Ringkasan
Tania, seorang desainer interior muda yang ambisius, terpaksa menerima tawaran kawin kontrak dari Galih, pria kaya raya yang ingin mempertahankan warisan keluarganya. Galih hanya bisa mewarisi perusahaan keluarganya jika ia menikah sebelum ulang tahunnya yang ke-30, sesuai syarat dalam surat wasiat mendiang ayahnya. Bagi Tania, ini kesempatan untuk melunasi utang keluarga yang menumpuk dan membiayai pendidikan adiknya. Meski kontrak mereka jelas: "tidak ada cinta, hanya kerja sama," segalanya berubah kacau ketika Tania harus menghadapi keluarga besar Galih yang penuh drama, sahabat-sahabatnya yang terlalu ingin tahu, dan mantan pacar Galih yang tiba-tiba muncul membawa keributan. Galih, yang awalnya dingin dan kaku, perlahan mulai melihat sisi lain dari Tania. Sementara itu, Tania harus bergulat dengan perasaan campur aduk antara melanjutkan kontrak atau benar-benar jatuh cinta pada suaminya yang "sementara." Dari momen kocak saat keduanya harus berpura-pura mesra di depan keluarga hingga situasi canggung saat Tania dan Galih mulai memahami satu sama lain, *Suami Sementara, Ribetnya Selamanya* adalah cerita tentang bagaimana cinta sering kali muncul di tempat dan waktu yang paling tidak terduga. Ketika kontrak hampir selesai, Galih menyadari bahwa ia tidak hanya membutuhkan Tania untuk memenuhi syarat warisan, tapi untuk mengisi kekosongan dalam hidupnya. Tapi apakah Tania bersedia mempertaruhkan kebebasannya untuk hubungan yang awalnya hanya "sebuah kontrak"?
Bab 1 : Tania dan Kehidupan Beratnya
Pagi itu, langit cerah, namun di dalam apartemen kecil milik Tania, suasana terasa berat. Dengan mata masih sedikit bengkak akibat tidur yang tak nyenyak, Tania duduk di meja kerjanya yang sederhana. Laptopnya terbuka, tetapi matanya tidak bisa berhenti menatap layar penuh notifikasi tagihan yang menggunung. Setiap notifikasi yang muncul mengingatkannya pada satu hal: utang yang terus menumpuk.
Tania adalah seorang desainer interior muda yang pekerja keras. Dia telah menjalani profesinya sejak beberapa tahun lalu, bekerja keras untuk membangun reputasi di dunia desain yang kompetitif. Namun, tak ada yang bisa mengantisipasi beban yang datang bersamaan dengan masalah keluarganya. Semua yang dia miliki, baik waktu, tenaga, maupun pikiran, saat ini hanya untuk satu tujuan: menyelamatkan ayahnya yang sakit dan membayar biaya rumah sakit yang terus membengkak.
Tania menggerakkan mouse-nya dengan lambat, membuka aplikasi perbankan. Saldo rekeningnya terlihat sangat jauh dari cukup. Lima juta yang tersisa harus dibagi untuk beberapa tagihan yang harus dibayar minggu ini, dan itu belum termasuk biaya rumah sakit. Angka yang harus dibayar untuk biaya rawat inap ayahnya sudah mencapai angka yang tak terbayangkan.
Lalu, ada satu pesan di aplikasi pesan singkat yang baru saja masuk. Itu dari ibunya.
> “Tania, rumah sakit telepon lagi. Mereka bilang kita harus bayar bulan ini juga, atau Ayah tidak bisa melanjutkan pengobatan. Aku nggak tahu harus gimana. Bisa tolong cari cara?”
Tania memejamkan mata sejenak, mencoba menahan air matanya yang mulai menggenang. Dia tahu, tidak ada lagi cara lain selain dirinya yang bisa membantu. Setelah Ayahnya didiagnosa dengan penyakit jantung koroner dua tahun lalu, semua rencana hidup keluarga mereka berubah drastis. Biaya perawatan yang terus membengkak, ditambah dengan utang yang harus dipenuhi setiap bulan, menguras seluruh sumber daya yang ada.
Namun, Tania tidak bisa menyerah. Ayahnya adalah satu-satunya orang yang selalu mendukungnya, memberikan semangat saat dia merasa putus asa. Ayahnya yang dahulu seorang guru matematika yang bijaksana, kini hanya bisa terbaring lemah di rumah sakit, tidak bisa berbuat banyak selain berharap pada keajaiban.
---
Setelah menatap pesan itu, Tania menarik napas panjang dan berdiri. Dia tahu bahwa hidupnya tak pernah mudah. Setelah lulus dari sekolah desain interior, dia memutuskan untuk bekerja sebagai freelancer. Berawal dari proyek kecil, perlahan ia membangun karirnya. Namun, semua itu tidak cukup untuk menutupi pengeluaran keluarganya yang terus meningkat.
Pekerjaan pertama yang ia dapatkan setelah ayahnya sakit adalah proyek mendekorasi rumah seorang klien. Tania bekerja keras, berjam-jam, namun penghasilan yang ia dapatkan hanya cukup untuk bertahan hidup sebulan. Apalagi jika harus membayar biaya rumah sakit.
Beberapa minggu yang lalu, Tania bahkan terpaksa menjual barang-barang miliknya, termasuk perhiasan peninggalan ibunya, untuk membayar biaya perawatan ayahnya. Semua yang ia lakukan adalah untuk keluarga, tapi entah mengapa, selalu ada saja yang hilang—selalu ada saja yang tak cukup.
Kini, ia duduk di depan laptopnya, menyelesaikan pekerjaan untuk klien berikutnya. Klien itu meminta desain interior untuk sebuah apartemen mewah di pusat kota. Tania merasa cemas, tidak bisa fokus, pikirannya terjebak pada utang yang harus segera dibayar. Pekerjaan ini adalah kesempatan besar baginya, tetapi ia tahu bahwa hasilnya tidak akan cukup untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Tania meraih teleponnya dan melihat ada beberapa pesan dari teman-temannya, kebanyakan mengingatkannya untuk menjaga kesehatan dan mengurangi stres. Tapi, Tania hanya bisa tersenyum getir. Bagaimana bisa dia menjaga kesehatan jika semua orang yang ia cintai sedang terancam?
---
Setelah beberapa jam bekerja, Tania memutuskan untuk mengunjungi ayahnya di rumah sakit. Dengan langkah pelan, ia meninggalkan apartemen yang terasa semakin sempit dan menuju rumah sakit, tempat ayahnya terbaring lemah.
Setibanya di rumah sakit, ia berjalan menyusuri lorong-lorong yang penuh dengan pasien dan pengunjung. Tania menuju ruang perawatan yang terletak di ujung koridor. Ayahnya terlihat lemah, wajahnya lebih pucat dari biasanya. Ketika Tania masuk, mata ayahnya sedikit terbuka, dan ia tersenyum tipis.
“Ayah...,” suara Tania serak, hampir tak terdengar. Ia duduk di samping ranjang ayahnya, menggenggam tangan dinginnya.
“Jangan terlalu khawatirkan ayah, nak,” suara ayahnya pelan, namun ada nada yang penuh penyesalan. Ayahnya merasa bersalah telah meninggalkan beban yang terlalu berat untuk anaknya.
“Ayah, jangan bicara seperti itu. Aku akan cari cara,” jawab Tania dengan penuh tekad. Tapi di dalam hati, ia tahu betapa sulitnya mencari jalan keluar.
Setelah beberapa saat, perawat datang dan memberitahukan bahwa biaya rumah sakit sudah jatuh tempo. Tania hanya bisa mengangguk, mencoba menahan rasa cemas yang terus menggerogoti dadanya.
Di perjalanan pulang, Tania merenung. Setiap hari seolah ada saja hal baru yang menambah beban hidupnya. Mencari cara untuk mendapatkan uang dengan cepat? Tidak ada pilihan mudah. Semua yang ia lakukan hanya berputar pada satu titik: bagaimana mengatasi beban yang sepertinya tak ada habisnya ini?
---
Sesampainya di apartemen, Tania kembali duduk di meja kerjanya. Pikirannya kacau, tetapi tiba-tiba teleponnya berbunyi. Itu adalah pesan dari Mira, sahabatnya yang sudah lama bekerja di perusahaan desain interior besar.
> “Tan, aku ada kabar baik. Ada proyek besar di kantor aku, dan aku pikir kamu cocok. Mereka butuh desainer freelance untuk renovasi gedung kantor besar. Kalau kamu tertarik, aku bisa bantu rekomendasikan. Gajinya cukup besar.”
Tania membaca pesan itu berulang kali, mencoba mencerna informasi yang baru saja diterima. Sebuah proyek besar, gaji yang cukup besar... Itu bisa menjadi jawaban atas semua masalahnya.
“Tapi... apakah aku cukup bisa mengerjakannya?” pikir Tania. Proyek besar seperti itu pasti sangat menantang, dan dia tidak yakin bisa memenuhi ekspektasi. Namun, satu hal yang pasti, ini adalah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan.
Setelah beberapa saat berpikir, Tania mengetik balasan kepada Mira:
> “Aku tertarik. Terima kasih banyak, Mira. Aku akan siap mengerjakannya.”
Tania menutup telepon dan menatap keluar jendela. Meskipun jalan yang harus ditempuh masih sangat panjang, dia merasa sedikit lebih ringan. Ini mungkin bukan solusi instan, tetapi itu adalah satu-satunya harapan yang ada.
---
Di malam hari, setelah makan malam sederhana, Tania duduk sendirian di ruang tamu apartemennya, merenungkan semua yang telah terjadi. Tumpukan tagihan masih ada, dan ayahnya masih terbaring di rumah sakit. Tetapi untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu, Tania merasakan secercah harapan.
Dia tahu tantangan hidupnya belum selesai, tetapi untuk saat ini, kesempatan baru ini memberi sedikit ketenangan. Mungkin inilah kesempatan untuk mengubah nasibnya. Namun, saat dia menutup mata dan berdoa agar ayahnya segera sembuh, dia sadar bahwa perjuangan ini baru saja dimulai.
---