Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab.6. Ciuman Pertama yang Bikin Meleleh

"Gue mau pulang ke rumah ortu!" Ciara menghentak-hentakkan kakinya tantrum seraya menatap tajam Rodrigo yang masih mengganjal pintu kamar dengan telapak tangan kanannya.

"Kebiasaan lo jadi biang kerok! Bisa gak sekali aja jadi cewek yang kagak barbar dan egois?" balas Igo dengan tegas. Permintaan Ciara dia tepiskan begitu saja. Ide buruk bagi semua yang terkait dengan pernikahan mereka tadi sore.

Ciara masih saja menyolot dengan bertanya, "Memang apa yang bikin lo menyimpulkan gue egois, hahh? Perasaan di sini gue yang ada dipaksa nikahin musuh gue. Plus ... ditaruh di satu kamar pula, maksudnya gimana? Biar kita gladiator part two gitu?!"

"Aahh ... gue jabaninlah, gladiator bareng bini gue yang semlohay boleh banget tuh. Di lantai udah tadi, cuma kurang empuk, cuss di kasur lebih enak!" seloroh Igo membersitkan senyuman tengil dan memasang tampang tak berdosa.

"Anjiiirr ... Igo, lo masak bisa sih nganu-nganu kagak pake perasaan? Lo nyadar kagak sih kita di sekolah tiap ketemu pasti berantem, udah berjilid-jilid war?!" Gadis itu mencebik tak setuju.

Sebenarnya Igo hanya bercanda saja, tetapi harap maklum selera humor mereka nampaknya berbeda level. Dia mencoba menundukkan kepala menghampiri wajah Ciara yang imut-imut sekalipun manyun seperti itu. Bibir mereka bertemu dalam sebuah kecupan ringan. Namun, efeknya di luar dugaan.

Tubuh Ciara melunglai seolah-olah kakinya terbuat dari jely. Dia sontak mengalungkan kedua tangannya ke leher Igo supaya tak terjatuh. Ciuman pertama Ciara terasa memabukkan dan gilanya ... itu diberikan musuh bebuyutan semenjak mereka sama-sama SMP.

'F*ckk ... bibirnya kok enak gini sih?! Good, paling nggak ada fungsi lain mulut si Cia selain jago merepet!' batin Igo yang auto kecanduan untuk terus melumat permukaan kenyal beraroma lip tint cherry itu.

Oksigen semakin menipis di tubuh mereka hingga ciuman penuh gairah itu harus berakhir. Igo dan Cia terengah-engah saling menatap satu sama lain dengan wajah merona.

"Bingung? Kenapa ciuman gue sedahsyat itu tadi?" ucap Igo menebak isi pikiran Ciara.

"Sok kepedean lo!" sembur Cia. Kemudian dia meloloskan diri dari kungkungan badan tinggi besar Rodrigo. "Gue mau mandi, jangan lo dobrak pintunya!" ujar Ciara sembari membongkar lagi koper dan mengambil babydoll bergambar karakter Sailor Moon yang berpose centil untuk kostum tidur standarnya.

Rodrigo memperhatikan istri barunya melenggang ke kamar mandi diikuti bunyi kunci pintu diputar dua kali. Dia pun mengunci pintu keluar kamarnya dan menyimpan itu di laci meja belajar. "Gue kagak mau ambil risiko, malem-malem mesti ngejar bini gue kabur dari rumah!" gumamnya lalu memeriksa jadwal pelajaran untuk sekolah besok. Dia ada ulangan Matematika dan harus mempelajari materinya agar tidak kacau mengerjakan soal.

Maka sembari menunggu Ciara selesai mandi, Rodrigo duduk belajar di mejanya. Dia siswa berprestasi di kelas sekalipun berstatus ketua geng otomotif yang sangat disegani. Impiannya yaitu meneruskan kuliah di bidang sains di kampus MIT yang terkenal bagus untuk jurusan teknologi.

"Ceklek!"

Kepala Igo langsung tertoleh ke arah kamar mandi. Gadis tengil itu keluar dari pintu mengenakan babydoll setutut yang membuatnya bertambah imut saja. Sejenak Igo terpana memandangi Ciara yang sudah tanpa make up sekalipun lip tint merah di bibirnya tetap membuat tampilan bibir gadis itu mengundang untuk dicium sekali lagi.

"Lo keramas juga? Padahal ini udah malem, Beib!" tukas Igo seraya bangkit dari kursinya dan memasukkan buku pelajaran ke dalam tas sekolahnya.

"Gue nggak suka bau hairspray, terlalu wangi jadi rada mabok malahan. Ntar juga kering!" sahut Ciara santai. Dia mengusap-usap rambutnya dengan handuk.

Rodrigo pun membuka laci meja riasnya dan mengeluarkan hair dryer dari dalam sana. Tentu saja Ciara terkikik geli karena tak membayangkan ada laki-laki menyimpan hair dryer dan memiliki meja rias besar seperti Igo.

"Kenapa lo ketawa sendirian? Kumat?" ujar Igo seraya menancapkan colokan hairdryer ke pusat daya di dinding samping meja riasnya.

Ciara pun menjawab sengit, "Suka-suka guelah. Memangnya ketawa dilarang ya di sini?"

"Ke mari lo! Gue keringin rambut lo bentar, udah malem ntar masuk angin, lo inget 'kan pesan papa tadi?" panggil Igo yang segera dituruti Ciara.

Gadis itu duduk manis di kursi satu-satunya yang ada di depan cermin dan melihat-lihat isi meja rias. "Wow, keren juga koleksi lo. Jam tangan, sabuk, parfum, aftershave, asesoris cowok, hmm!" komentar Ciara takjub dengan selera fashion Igo.

"Jangan ngarep lo bisa pinjem barang kesayangan gue ya!" Igo mengeringkan rambut panjang nan lebat yang berwarna hitam coklat keemasan ketika tertimpa sinar lampu itu dengan telaten.

"Idih geer amat lho jadi orang!" sahut Ciara yang masih sibuk memegang-megang isi rak kaca di meja rias Igo. Dia juga mencoba menghirup aroma parfum CK milik pemuda tersebut disusul parfum HB dan Channel.

"Duit jajan lo pasti gede ya? Barang-barang lo branded semua gini atau jangan-jangan KW doang!" tebak Ciara seraya bersitatap melalui cermin.

"Ada deh, mau tau azaa. Kepo lo!" balas Igo terkekeh. Dia sudah berhasil mengeringkan rambut istrinya hingga mengembang dan jatuh ringan sepanjang punggung. 'Cakep juga aslinya si Cia. Moga sikap petakilannya bisa berkurang!' batin Igo. Dia pun berkata sembari menyimpan kembali hairdyer ke laci meja rias, "Beib, rambut lo udah kelar dikeringin. Bobo yuk!"

"Janji dulu ke aku kalo lo kagak bakal macem-macem malam ini!" pinta Ciara seraya berhadapan dengan Igo yang masih berjongkok di samping kursi rias.

Kemudian Igo tersenyum miring, dia menjawab, "Okay, kagak malam pertama kita sekarang. Ada tapinya nih ... tapi lo harus mau ya gue peluk sambil bobo dan kasih kiss yang kayak tadi. Deal?"

"Ehh lo kok ngelunjak, Igo!" protes Ciara dengan nada melengking.

"Deal or no deal?" desak Igo tipis-tipis.

Ciara memutar bola matanya, kesal. Namun, akhirnya dia mengulurkan tangan kanannya. "Deal!" ucapnya terpaksa.

Igo menyambut tangan Ciara lalu segera meraup gadis itu ke gendongan. "Gue langsung tagih janji lo!" tukasnya sambil membawa Ciara ke tempat tidur semata wayang di ruangan itu.

Jantung Ciara berdebar-debar karena berdekatan dengan Igo yang aroma tubuhnya harum dan meninggalkan aura maskulin kental. Ketika dia direbahkan di tengah ranjang dengan kepala tersangga bantal, wajah Igo mendekat dan segera mulut mereka saling bertaut.

"Uungg!" lenguh Ciara seolah-olah menikmati ciuman suaminya. Kepalanya pening entah karena apa. Dia membiarkan lidah Igo membelai-belai lembut di dalam mulutnya.

Setelah bermenit-menit berlalu, Igo pun menghentikan ciuman ganasnya dengan terengah-engah. "Udah dulu ya, gue takut khilaf. Ngomong-ngomong lo jadi minum pil KB tadi?" ujarnya masih menindih tubuh ramping Ciara.

Kepala Ciara terangguk-angguk cepat. "Lo mau gue meninggoy ya? Badan lo tuh segede king kong, minggir!" serunya galak.

"Okay, bobo lo sekarang. Gue mau tarik selimut!" perintah Igo tegas. Dia menyelimuti gadis di sampingnya lalu meraih remote AC dan menurunkan suhu ke 17° Celcius.

Ciara terlelap dengan cepat karena dia sangat lelah hari ini. Jelang tengah malam, dia mulai kedinginan dan tanpa sadar merapatkan tubuhnya ke Igo.

'Nah 'kan, nemplok lo sekarang!' batin Igo dengan seringai licik menghiasi wajah tampannya. Lengan Igo memeluk erat Ciara, tak lupa dia mengecup kening gadis yang bila melek selalu sok jual mahal kepadanya.

Napas Ciara yang teratur dan aroma lembut tubuhnya membuat Igo terbius ke alam mimpi hingga pagi menjelang.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel