-tiga-
BRYAN POV
"Bryan, just give me back." Suara di samping gw membuat gw tersenyum. Ternyata gadis ini masih memikirkan sketchbook nya dan sejak tadi menunggu kelas sepi untuk membuka suara.
"Follow me, lil' pet." ujar gw setelah mendapat pesan singkat dari Charlie jika semua sudah dipersiapkan.
Setelah menghela napas, Eve tetap mengikuti gw. Begitu juga Peter dan Karel yang hanya diam, tak ingin ikut campur dalam permainan dan di saat bersamaan tak bisa juga langsung melepas tangan.
Kami memasuki CM room yang sudah dipenuhi siswa lain. Entah dari junior, seangkatan, ataupun senior, semua diurus Charlie. "Okay they are coming. Jadi guys, Bryan dan Eve lagi taruhan. Dan mereka bakal nampilin sesuatu disini, yang dapat tepuk tangan paling banyak, itu pemenangnya. Oke?" ujar Charlie langsung.
"Lo nggak bilang kalau ini tantangannya!" omel gadis itu pelan karena diperhatikan siswa lain.
"Kenapa? Takut?"
"Gw nggak takut dan gw nggak akan tampil."
"So this sketchbook will be the public consume." ancam gw berhasil membuatnya berdecak.
"Ladies first," lanjut gw lagi karena Eve tak membuka suaranya lagi.
Dengan ragu Eve melangkahkan kakinya ke depan. "Gw... Gw samasekali nggak tau kalau ini tantangannya-"
"Ini ada apa?" Suara seorang senior mengalihkan perhatian semua penduduk ruangan. Gw ingin langsung menghabisi Charlie saat itu juga begitu melihat siapa yang datang. Itu Michael, anak pemilik yayasan FD. Kuasanya jauh lebih besar dibanding ketua OSIS sendiri.
"Cuma taruhan kecil, Kak. Setelah ini selesai, kita bakal langsung pulang." jawab Eve mengalihkan perhatian. Gw cukup terkejut karena anak baru itu dengan sangat sengaja mencari perhatian Mike. Dan ternyata Mike pun terkejut ketika menyadari siapa yang menjawab pertanyaannya.
"Dia anak baru kan? Anak baru lawan kalian?" tanyanya lagi.
"Iya, dia cuma harus tampil-"
"Gw main gitar buat dia." ucap Mike yang tak gw sangka sebelumnya. Semua penduduk FD tau jika Mike playboy, namun gw nggak menyangka jika cewek ini jadi incaran selanjutnya.
Mike maju dan meraih gitar. "Lagu apa, dek?" tanya Mike yang terdengar amat aneh di telinga gw dengan sebutannya bagi anak baru itu.
"Eh- apa ya, um..."
"Billie Eilish?" saran Mike penuh ramah dan gw berdecak saat menangkap senyuman dari bibir gadis itu.
"Wish You were Gay."
Nyanyian mulai terlantun begitu indah dengan iringan gitar putra sulung pemilik yayasan Forks Dimieve itu. Penonton seolah terhipnotis untuk langsung saja menikmati sajian lagu yang entah bagaimana caranya dibuat lebih baik dengan cover tanpa perencanaan seperti ini.
Gadis itu menunduk hormat sebagai penutup penampilannya. Banyak yang bertepuk tangan, entah untuk gadis itu atau malah untuk permainan gitar Mike.
"Dia bisa pulang sekarang kan?" tanya Mike menghentikan tepukan tangan penonton.
"Eh? Seenggaknya tunggu Bryan tampil dan kita tau juaranya." jawab Charlie menyadarkan gw dari keterkejutan singkat. Gw nggak percaya kalau gadis ini benar-benar akan jadi incaran Mike selanjutnya. Pembelaan Mike sudah sangat jelas kan.
Gw pun maju dan meraih gitar. Meminta Charlie untuk mengiringi gw dengan drum karena lagu yang akan gw bawakan bergenre pop-rock. Tak perlu ditanyakan lagi Karel dan Peter yang sama sekali tak berminat menonton penampilan gw ataupun gadis itu.
Perhatian gw sempat terganggu melihat Mike yang berbisik pada Eve dan hanya Eve tanggapi tak acuh. Namun karena ruangan telah semakin hening, gw memulai intro.
Do do do d-do do do do do do
She's a good girl
She's Daddy's favorite
He's saved for Harvard
He know she'll make it
She's good at school
She's never truant
She can speak French
I think she's fluent
'Cause every night she studies hard in her room
At least that's what her parents assume
But she sneaks out the window to meet with her boyfriend
Here's what she told me the time that I caught 'em
She said to me:
"Forget what you thought
'Cause good girls are bad girls that haven't been caught
So just turn around and forget what you saw
'Cause good girls are bad girls that haven't been caught"
Begitu gw selesai bernyanyi, ruangan dipenuhi tepuk tangan meriah. Tapi jujur saja, penampilan bagus bukan alasan utama kemeriahan ini. Campur tangan Charlie menjadi latar belakangnya. Ingat kan kalau dia memang sengaja meminta gw melakukan kecurangan hanya demi mengetahui latar belakang gadis ini.
"Well, you know what must you do, coward." sindir gw karena Eve sendiri telah berdecak melihat euforia yang terjadi.
"Apa taruhannya?" tanya Mike mengalihkan perhatian semua dari gw dan Eve.
"Makasih udah bantu saya tampil, tapi kayaknya Kakak nggak perlu ikut campur soal taruhannya deh." ucap Eve menekankan kata saya.
"Kamu ngusir saya?" tembak Mike membuat gw tersenyum sinis. Sepertinya upayanya menarik perhatian Mike, gagal.
"Enggak-"
"Kamu tau nggak siapa saya?"
Eve mengangguk. "Saya tau. Kakak anak pemilik yayasan kan, sedangkan dia King of FD."
"Baguslah, anak baru tapi tau diri." sahut gw membuat Mike mengalihkan pandangannya ke gw. Dengan tatapan yang tak bisa gw artikan.
"Yaudah, hukumannya apa buat nih anak baru?" tanya Mike lagi.
"Be-besok aja, Yant." bisik Charlie pada gw. Gw pun mengerti mengapa Charlie menyarankan agar hukuman dilakukan besok.
"Besok aja, Mike. Lo nggak mau anak-anak pada nggak pulang karena ini doang kan?" dalih gw sedikit khawatir Mike tidak setuju. Namun kekhawatiran gw langsung menguap setelah Mike mengangguk.
"Lo pada balik sana." titah Mike membuat penduduk ruangan segera bergerak. Tak mungkin membantah ucapan siswa paling berpengaruh di FD. Begitupun Mike yang ikut berjalan keluar setelah semua anak, satu-persatu meninggalkan ruangan.
"Yaelah, belom?"
Ucapan pelan Mike pada Eve yang masih diam di tempat membuat gw benar-benar tersentak. Ada apa di antara mereka sampai-sampai Mike menunggunya.
"Give me back." ucap Eve. Gw juga baru ingat jika sketchbooknya masih ada di gw.
Gw ingin langsung memberikan sketchbook dan melayangkan ucapan pedas pada gadis ini jika saja nggak terganggu dengan adanya Mike yang masih menunggu.
"Kak, lo ngapain masih- eh lupa, saya nggak boleh ngusir kakak ya?" ucap Eve lebih seperti sindiran keras ketika menyadari gw nggak memberikan sketchbooknya karena adanya Mike.
Mike mengedikkan bahunya tak acuh dan berjalan keluar ruangan.
"Puas lo?" Eve langsung menarik paksa sketchbooknya dan beralih dari sana.
Gw hanya bisa diam melihat Eve dan Mike yang berjalan bersisian melewati pintu CM room. Kini gw dipenuhi tanda tanya dengan hubungan mereka.
"Trouble's coming." ucap Peter lalu meninggalkan ruangan.
"Maksud lo apa?" tanya gw menahan langkah Peter. Peter hanya berhenti dan tak membalikkan tubuhnya.
"Udah jelas, mereka punya hubungan. Dan lo ngeganggu hubungannya." Peter melanjutkan jalannya tanpa lagi repot-repot berpamitan.
