Pustaka
Bahasa Indonesia

Stay With Me Forever

89.0K · Tamat
Cassiopheia_Vassille
52
Bab
624
View
9.0
Rating

Ringkasan

Bryan Zoe Adams dan Marvellinous Aldrian. Dua mahluk beda kepribadian yang memperebutkan satu tujuan. Musuh bebuyutan yang sayangnya memiliki ikatan.Kehadiran Eve Healley di antara mereka mempersengit hubungan keduanya. Ditambah tragedi masa lalu yang terungkap, memuncakkan emosi tanpa lagi bertahap.Bagaimana jika komplikasi yang mencapai puncak tiba-tiba berhenti bergejolak dan hilang layak tak tampak?Bagaimana jika Bryan jatuh dalam dua pilihan,Logika atau perasaan?Masa lalu atau masa depan?

TeenfictionRevengePresdirSalah PahamRomansaCinta Pada Pandangan PertamaBillionaireKeluargaCLBKDokter

-satu-

EVE Point of View

Angin menerpa, menyadarkan gw dari lamunan singkat perihal megahnya gedung sekolah. Kali ini bukan kagum, malah kecewa yang menghampiri kala teringat bahwa gedung inilah salah satu penyebab berkurangnya waktu Ayah dan Kakak untuk gw.

Ikat rambut yang renggang akibat terpaan angin lantas gw perbaiki sebelum memasuki pintu utama dengan papan Forks Dimieve Highschool terpasang sempurna. Namun sepertinya lamunan kebencian gw atas sekolah ini dibalas secara langsung dengan halangan bertubi-tubi sebelum memijakkan kaki di koridor utama.

Klakson kencang mengejutkan dan membekukan langkah gw. Untung saja tidak ditambah drama jatuh dan akhirnya ditolong oleh si penabrak layaknya di novel-novel picisan.

"Jalan tuh jangan pake mata sama kaki doang. Otak pake." sentak si pengemudi lewat jendela mobil yang terbuka.

Baiklah, pertengkaran seperti ini juga tidak bisa dibilang jauh dari kisah novel picisan.

Gw yang kini berada tepat menghalangi jalannya pun balas menatapnya tajam. Gw merasa sudah cukup berhati-hati, harusnya dia yang mengontrol laju kendaraannya mengingat ini sudah masuk dalam lingkungan sekolah.

"Kalau salah tuh minta maaf, jangan nambah perkara."

"Gak usah ngebacot. Minggir, bisa?" balasnya tak kalah sengit. Sepertinya cowok ini tidak begitu pandai dalam membedakan mana yang salah dan benar.

"Lo sendiri nggak usah bersikap kasar gitu, bisa?"

Upayanya menyelesaikan perdebatan hanya terwujud dalam rentet klakson, memaksa gw bergeser.

Jika saja gw tak menyadari perhatian sekitar yang mulai terkumpul, mungkin perdebatan masih akan berlanjut. Namun kini gw memilih menghindar dari bunyi yang cukup memekikkan telinga itu.

Dan ini menjadi kali pertama gw menginjakkan kaki di Forks Dimieve Highschool. Tempat yang gw yakini akan menjadi saksi bisu kisah kehidupan remaja gw yang ya... semoga saja tak begitu mengecewakan walaupun gw juga menaruh harap begitu tinggi. Entahlah, lihat saja.

*

Gw memasuki kelas, memilih satu dari deretan kursi kosong berhubung jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh.

Ponsel menjadi pelarian gw karena tak berminat menanggapi beberapa siswa di kelas yang menatap penasaran, namun tak berani menyapa duluan. Berharap gw yang mengajak berkenalan? Ya, mungkin nanti jika sudah dalam mood. Salahkan cowok belagu tadi yang telah mengacaukan hari yang seharusnya berjalan baik.

@MikeCrist

Gw ke kelas lo ga ni?

Pesan masuk dari Kak Mike langsung gw balas karena memang gw tak memiliki kegiatan lain. Jika punya pasti gw memilih meninggalkannya dengan tanda centang berwarna biru.

@Evee

Jangan ih

Sia-sia balasan pesan gw kirimkan, karena beberapa detik setelahnya, sesosok manusia yang gw yakini sudah tak asing di kalangan siswa FD memasuki kelas dengan gaya khas nya.

"Katanya ada anak baru di kelas ini?" tanyanya basa-basi membuat gw mendecih. Apalagi pertanyaannya ditanggapi malu-malu beberapa siswi yang mengenalinya sebagai anak pemilik FD Corps.

"Itu Kak, anak barunya."

Mendapat arahan dari salah satu siswi membuat Kak Mike menengok dan berjalan mendekati gw. Tangannya langsung ia angkat sebagai ajakan bersalaman. "Anak baru ya? Namanya siapa?"

Gw ingin langsung mencakar wajah mahluk yang kebetulan lahir satu tahun lebih dulu dari gw ini. Namun karena tidak mungkin gw benar-benar mencakar wajahnya, gw hanya bisa menatapnya nanar, sambil secara implisit berkata 'Gw bikin lo diabisin Kak Di ntar!'.

"Eve Healley, Kak. Lo siapa?"

"Gw Michael Cristian. Anak kedua pemilik utama FD Corps. Lo udah punya pacar?"

Kakak laknad!

"Bel-"

"Kalo belom, mau jadi pacar gw?"

Kalau saja gw memiliki kemampuan untuk menghentikan waktu, ingin gw menghentikan waktu untuk mencubitnya keras-keras tanpa sepengetahuan siswa lain.

"Bukannya Kak Mike punya pacar?" sahut seseorang dari belakang Kak Mike membuat gw tersenyum senang.

"Lo mau jadi pacar gw, Na?"

"Ish apa sih Kak, gampang banget nembak orang. Udah gih Kak, anak barunya mau gw culik."

Perintah itu langsung didengarnya. Kak Mike mundur dan beralih setelah melambaikan tangannya, "Jangan kangen gw ya. Terutama anak baru."

Nana terkekeh, sedangkan gw melempar tatapan perang sembari menunggu gadis yang menyelamatkan gw dari keisengan Kak Mike itu menjelaskan niatnya kemari.

"Allons.. FD tour."

***

Allons = ayo kita

***

BRYAN Point Of View

"Kenapa Yant, tadi?" tanya Charlie menyinggung peristiwa di parkiran tadi. Gw memilih tak menjawab dengan hanya mengedikkan bahu tak acuh. Lagipula jika gw memberi jawaban, itu samasekali tak merubah apapun kan.

"Jangan sok kayak cewek deh lo, ditanya kenapa trus jawabnya gada apa-apa. Gw butuh jawaban nih."

Gw yang sibuk mengatur senar gitar dipangkuan akhirnya menegakkan tubuh. "Bisa nggak sih lo nggak bacot sehari?"

"Yah jangan ngambek dong, Yant. King of FD harus pengertian sama semua rakyatnya."

"Lo kan babu, bukan rakyat." sahut Karel.

"Sial," umpat Charlie namun tetap ikut tertawa bersama kita.

Kami terhanyut dalam kesibukan masing-masing. Gw dengan gitar, Peter dengan komiknya, Karel dengan ponselnya, dan Charlie dengan.. entahlah apa maunya.

"Eh Yant, gw kepikiran tuh cewek."

"To the point aja kalo mau deketin," sahut Peter yang baru membuka suara.

"Apaan sih, enggak. Gini loh, gw sebagai babu terbaik se-FD, gw memperhatikan gerak-gerik wanita itu." ujar Charlie dengan bahasa tingginya.

"Perempuan bego! Gadis!" selak Karel cepat.

"Gak ada yang tau, Rel." canda Charlie berambigu yang gw hadiahi jitakan.

"Oke, kembali ke laptop-"

"Cocok lo jadi Tukul." selak Karel lagi yang gw sadari sengaja memancing perdebatan.

"Astaga, gw gak jadi ngomong nih lama-lama!"

"Hm... lanjut."

"Tuh cewek, muka bule. Terus bisa masuk FD bukan tepat setelah libur semester. Dan dengan sangat berani nentang lo. Lo kepikiran gak sih kalau dia bukan sembarang orang."

"Antara bukan sembarang orang atau emang orang sembarangan." ucap gw remeh.

"Coba lo deketin, Yant. Kita liat dia golongan A atau B." saran Charlie lagi.

"Kenapa gak lo aja?"

Charlie berdecak mendengar cibiran gw. "Ntar gw baper beneran jadi susah, Yant." ucapnya jujur membuat kami tertawa.

Gw kembali sibuk memetik senar, menciptakan melodi-melodi untuk mengisi kesunyian ruangan. Atau setidaknya mengisi pikiran gw yang kini berhasil tertarik penuh pada gadis itu.

"Tapi gw lumayan penasaran." ucap gw akhirnya membuka suara.

"Nah! Deketin Yant!"

"Gimana caranya? Tadi gw udah ngebentak-bentak dia. Nggak lucu kalau gw deketin tiba-tiba."

"Ya kan deketin gak perlu ngebaperin. Jadiin babu juga aja." saran Charlie lagi-lagi. Sepertinya dia sangat bersemangat soal gadis itu.

Gw mempertimbangkan segala kemungkinan yang bisa terjadi. Namun terinterupsi suara pintu CM Room yang tiba-tiba terbuka. Menampakkan siluet dua gadis yang tak begitu asing.

Itu Nana dan anak baru. Terbentuk senyum sinis menyadari kedekatan dua gadis yang sedikit banyak sudah berkonflik dengan gw. Kita lihat saja apa yang terjadi setelah ini.

"C'est la salle de musique. Venons ici la prochaine fois." ujar Nana yang gw yakini menggunakan bahasa Prancis karena gadis itu memang memiliki darah keturunan.

Namun satu hal yang tak gw sangka. Anak baru itu bisa berbahasa Prancis?

Tunggu.. Bukan-bukan. Bukan itu pertanyaan utamanya. Apa Mike membiarkan Nana yang notabene merupakan gadis kesayangannya untuk mendampingi anak baru ini? Maksud gw.. Nana dan Mike memang tak berpacaran, namun semua orang tau jika mereka memiliki hubungan khusus yang sedikit sulit untuk didefinisikan. Dan hubungan keduanya agak tidak mungkin membuat hal ini terjadi. Mike tidak mungkin membiarkan Nana bersama orang baru sebelum ia sendiri mengenalnya.

Dan gw sendiri? Gw pun bukan teman dekat dari putra bungsu pemilik FD Corps itu. Gw hanya sedikit lebih mengenalnya dibanding yang lain karena relasi orang tua kami dan.. kejadian sepuluh tahun lalu yang tak ingin kembali gw bahas. Maka tak perlu heran jika hubungan gw tak begitu baik dengan gadis Mike satu ini.

"You've already came in. We want to hear your apology, queen." cibir gw memancing perdebatan.

"Kita nggak punya salah apa-apa. Kenapa harus minta maaf? Makanya otak lo jangan dipake buat jalan doang." balas si anak baru menyentak gw.

Gadis ini berani sekali.

"Udahlah, Vee. Cowok tengil kayak mereka makin seneng kalau ditanggapin," ujar Nana yang gw yakini sebagai suatu kesengajaan.

"Apa lo bilang barusan?" Gw berjalan mendekati mereka. "Cowok tengil?" Satu tangan gw menutup pintu kasar, berupaya lebih leluasa berdebat dengan dua gadis ini.

"Bukannya kalian yang tengil?" tanya gw tepat dihadapan keduanya.

"Udah, Yant. Jangan cari perkara-"

"Diem, Rel." selak gw tak ingin memberi sedikitpun kesempatan dua gadis ini mendapat alasan menyerang balik.

"Mau lo berdua apa sekarang?" tanya gw tajam.

Namun upaya gw menguarkan aura mengintimidasi samasekali gagal. Nana dan anak baru ini bukan tipikal cewek lemah. Malah dengan beraninya anak baru satu ini mendorong gw mundur. "Harusnya gw yang nanya. Mau lo apa? Semua yang kita lewatin tadi itu cuma suatu ketidaksengajaan. Kalau lo bener punya otak, harusnya lo bisa maklumin itu dan nggak mancing-mancing perdebatan nggak berguna ini."

Gw menatap manik birunya dalam. Mencoba mengulik apa niat di balik sikap beraninya. Selama ini tak banyak yang mau berurusan dengan gw. Sedangkan cewek ini? Gw nggak ngerti apa latar belakangnya.

"Lo tau kalau gw nggak suka dibentak, apalagi sama cewek?" tanya gw sarkas.

"Kalau gitu nggak usah hidup aja lo." Gw yakin emosinya sudah terpancing. Wajah geramnya nampak menggemaskan jika saja gw nggak mengingat tingkah-tingkah menyebalkannya. "Dengan sikap belagu lo ini, nggak mungkin lo akan hidup tenang-tenang aja tanpa ada yang ngebentak. Jadi daripada nyusahin orang, lebih baik lo yang nggak usah hidup."

Tanpa sadar rahang gw mengeras. Sudah cukup hari-hari gw dihancurkan akibat perdebatan kemarin. Tak perlu lagi kehadiran cewek yang hanya memperkeruh suasana. "Ulangin ucapan lo barusan dengan lebih kenceng." titah gw tak terbantahkan sambil meraih kasar lengannya.

Ia sempat meringis akibat genggaman kasar gw. Namun ringisan itu berubah menjadi pekikan kecil saat seseorang melepas paksa genggaman gw darinya.

"Udah Yant, cukup." ucap tegas Peter. "Lo berdua bisa pergi sekarang," lanjutnya berimplisit mengusir.

Nana menarik temannya berbalik meninggalkan ruangan. Dan di detik yang sama, gw memutuskan untuk menyetujui saran Charlie. Mengulik jauh lebih dalam tentang anak baru itu.

***

C'est la salle de musique. Venons ici la prochaine fois. = Ini ruang musik. Lain kali saja kita kesini.

***