Pustaka
Bahasa Indonesia

Setelah Putus, CEO Minta Balikan

6.0K · Tamat
Naraya Hafizah
11
Bab
237
View
9.0
Rating

Ringkasan

Sehari sebelum hari pernikahan, pacarku menemani teman masa kecilnya menyaksikan matahari terbit dan tidur hingga kehilangan kontak. Keduanya foto berpelukan di puncak gunung dan mereka berdua menjadi viral di sosial media. Teman baiknya mengirimi komentar dan bertanya padaku, "Apa pendapatmu tentang ini?" Aku tersenyum dan berkata, "Aku merestuinya."

RomansabadboyPerselingkuhanSalah PahamMenyedihkan

Bab 1

Video pasangan "Daylight Couple" yang viral dan dipuji oleh semua orang kini telah tersebar ke seluruh sosial media.

Mereka berdua saling berpandangan di bawah sinar matahari yang baru saja terbit, serasa dunia hanya milik berdua.

Namun, pria dalam video itu sebenarnya adalah pacarku, yang seharusnya menikah denganku hari ini. Sekarang dia justru bersama wanita lain, sambil mendapat dukungan oleh banyak netizen untuk "menikah di tempat!"

Ketika aku melihat video ini untuk ke sekian kalinya, sambil membaca komentar-komentar yang sama, waktu yang sudah kami sepakati untuk pergi ke kantor catatan sipil pun sudah lewat. Dan pacar yang telah bersamaku selama empat tahun, sekarang entah di mana, masih tidak bisa dihubungi.

Aku memakai gaun putih yang aku pilih enam bulan lalu untuk acara penting ini, dengan riasan yang sudah dikerjakan oleh penata rias dari pukul 5 pagi. Sambil menahan sakit hati, aku membaca semua komentar netizen yang penuh dengan ucapan selamat untuk pacarku dan wanita lain itu.

Awalnya, melihat mereka berdua saling memandang dengan penuh cinta, hatiku terasa begitu sakit. Namun seiring berjalannya waktu, air mataku mulai mengering, dan rasa sakit itu perlahan-lahan memudar.

Mungkin, perasaan cintaku padanya telah mengalir habis bersama air mata ini. Setelah melihat komentar terakhir, aku menambahkan komentarku sendiri, "Selamat untuk kalian berdua."

Pukul 2 siang, Prayoga Gunarto yang sudah tidak bisa dihubungi dari pagi akhirnya meneleponku.

"Setelah sibuk semalaman, akhirnya semua selesai."

Suaranya terdengar lelah, namun tidak berusaha untuk menutupi kebohongannya. Dia membohongiku tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Hari Valentine berubah menjadi Hari April Mop. Hari di mana seharusnya kami mendaftarkan pernikahan, dia malah mendapatkan doa restu dari seluruh netizen bersama wanita lain.

Betapa ironisnya.

"Yoga, kita putus."

"Apakah kamu marah karena menunggu terlalu lama? Nessa, aku sangat lelah, tolong mengerti aku."

Untuk pertama kalinya, aku menyadari betapa dia sebenarnya sangat berengsek. Dia membatalkan janji nikah, mengkhianatiku, sekarang dia menyalahkanku karena tidak pengertian?

"Aku sudah melihat videomu dengan Jihan yang menunggu matahari terbit. Membohongiku pasti melelahkan, bukan? Setelah kita putus, kamu tidak perlu merasa lelah lagi."

Saat dia terdiam sejenak, aku pun langsung mengakhiri panggilan itu.

Ponselku terus bergetar dengan panggilan darinya, tapi aku tidak peduli. Aku pergi ke kamar mandi, melepaskan gaun yang terasa sesak, menghapus makeup, dan berendam di bathtub dengan nyaman.

Aku melirik ke arah telepon yang akhirnya sudah tidak bergetar lagi, sepuluh panggilan tak terjawab, hanya itu kesabaran terbesar yang dia berikan padaku, pria yang sudah kukejar selama 2 tahun dan sudah kucintai selama 4 tahun.

Saat mengingat kembali memori kita berdua, sepertinya aku yang selalu menunggunya.

Saat Jihan sakit, dia meninggalkanku seorang diri di restoran dan pergi ke rumah sakit.

Saat Jihan ditegur oleh atasannya, dia langsung bergegas pergi untuk menenangkannya.

Aku pernah cemburu, marah, dan bertengkar dengannya, tetapi dia selalu mengatakan bahwa dia tidak memiliki perasaan khusus terhadap Jihan, dan berkata mereka hanya teman masa kecil. Setiap kali aku marah, dia selalu memasak untukku, dengan kata-kata lembutnya menenangkanku.

Aku bodoh, selalu tidak bisa menahan pesonanya. Setiap kali dia memohon maaf, aku selalu memaafkannya dan berakhir dalam pelukannya seperti biasa.

Di dalam suatu hubungan, orang yang lebih mencintai pasangannya juga lebih mudah terluka dan lebih mudah kalah.

Tapi kali ini, aku harus melepaskannya dari hatiku.