Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7. Kemunculan Kembali Racun Dupa

"Aku terpaksa menikah denganmu."

Kaguya memperhatikan Taka dengan cermat. Setiap kata-katanya jelas masuk ke telinganya dan ketika masuk ke dalam hatinya, itu membuat hatinya sakit.

Dia tidak peduli dengan siapa dia akan menikah dan berpikir mungkin calon suaminya tidak akan rela menikahinya. Namun, dia tidak menyangka pikirannya akan disuarakan oleh pembuat onar di hadapannya.

"Kalau begitu, pasti sulit bagi pangeran kesembilan," kata Kaguya. Setelah mengatakannya dia berguling dan punggungnya menghadap Taka. Dia menutup matanya dan mengabaikannya.

Melihat sikap Kaguya, Taka merasa frustrasi. Dia mengira singa kecil itu akan marah dan kesal seperti tadi juga memukulnya. Dia memikirkan kata-kata yang masuk akal untuk menggodanya.

Langit tahu bahwa melihat singa kecilnya bertindak dengan patuh membuat hatinya sakit. Dia tidak menyangka kalau dirinya akan marah sebesar itu. Dia tahu dia harus segera menghiburnya dan berharap dia akan mudah terhibur seperti dulu.

"Hei, aku sedang menggodamu." Akhirnya Taka mengaku. "Jangan berpikir itu kebenarannya. Saat mendengar tentang putra mahkota dan situasi adik perempuanmu, aku tahu kamu harus segera menikah dan aku bergegas dari Selatan untuk kembali ke kota kekaisaran.

Kamu tidak tahu betapa sulitnya bagiku untuk meninggalkan Selatan. Warga di sana lebih baik mati daripada membiarkanku pergi jadi aku harus memanjat tembok di tengah malam, terpaksa mencambuk seekor kuda dan berkuda jauh-jauh ke sini.

Bagaimana bisa aku membiarkan singa kecilku akan menikah dengan pria lain? Langit tahu bertahun-tahun aku menunggumu untuk menjadi dewasa."

Mendengarnya, Kaguya langsung menoleh dan berbicara dengan gigi terkatup. "Oniisan, apakah kamu akan mati jika kamu tidak berbohong?"

Kaguya terlalu sering mendengar kebohongan yang familiar itu. Di masa lalu setiap kali mereka bertemu, pria itu akan mengucapkan kata-kata manis untuk menggodanya. Jika dia berpikir dia akan dengan mudah mempercayainya seperti pertama kali dia mengatakan kebohongan yang sudah dikenalnya kepadanya, maka dia adalah pangeran kelinci yang bodoh.

Taka mengusap dagunya, berpura-pura sedang berpikir. "Hm ... sepertinya aku pernah mengucapkan kata-kata ini sebelumnya. Kalau begitu lain kali aku perlu memikirkan sesuatu yang baru untuk dikatakan kepadamu."

"Masuklah ke dalam kuburmu!" tukas Kaguya. Dia tidak bisa menahan amarahnya lagi dan menendang ke arah kaki Taka.

Karena Taka adalah seorang jenderal terlatih jadi dia dengan mudah menghindari tendangan Kaguya dan menariknya ke dadanya. "Ini lebih seperti dirimu yang sebenarnya. Percayakah kamu kalau aku bilang aku akan jujur ​​kepadamu di masa depan?"

Kaguya memandang Taka dengan curiga.

Mata Taka menyapu dada Kaguya, lalu melanjutkan kata-katanya, "Seperti ... bagaimana aku menyentuh dadamu sebelumnya. Rasanya dibandingkan ketika kamu masih kecil, pertumbuhannya belum begitu besar."

Kaguya secara mental mengutuk anak laki-laki yang banyak bicara. Dia menyesal tidak ada yang datang untuk membunuhnya.

***

Di luar kediaman perdana menteri, penjaga malam memukulkan batang bambu.

Taka terbangun oleh suara pukulan batang bambu tersebut dan mendengar penjaga malam memberi isyarat bahwa ini adalah jam malam (01.00 hingga 03.00).

Dia memperhatikan Kaguya yang sedang tidur nyenyak di sampingnya untuk beberapa saat. Kemudian dia membuka tirai manik-manik, bangkit dari tempat tidur dan melangkah menuju meja.

Di atas meja ada dupa yang menyala, mengeluarkan aroma samar. Mata Taka menjadi gelap. Terakhir kali dia bertemu Kaguya di istana, dia mencium aroma samar yang sama di tubuhnya.

Saat itu dia mengira aroma yang lazim dan tidak terlalu memikirkannya. Baru setelah dia berbaring di tempat tidur di sebelah Kaguya, dia menyadari bahwa aroma itu sangat akrab. Dia tidak ingin membuat Kaguya cemas jadi dia tetap diam tentang aromanya. Itu adalah aroma yang sama yang digunakan ibu angkatnya, Permaisuri Yasakairi pada tahun itu.

Ibu kandungnya adalah seorang pelayan istana yang meninggal setelah melahirkannya. Ketika ibunya meninggal, Permaisuri Yasakairi tidak memiliki anak jadi dia meminta ayah kaisarnya agar mengizinkannya mengadopsi Taka dan ayahnya menyetujui.

Permaisuri Yasakairi adalah orang yang lembut dan baik hati. Dia memiliki tubuh yang sehat dan hampir berusia tiga puluh tahun. Namun, selama hamil, kesehatannya perlahan menurun. Tabib istana yang memeriksanya melaporkan hasil yang sama, dia menderita penyakit misterius.

Karena itulah Permaisuri Yasakairi diisolasi di ruangan dingin istana dan tersebar rumor tentang 'kutukan Jin', siapapun ibunya tidak akan selamat saat hamil.

Permaisuri Yasakairi meninggal ketika dia sedang hamil empat bulan. Sebelum meninggal, dia memegang dupa di tangannya, menangis dan mengatakan kepadanya bahwa seseorang meracuninya.

Setelah Permaisuri Yasakairi meninggal, Taka jatuh sakit. Namun, seorang tabib muda masuk ke istana dan memeriksanya. Tabib muda itu memberitahunya bahwa dupa itu beracun. Setelah sembuh, tabib muda itu mengundurkan diri dan meninggalkan istana.

Dia menyembunyikan dupa dan belajar pengobatan di bawah bimbingan tabib istana untuk secara diam-diam mencari tahu racun apa yang ditambahkan ke dupa. Dupa yang dia sembunyikan tidak mempunyai sayap, tetapi terbang menjauh. Dia mencarinya, tapi dia tidak mengetahui siapa yang mengambilnya.

Taka menyayangkan misteri kematian Permaisuri Yasakairi yang masih belum terselesaikan. Tanpa diduga dua belas tahun kemudian dupa tersebut muncul kembali di kediaman perdana menteri, di dalam kamar Kaguya.

Mata Taka menyipit sambil memikirkan siapa yang ingin menyakiti calon istrinya itu. Intuisinya memunculkan gambaran di benaknya tentang wajah ibu tiri Kaguya yang angkuh dan dingin, Putri Taniwa.

Hubungan Putri Taniwa dan permaisuri baik sedangkan hubungan Putri Taniwa dan Kaguya buruk. Jantungnya berdebar kencang tanpa henti, untungnya dia menemukan dupa tersebut sebelum dapat melukai Kaguya secara serius.

Taka merenung sejenak dan memutuskan untuk mengambil dupa itu untuk ditunjukkan kepada seseorang di rumahnya. Dia mencari kain di sekitar ruangan dan menemukan pakaian dalam Kaguya. Sambil tersenyum, dia mengambil pakaian dalamnya dan membungkus dupa.

Taka hendak melompat keluar jendela ketika dia teringat tujuan kunjungannya. Dia mengeluarkan liontin giok, berjalan ke tempat tidur dan dengan hati-hati meletakkannya di telapak tangan Kaguya.

"Ini adalah sesuatu yang aku menangkan dari seorang tetua di Selatan," bisik Taka dengan lembut. "Aku pikir itu adalah batu giok palsu, tetapi ternyata itu adalah liontin batu giok yang langka. Tadinya aku akan menjualnya, tapi aku memikirkanmu. Selain tao (mainan drum Cina) yang kuberikan kepadamu waktu itu, aku belum memberimu apa pun lagi. Ini akan menjadi tanda cintaku kepadamu. Butuh waktu beberapa lama untuk mengukir liontin giok untukmu, maafkan aku atas keahlian amatirku."

Taka dengan lembut membelai kepala Kaguya, lalu dengan cepat melompat keluar jendela.

Penjaga malam memberi isyarat dengan kembali membunyikan kentongan bambu kalau sekarang adalah jam menjelang pagi (jam 3 pagi sampai jam 5 pagi) dan Taka tidak sabar menunggu sampai upacara pernikahannya dan Kaguya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel