Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab.7. Mandi Bareng Aja Dari Pada Telat Sekolah

"TOK TOK TOK. Igo, Cia, kalian sudah bangun belum? Nanti telat berangkat ke sekolah lho!" seru Nyonya Chintami sambil mengetok pintu kamar mereka.

Pasangan muda mudi yang tadinya tidur lelap berpelukan mesra itu pun terbangun bersamaan. Mereka saling tatap lalu cepat-cepat Igo menutup mulut Ciara agar tidak menjerit. "Iya, Ma. Sebentar lagi kami turun!" balas Igo dengan suara lantang agar mamanya mendengar.

"Ya sudah, Mama tunggu di meja makan ya!" ujar Nyonya Chintami lalu meninggalkan depan pintu kamar putranya.

Ciara memelototi Igo dan menghardik pemuda itu, "Lo pagi-pagi main bekap aja sih! Ngapain juga peluk-peluk gue tadi?!"

"Hey, semalem lo yang nemplok ke badan gue. Kali lo kedinginan sama AC kamar gue. Stop debatnya, nggak penting tahu. Kita sudah mau telat dan gue ada ulangan matematika jam pertama. Dari pada telat sekolah mending kita mandi bareng aja!" celoteh Igo sembari bangkit dari tempat tidurnya dan memilih baju seragam hari ini di lemari.

"Ogah, ngeri amat ngeliatin body gue ke elo! Dasar omes lo!" tolak Ciara mentah-mentah.

Rodrigo tak ingin buang waktu. Dia segera bergegas ke kamar mandi dengan handuk dan celana dalam bersih. "Kalo gitu gue duluan!" tukasnya singkat tanpa menoleh ke tempat tidur.

"Sialan! Gak bisa gitu dong!" Ciara melompat bangkit dari ranjang lalu menarik handuk Igo agar berhenti.

"Woii ... jangan ngajak war dulu, kita udah mau telat!" teriak Igo mulai stres.

"Lo mandi pake shower bathtub. Gue di shower box. Buruan!" Ciara meraih pakaian dalam dari kopernya dan handuk yang ada di jemuran dekat pintu kamar mandi.

Igo menuruti kemauan Ciara, dia santai saja mandi seperti biasa dengan berdiri di dalam bathtub kosong lalu mulai menggunakan shower. Sementara itu Ciara juga lekas-lekas mengguyur dirinya di dalam shower box dan menggunakan sabun seperlunya agar tak terlalu lama membilas busa.

Setelah selesai mengeringkan diri dengan handuk dan memakai pakaian dalam atas-bawah Ciara bergegas keluar dari shower box. "KYAAAA!" jeritnya kencang hingga menggema dalam kamar mandi.

"Woiii ... lo mau bikin gue jantungan mpe meninggoy pagi-pagi begini, Ciaaa!!" tegur Igo yang baru saja selesai membilas busa di badannya. Dia tahu gadis tengil itu berteriak karena apa. "Biasain deh liat burung gede gue, kita teman sekamar dan seranjang. Besok pasang alarm, jangan manja makanya!" lanjut Igo sembari mengeringkan badan dan memakai celana dalam. Dia melenggang meninggalkan Ciara yang masih memejamkan matanya di dekat bathtub.

"Buruan pake seragam, apa lo mau pake beha sama CD doang ke sekolah?!" teriak Igo dari luar kamar mandi.

"Tskk ... emang lo ngeselin!" tukas Ciara lalu dia buru-buru mengenakan seragam putih abu-abu SMA Teruna Negeri di kamar yang sama dengan Igo.

Mereka berdiri saling memunggungi sekalipun Igo mengintip Ciara dari bayangan cermin riasnya. Senyuman tampannya terukir di bibir merah muda pemuda itu. 'Body bini gue mantep bener, bemper depan belakang aman. Wkwkwk!' batin Igo senang.

"Lo bawa buku pelajaran buat hari ini 'kan?" tanya Igo karena Ciara baru pindah ke rumahnya semalam.

"Bawa kok, tapi pulang sekolah gue mau balik ke rumah ortu. Banyak yang ketinggalan barang gue!" jawab Ciara sembari mengikat rambutnya model cepol atas.

"Siap, ntar gue anterin!" Igo menyangklong ranselnya seusai bersiap-siap. Aroma parfum Hugo Boss yang terkesan mewah nan maskulin menguar di kamarnya.

"Yuk, Beib. Sargi dulu ya?" ajaknya seraya menggandeng tangan Ciara.

(Sargi: sarapan pagi)

"Jangan lama-lama, waktunya mepet!" sahut Ciara. Dia membiarkan tangannya digenggam telapak tangan lebar pemuda itu yang ternyata hangat dan nyaman.

"Hmm ... menu bikinan mama biasanya praktis kok. Ada lunch box juga buat ditenteng ke sekolah!" jawab Igo yang memang paling dimanja oleh Nyonya Chintami karena anak bungsu satu-satunya di rumah itu.

Ternyata benar kata Igo, sarapan mereka hanya pancake sirup gula mapel yang yummy dan lumer. Tak sampai lima menit mereka sudah kelar sarapan.

"Lunch box kalian jangan lupa dibawa ya!" pesan Nyonya Chintami seraya melepas kepergian Igo dan Ciara. Sementara suaminya masih mandi karena baru berangkat nanti pukul 07.30 WIB, kantor perusahaan produsen packaging milik keluarga Sutedja buka operasional pukul 09.00 WIB.

"Cia, pamit sekolah ya, Ma!" Ciara cipika cipiki dengan mama mertuanya lalu menerima helm dari tangan Igo. Dia bertanya ke pemuda itu, "Kita naik motor pagi ini?"

"Gak nyampe kalau pake mobil, Cia Sayang. Nurut aja!" tegas Igo lalu mengenakan helm serta menstarter sepeda motor Ducati hitam miliknya.

Ciara yang melihat sepeda motor model sport dengan dudukan jok menungging di belakang menelan ludah. "Igo, tinggi banget ... gimana naiknya ke situ?" tanyanya tak yakin.

"Naik pijakan kaki lo lah, lompat!" jawab Igo santai seraya mengedipkan sebelah matanya.

"Okaay ... gue coba!" Ciara pun mengenakan helm pinjaman itu lalu naik ke boncengan motor Igo dengan cara yang dikatakan Igo tadi. Dia berhasil mendaratkan bokongnya dengan aman di jok lalu berkata, "Igo, udah. Yuk cabut!"

"Pegangan yang kenceng ntar terbang lo ketiup angin, bagusan lagi kalau lo peluk gue dari belakang ... pasti aman!" jawab Igo sembari memainkan tuas gasnya beberapa kali sebelum memasukkan gigi motor.

Kali ini Ciara tidak membantah, dia teringat siaran F1 MotoGP yang motornya melaju secepat kilat. Segera kedua tangannya melingkari perut six pack Igo lalu sepeda motor mentereng itu meluncur menuju jalanan. Jarak dari rumah Igo ke sekolah tidak terlalu jauh, mereka membelah lalu lintas pagi yang ramai lancar di kota Bandung.

"Hei ... heiii!" seru Ciara agar Igo melambatkan sepeda motornya.

"Panggil nama gue yang bener, lo itu bini gue, Cia Baby!" sahut Igo dari balik helm sport full face di kepalanya.

"Baik, Suamikuu ... gitu?!" sahut Ciara dengan extra lebay.

Igo terkekeh geli mendengar kata itu. "Lo mau anak-anak satu sekolahan tahu kalau kita laki-bini, hmm?" pancingnya seraya memelankan kecepatan sepeda motor gede miliknya.

"Huuu ... enak aja, aib dahh! Makanya turunin gue di trotoar sebelum gerbang sekolah. Buruan!" balas Ciara lalu dia menepuk-nepuk bahu bidang Igo yang terbalut jaket kulit warna caramel.

Seperti permintaan istrinya, Igo menghentikan sepeda motor di dekat trotoar. "Lantas, ntar pulang sekolah gimana tuh?" tanya pemuda itu seraya menangkap lengan Ciara yang nyaris ngeloyor pergi begitu saja.

Ciara pun berdiri bersedekap lalu menjawab, "Chat gue via wassapbro!"

Maka Igo pun merogoh ke dalam saku jaketnya dan mengambil ponsel. "Masukin nomor hape lo, gue kagak punya!"

"Okay, gue kasi nama Baby C!" ucap Ciara sambil mengetik memasukkan nomor kontaknya ke phone book.

"Sebelum pisah kelas, kiss dulu, Sayangku!" Igo menarik dasi Ciara hingga gadis itu hilang keseimbangan karena terkejut. Namun, bibir mereka sukses bertemu mesra. CUP!

Igo menjilat bibirnya sendiri lalu mengerling. "Gue demen cherry lips elo, Cia! Sekolah yang bener biar pinter sono, bye!" ujar pemuda tampan itu lalu menekan tuas gas meninggalkan Ciara bengong sendirian di trotoar.

"Huhh ... apa pula maksudnya? Dia tuh selalu aja seenak perutnya sendiri! Moga-moga kagak ada yang liat gue kissing sama Igo!" gerutu Ciara sembari bergegas menuju ke pintu gerbang SMA Teruna Negeri. Dua menit lagi pintu ditutup.

Untung saja Ciara tiba tepat sebelum satpam menggembok pintu gerbang. "Ehh ... Pak Tarjo, tungguin Cia! Tengkiuu Bapakku!" teriaknya heboh.

"Ya sudah, buruan masuk, Neng Cia. Besok datengnya lebih pagi ya!" ujar satpam shift pagi sekolah itu seraya membiarkan Ciara menyelinap masuk dan berlari-lari menuju ke kelasnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel