Bab 3. Bertemu Lagi
"Motherfucker!" Kaguya mengutuk dengan pelan. "Bocah mulut besar!"
Dia dengan buru-buru berdiri dan segera melarikan diri dari paviliun. Semakin jauh dia menjauh dari bocah mulut besar, semakin baik. Jika tidak, pengumpulan kayu selama tiga tahun akan terbakar dalam waktu satu jam.
"Bukankah bocah laki-laki itu seharusnya berada di Selatan, mengapa dia tiba-tiba kembali?" Kaguya bergumam pelan.
Taka melihat sosok yang dikenalnya melarikan diri dan ragu-ragu sebentar sebelum mengikutinya.
Sementara itu Kaguya terus melangkah melewati jalan setapak pohon willow sambil melihat ke segala arah untuk mencari tanda-tanda siapa pun. Bahkan dalam keadaan paranoidnya dia tidak bisa mengabaikan imagenya yang lembut dan penurut.
Dia berhenti di depan gunung batu palsu dan menyadari kalau dia tidak tahu sudah berapa lama dia berjalan. Saat itu dia berpikir tidak ada yang bisa melihatnya di daerah terpencil itu dan duduk sambil berpikir mengapa bocah bermulut besar itu kembali ke kota kekaisaran.
Sementara dia tengah berpikir, dia mendengar erangan dan rintihan dari balik gunung batu palsu.
"Ah ... ah ... bisakah kamu lebih lembut?" Terdengar seorang wanita muda bertanya dengan suara yang familiar.
"Aku sangat merindukanmu," kata seorang pemuda dengan suara yang juga familiar di telinga Kaguya.
"Kamu ... ah ... jangan nodai gaun ini," kata wanita muda itu.
Kaguya memiringkan kepalanya, mengintip melalui lubang di gunung batu palsu dan wajahnya memerah.
Dia melihat tangan seorang pemuda bersandar pada gunung palsu dan tangan lainnya memegang pinggang wanita muda itu. Ketika wanita muda itu berbalik untuk mencium pria itu, dia terkejut. Wanita muda itu adalah adik perempuannya, Kagoyori dan pemuda itu adalah putra mahkota!
Dia menarik napas dalam-dalam dan tersenyum licik. Sekarang dia mengerti mengapa adik perempuannya selalu yakin kalau putra mahkota berada dalam kendali tangan adik perempuannya.
Kaguya tidak ingin melihat lebih jauh, dia buru-buru menarik pandangannya, lalu mengarahkan matanya menatap langit cerah dan melambaikan kipasnya. "Akan disayangkan jika merusak kehidupan indah ini dengan tidak sengaja menguping," gumamnya pelan, kemudian melangkah pergi.
Dia tidak melihat di mana dia berjalan dan menabrak seseorang. Dia mengangkat kepalanya dan melihat wajah yang dikenalnya tersenyum puas.
Kaguya ingin membuka mulutnya, tetapi Taka segera menutup mulutnya dan menyeretnya ke bagian lain dari taman istana.
"Oniisan, lepaskan aku!" kata Kaguya.
Taka tersenyum ketika melihat wajah marah Kaguya. "Di masa lalu aku mengatakan nona muda pertama dari keluarga perdana menteri tidak mungkin seorang wanita muda yang lembut dan patuh. Dalam ingatanku, dia adalah seekor singa kecil dengan gigi dan cakar yang tajam. Tunggu dulu, dia bukan singa kecil lagi, dia sekarang adalah singa tua."
Kaguya melihat wajah mengejek Taka dan menekan keinginannya untuk menyerangnya.
"Tapi aku tidak berharap kamu diam-diam menikmati menguping dan memata-matai momen intim pasangan muda itu," Taka menggoda dan tertawa sepanjang angin musim panas.
Pandangan jauh di mata Kaguya teringat tahun di mana Taka menggunakan dia sebagai hiburannya. Mengingat itu, dia menahan amarahnya dan pura-pura tersenyum. "Pangeran kesembilan benar."
Taka adalah putra kesembilan kaisar. Dia berusia dua puluh empat tahun dan terkenal karena kelembutan dan kebaikannya, itulah mengapa orang memanggilnya pangeran lembut kesembilan.
Tapi Kaguya tahu dengan jelas 'kelembutan dan kebaikan' tidak ada hubungannya dengan pria bermulut besar. Mereka hanya digunakan sebagai topengnya. Di balik topeng, dia adalah bajingan dan pembohong terbaik tak terbantahkan di kerajaan.
Setelah putra mahkota dan Kagoyori mengakhiri pertemuan rahasia mereka, putra mahkota meninggalkan gunung batu palsu terlebih dahulu untuk menghindari kecurigaan. Putra mahkota melihat salah satu saudara laki-lakinya dan seorang wanita muda di dekatnya dan hatinya panik.
"Adik, mengapa kamu ada di sini?" Taka bertanya.
Saat itu Kaguya dapat melihat betapa cepatnya Taka mengenakan topengnya dan diam-diam dalam hati mengutuknya sebagai pembohong ahli.
Putra mahkota berpikir kalau kakak laki-lakinya dan wanita muda itu tidak mengetahui apa yang terjadi dan menghela nafas dengan pelan. "Um, aku datang ke sini dari ruangan perjamuan istana. Mengapa kakak di sini bersama seorang wanita muda?
"Aku ingin pergi ke sana ...." Taka berbohong dan melirik Kaguya. "Kebetulan aku bertemu dengan Nona Kaguya yang juga ingin pergi ke sana. Kami telah berbicara dalam perjalanan. Nona Kaguya memang cantik dan menyenangkan."
Mendengar kata-kata Taka, Kaguya merasa seperti ususnya ditarik keluar dari tubuhnya, tetapi dia tetap berusaha tersenyum. "Pangeran kesembilan adalah orang yang tampan dan lebih menyenangkan daripada orang biasa."
Namun, meskipun mulut Kaguya memuji Taka, tetapi dalam hati dia mengutuk pria itu, "Oh ya Tuhan, apakah dia akan mati tanpa topeng tipuannya?"
***
Kaguya melarikan diri dari Taka pada saat putra mahkota pergi.
Taka menatap belakang sosok Kaguya untuk sementara waktu dan mengenang masa lalu.
Sementara itu, Ohiko yang sedang melintas daerah sekitar taman istana melihat adik laki-lakinya seperti sedang melamun, menghampirinya dan bertanya, "Adik ... apa yang kamu pikirkan?"
"Kakak ketujuh, aku sedang mengagumi taman istana," kata Taka. "Ini tampak seperti lanskap surgawi."
"Terlihat seperti pemandangan fana," kata Ohiko.
Taka tidak menyanggah pendapat saudaranya.
Ohiko melirik punggung Kaguya. "Adik, apa kamu tahu tentang adik kecil kita dan Nona muda kedua kediaman perdana menteri?"
"Aku baru saja kembali dari Selatan," kata Taka. "Kakak ketujuh, apa yang terjadi di kota kekaisaran saat aku pergi?"
"Adik, kamu akan minum anggur perayaan di pernikahan mereka awal tahun depan," kata Ohiko.
"Benarkah?" Taka bertanya, pura-pura terkejut, kemudian lanjut berkata sembari tersenyum. "Sungguh kabar baik."
Wajah Taka yang tersenyum membuat mata Ohiko gatal.
"Kabar baik memang untuk putra mahkota," kata Ohiko. "Dengan dukungan Osuwake, putra mahkota dapat tidur lebih nyenyak dan tanpa khawatir."
"Perdana Menteri Osuwake terkenal sebagai pejabat pengadilan yang cerdas dan rajin, siapa pun yang dia dukung pasti akan menjadi lebih berpengaruh," kata Taka.
Mata Ohiko menjadi gelap karena suara kata-kata Taka yang tidak mengungkapkan setetes air pun.
Keinginan Ohiko untuk merebut posisi putra mahkota sudah diketahui oleh semua orang. Ohiko selalu menginginkan dukungan dari saudara laki-laki kesembilannya.
Namun, dua tahun lalu ketika dia secara halus meminta saudara kesembilan untuk membantunya, saudara kesembilannya mengajukan diri untuk pergi ke Selatan untuk menaklukkan pemberontak.
Saat saudara laki-laki kesembilannya pergi, dia tahu bahwa saudara laki-laki kesembilannya itu tidak punya niat untuk bergabung dalam pertempuran untuk memperebutkan takhta.
Saat ini Ohiko menyaksikan Kaguya yang sedang bermain dengan anak-anak kecil di dekatnya untuk sementara waktu. "Jika Kagoyori ingin menikah maka Kaguya perlu mencari suami. Sudah menjadi masalah kontroversial untuk keluarga Osuwake."
Menyaksikan kakak laki-lakinya terus menatap Kaguya, intuisi Taka mengatakan kepadanya bahwa saudara ketujuhnya itu memiliki niat buruk terhadap Kaguya.
"Benarkah?" tanya Taka. "Aku sudah bertemu dengan nona pertama kediaman perdana menteri dan aku senang berbicara dengannya. Kakak ketujuh, apa pendapatmu jika aku menikahinya?"