

"Motherfucker!" Kaguya mengutuk dengan pelan. "Bocah mulut besar!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel