Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

Dia mengeluarkan ekspresi yang penuh memelas, seperti sudah ditindas olehku.

"Tidak perlu."

Aku dan Prayoga mengatakannya bersamaan.

Aku tersenyum sinis, Prayoga benar-benar sangat menyayangi Jihan, Saat Jihan berbicara dengan suara yang memelas, Prayoga pun sudah sakit hati.

"Aku masih ada urusan, kalian lanjut saja."

Aku berdiri dan ingin berjalan pergi, tetapi lenganku ditahan oleh Prayoga.

"Hari ini adalah hari ulang tahun Jihan, bisakah kamu jangan membuat keributan, jangan mengacaukan pesta ulang tahunnya, duduk dan makanlah."

Bagaimana mungkin aku masih punya mood untuk makan, aku melepaskan tangannya dan berjalan keluar dari ruangan VIP.

Saat berjalan sampai di depan pintu, aku mendengar Jihan bertanya dengan suara hati-hati, "Kak Yoga, Kak Nessa sudah pergi, apakah kamu tidak mau pergi untuk menghiburnya."

Prayoga menjawab dengan nada datar, "Tidak perlu memedulikannya, dia akan membaik setelah beberapa saat."

Dulu akulah yang terus memaafkannya tanpa syarat, ini membuatnya merasa aku bisa meredakan amarahku dengan sendirinya.

Cuaca di malam hari sedikit dingin, aku berjalan di jalanan dengan keadaan perut lapar dan kedinginan, aku merasa aku pantas berada di posisi saat ini.

Aku memilih salah satu kedai dengan asal dan memesan semangkuk mie ayam.

Setelah makan beberapa suap aku mulai menangis. Kedai mie ayam ini adalah kedai yang didatangi olehku dan Prayoga saat hari pertama kami jadian. Aku memaksanya datang makan di tempat ini.

Sebelum itu, dia tidak akan pernah makan di kedai kecil seperti ini.

Dulu setiap harinya akan kita lewati dengan penuh bahagia, dia akan membawaku ke klub elit dan masuk ke dalam lingkaran hidupnya, dia akan mengenalkanku ke teman-temannya.

Kita pernah berciuman saat menaiki bianglala, kita pernah melompat bungee jump sambil berpelukan ....

Dia pernah mengikutiku mencicipi semua makanan di pasar malam, kita hidup seperti sepasang pasangan normal, bergandengan tangan berlari melewati air mancur di tengah kota ....

Tetapi sejak Jihan datang ke kota ini, semua menjadi berbeda, akulah yang seperti menjadi orang ketiga dalam hubungan ini.

Asalkan Jihan berbicara, maka dia akan meninggalkanku dan pergi mencarinya.

Mungkin dari awal aku mencintai seseorang yang tidak pantas aku cintai, maka dari itu saat ini hidupku menjadi sangat menyedihkan.

Bos kedai mie ayam berjalan mendekatiku sambil tertawa sambil memberikan secarik tisu kepadaku, "Sudah lama tidak datang, aku tidak menyangka cita rasa masakanku bisa seenak ini sampai membuatmu menangis."

Haha, bos kedai ini sangat percaya diri.

Aku juga tidak perlu meremehkan diri sendiri dan merendahkan diri karena cinta.

Aku menghapus air mataku dan memberikan sebuah senyuman lebar kepada bos kedai mie ayam, perasaanku yang awalnya tidak bahagia menjadi tenang kembali.

Sesampainya di rumah, aku langsung mandi dan berbaring di ranjang. Tidak lama, Prayoga mengirim pesan WA.

"Apakah kamu masih marah?"

"Jangan blokir nomorku, aku mau meneleponmu."

"Di luar sedang hujan dan ada petir, apakah kamu tidak takut tidur sendirian?"

"Pindah kembali kesini, jangan bertengkar lagi."

Aku tidak membalasnya.

Saat aku melihat Status WA, aku melihat Jihan membagikan foto Kalung Heart Of Ocean pemberian dari Prayoga dengan tulisan, "Pemberian orang yang kucintai."

Hatiku tidak terasa bergejolak lagi, aku hanya membalasnya dengan singkat, "Aku mendukung kalian, selamat."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel