Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 : Kesempatan Tak Terduga

Tania merasa seperti sedang bermimpi saat melihat email yang masuk ke inbox-nya. Setelah berhari-hari mencari peluang kerja, tiba-tiba sebuah tawaran datang dari seorang teman lamanya, Dinda. Dinda adalah seorang pengusaha muda yang bergerak di bidang arsitektur dan desain. Tania mengenalnya dari proyek kecil yang pernah mereka kerjakan bersama beberapa tahun lalu. Sejak itu, mereka saling berhubungan lewat media sosial, namun komunikasi mereka tidak terlalu intens. Kini, Dinda menghubungi Tania dengan kabar yang sangat mengejutkan.

"Hey, Tan! Ada proyek besar untuk kantor klienku yang aku pikir kamu cocok untuk kerjakan. Bisa langsung ke kantor besok? Aku akan menjelaskan lebih lanjut," tulis Dinda dalam pesan singkatnya.

Tania terkejut, merasa beruntung sekaligus ragu. Sebuah proyek besar? Selama ini, ia hanya menerima proyek-proyek kecil, lebih sering dikerjakan dari rumah. Tetapi tawaran dari Dinda sepertinya sangat menarik. Meskipun tidak tahu banyak detail, ia tahu bahwa kesempatan ini bisa jadi pembuka jalan bagi kariernya. Setelah mempertimbangkan beberapa saat, Tania akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran itu.

Esoknya, Tania mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin. Ia mengenakan pakaian yang profesional namun tetap nyaman, berusaha memberikan kesan yang baik meski ia tahu ini adalah kesempatan yang besar. Di dalam hatinya, ada rasa cemas yang tak bisa disembunyikan, tetapi ia berusaha tetap tenang.

---

Tania tiba di kantor Dinda yang terletak di sebuah gedung perkantoran mewah di pusat kota. Begitu memasuki lobi, ia merasa sedikit terintimidasi dengan suasana yang sangat modern dan elegan. Semua orang yang ia temui di sana tampak sangat sibuk dan profesional. Namun, di tengah hiruk-pikuk itu, Tania merasa ada sesuatu yang aneh, seperti ia berada di dunia yang sangat berbeda.

Setelah beberapa menit menunggu di ruang tamu, Dinda akhirnya muncul. Wajahnya cerah dengan senyum lebar, dan ia segera menghampiri Tania.

"Tania! Senang sekali kamu bisa datang," kata Dinda sambil mengulurkan tangan.

"Terima kasih, Dinda. Aku senang bisa di sini," jawab Tania, tersenyum.

Dinda memimpin Tania menuju ruang rapat, di mana beberapa rekan kerjanya sudah menunggu. Begitu mereka masuk ke ruang rapat, Tania langsung melihat seorang pria yang duduk di ujung meja dengan sikap tegap, mengenakan jas hitam yang sangat rapi. Dia tampak sangat serius, dengan ekspresi wajah yang dingin, namun sangat menarik. Pria itu adalah Galih.

Tania tak bisa menahan pandangannya pada Galih. Ada sesuatu yang berbeda dari pria itu—sesuatu yang membuatnya merasa penasaran. Mungkin karena dia begitu teguh dan penuh percaya diri, atau karena penampilannya yang begitu sempurna, yang membuatnya tampak sedikit asing di tengah orang-orang yang biasa ia temui. Tania merasa sedikit canggung, namun ia berusaha tetap fokus.

Galih, yang sejak awal duduk dengan tatapan tajam, memandang Tania sejenak ketika Dinda memperkenalkan mereka. Sesaat, pandangan mereka bertemu, dan Tania bisa merasakan ada sesuatu yang aneh. Galih tidak banyak bicara, hanya mengangguk ringan sebagai tanda perkenalan, tetapi matanya tidak lepas dari Tania untuk beberapa detik.

Tania merasa sedikit tidak nyaman, tetapi ia segera mengalihkan perhatian ke arah Dinda yang mulai menjelaskan detail proyek kepada mereka. Proyek tersebut melibatkan desain kantor baru yang akan digunakan oleh klien besar Dinda, dan Tania akan bertanggung jawab untuk mendekorasi ruangan-ruangan tertentu, sesuai dengan tema dan kebutuhan perusahaan tersebut.

Meskipun Dinda yang lebih banyak berbicara, Tania sesekali mencuri pandang pada Galih. Ia merasa ada ketegangan yang tak terungkapkan di dalam ruangan itu, seolah-olah Galih tidak hanya tertarik pada desain kantor, tetapi juga pada dirinya. Tania merasa ragu dan berpikir bahwa mungkin itu hanya perasaan aneh yang muncul karena ketegangan situasi.

Setelah rapat selesai, Dinda mengajak Tania untuk berkeliling kantor, memberi kesempatan untuk memeriksa ruangan yang akan ia desain. Namun, sebelum pergi, Dinda memperkenalkan Tania lebih jauh kepada Galih.

"Tania, ini Galih, CEO perusahaan klien kita. Galih, ini Tania, desainer yang akan menangani proyek ini," kata Dinda.

Galih hanya tersenyum tipis dan mengangguk. “Senang bertemu denganmu, Tania,” ucapnya, suaranya terdengar rendah dan tenang. “Semoga proyek ini berjalan lancar.”

Tania hanya membalas dengan senyuman kecil, merasa sedikit canggung. “Terima kasih, saya akan melakukan yang terbaik.”

---

Setelah pertemuan itu, Galih merasa ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Meskipun ia adalah seorang pengusaha sukses, dan hampir setiap orang yang ia temui adalah sosok yang ingin menjalin hubungan karena harta dan status sosialnya, ada sesuatu yang berbeda dalam diri Tania. Dia bukan tipe orang yang tampak tertarik pada kekayaan atau status, dan itulah yang membuat Galih merasa tertarik.

Tania berbeda. Dia tampak sederhana, tetapi dengan keseriusan dan kecerdasan yang menarik. Tidak seperti banyak wanita yang ia temui, yang hanya tertarik pada kehidupannya yang mewah, Tania seolah lebih fokus pada pekerjaannya. Galih merasa ada daya tarik yang tak terungkapkan, meskipun ia berusaha untuk menepisnya.

Pikirannya terus kembali pada pertemuan mereka. Sesekali, wajah Tania muncul di benaknya, dan ia merasa ada potensi yang luar biasa dalam diri wanita itu. Galih merasa seolah-olah takdir mempertemukan mereka dengan tujuan tertentu, meskipun ia masih belum tahu apa itu.

Namun, ketika ia memikirkan situasinya—tekanan untuk menikah demi warisan dan masalah keluarganya—Galih mulai berpikir, mungkin Tania bisa menjadi jalan keluarnya.

"Istri kontrak." Pemikiran itu muncul begitu saja di benaknya, dan ia terkejut dengan dirinya sendiri. Menikahi Tania hanya untuk memenuhi syarat warisan, untuk mendapatkan hak atas perusahaan keluarganya—ini mungkin satu-satunya cara agar ia bisa bebas dari tekanan itu. Galih menggelengkan kepalanya. Itu adalah ide yang gila, dan ia tahu betul bahwa pernikahan bukanlah hal yang bisa dianggap enteng. Namun, rasa terdesak untuk menyelesaikan masalah keluarganya dan mendapatkan kebebasan dari tuntutan ibunya mulai menguasainya.

Tania adalah sosok yang tepat—ia tampak cerdas dan mandiri, sesuatu yang tidak dimiliki banyak wanita yang ia temui. Galih tahu bahwa jika ia bisa meyakinkan Tania untuk menerima tawaran itu, hidupnya akan berubah, begitu juga dengan Tania. Itu mungkin tidak ideal, tetapi bagi Galih, itu bisa menjadi solusi yang praktis untuk masalah yang sedang dihadapinya.

---

Setelah beberapa hari berlalu, Tania mulai bekerja pada proyek desain yang diberikan Dinda. Proyek tersebut ternyata lebih besar dari yang ia bayangkan, dan ia harus berkolaborasi dengan beberapa desainer dan arsitek lainnya. Sementara itu, Galih mulai menghubunginya lebih sering, baik untuk urusan pekerjaan maupun sekadar untuk membahas ide-ide desain yang ia ajukan. Meskipun awalnya canggung, Tania merasa nyaman bekerja dengannya, meskipun ia mulai merasakan ada ketegangan yang tak terungkapkan.

Namun, di balik semua itu, Tania tidak menyadari bahwa Galih sudah memikirkan lebih jauh tentang hubungan mereka. Ia masih sibuk dengan kehidupannya yang penuh tantangan, tidak tahu bahwa ia sudah berada di jalur takdir yang mungkin akan mengubah hidupnya.

---

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel