Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

MATA-MATA RAJA

Malam itu, untuk alasan penyambutan anggota baru, Putra Mahkota mengundang Lee Hwon dan rombongan ke tempatnya. Sebuah rumah besar yang ia tinggali ketika berada di ibu kota. Hujan deras di luar sana sedangkan para pria itu tengah berpesta dengan wanita dan minuman memabukkan. Tak terkecuali anggota baru yang baru saja bergabung.

Lewat tengah malam, satu per satu dari mereka tumbang karena terlalu banyak menenggak arak. Pagi itu, dengan kepala berat, Lee Hwon terbangun dan melihat Putra Mahkota tengah duduk merapikan baju di kasur yang tak jauh dari tempatnya berbaring. Teringat masa di mana saat keduanya masih berada di Akademi Yun Shang di mana Lee Hwon saat itu menyamar sebagai Guru Qian dan Putra Mahkota adalah murid baru di tahun tersebut. Sayangnya, Putra Mahkota kini sama sekali tak mengenali Lee Hwon karena penampilannya benar-benar berbeda. Ia bahkan menyamarkan aroma bunga musim semi yang keluar dari tubuhnya dengan mencampur air mandinya menggunakan serbuk belerang.

“Apa yang kau lihat?" tanya Putra Mahkota yang ternyata sadar bahwa Lee Hwon sedang memindainya. Lee Hwon langsung bangkit dan merangkak lebih dekat dengannya.

“Kau terlihat bukan seperti orang yang tinggal di jalanan seperti diriku," jawab Lee Hwon.

“Lalu aku terlihat seperti apa?”

“Anak orang kaya yang hobi foya foya.”

“Benarkah? Aku bahkan tak tahu itu. Apakah mereka benar-benar kaya? Tapi aku memang senang foya foya. Hahahah ...."

Lee Hwon merasa lega melihat Putra Mahkota masih bisa tertawa lepas seperti itu. Biar bagaimana pun selain Qian Kang Jian, Putra Mahkota juga satu dari lainnya yang turut dihukum atas kejahatannya dua tahun yang lalu. Sekarang tinggal menemukan dua saudara angkat, yaitu Yu Lu Xuan dan Putra Jenderal Lei Xio Ao.

Hari berganti hari, Putra Mahkota dan orang-orangnya berharap Lee Hwon bersedia meninggalkan Raja Baek dan tidak lagi melakukan tindakan ilegal. Namun, sulit rupanya meyakinkan orang yang telah terlanjur menganggap Raja Baek adalah raja yang mencintai rakyat. Seminggu sudah Lee Hwon tak menampakkan batang hidungnya. Tanpa sengaja, saat Putra Mahkota melakukan patroli di pelabuhan demi membuktikan desas-desus perdagangan ilegal yang marak hingga mengancam kehancuran negeri yang sudah sangat miskin ini, keduanya dipertemukan.

Setelah menjalankan misi ratusan kali, akhirnya Lee Hwon dan anak buahnya tertangkap. Tak lain dan tak bukan ia ditangkap langsung oleh Putra Mahkota yang saat itu memimpin prajurit kerajaan.

“Kukira kau menyadari bahwa kau berada di pihak yang salah, ternyata aku salah," ucap Putra Mahkota sembari meletakkan mata pedang di leher Lee Hwon yang saat itu kedua tangannya telah diikat.

“Apa yang harus kusadari?" tantangnya.

“Akan kuhabisi kau!" seru Putra Mahkota geram.

“Bunuh aku sekarang juga! Kau kira aku takut? Meninggalkan Raja Baek atau tidak kau tak akan mengampuniku dan anak buahku, jadi bunuh saja sekarang!"

“Kau ...! Kau pikir aku tak berani membunuhmu!" Putra Mahkota bersiap mengayunkan pedang untuk menghabisi Lee Hwo, tetapi segera dihentikan oleh salah satu anak buahnya.

“Tuan! Tolong ampuni ketua kami. Ini bukan kesalahannya!"

Rupanya, sejak meninggalkan kediaman Putra Mahkota seminggu yang lalu, Lee Hwon dan yang lainnya sebenarnya telah sepakat untuk berhenti melakukan pekerjaan ilegal itu. Akan tetapi, siapa yang menyangka bahwa di saat niat baik itu muncul kemalangan justru terjadi. Lagi-lagi Yun yang besar meminta Raja Baek untuk mengirimkan para pemuda ke negeri besar itu. Bahkan beberapa anak buah Lee Hwon turut diciduk untuk dijual sebagai budak di negeri besar itu. Saat Lee Hwon memohon agar anak buahnya dibebaskan, raja Baek setuju tapi dengan satu syarat yaitu ia harus bersedia kembali bekerja untuk Raja Baek mengawal perdagangan ilegal. Maka dengan terpaksa dan di bawah ancaman, gadis berpenampilan pria itu pun kembali pada pekerjaan lamanya, sehingga membuat Putra Mahkota sekarang salah paham padanya.

Mendengar penjelasan anak buah Lee Hwon yang tampak meyakinkan dan tak segan meneteskan air mata, Putra Mahkota akhirnya menurunkan pedangnya. Ia tak jadi membunuh Lee Hwon, tetapi Lee Hwon dan semua anak buahnya dibawa ke kediaman Putra Mahkota dan di ikat di depan aula tanpa makan dan minum.

Di sisi lain, Raja Baek mengadakan pertemuan dengan Tuan Ma. Tampaknya berita mengenai penangkapan Lee Hwon oleh Putra Mahkota telah sampai ke telinganya, sehingga pertemuan mendesak ini perlu dilakukan. Biar bagaimana pun, jika sampai pria kecil itu membuka mulut bahwa ia bekerja untuknya maka hal itu akan merusak citranya selama ini yang dikenal sebagai Raja agung yang bijaksana yang layak mewarisi dan menduduki tahta sang Ayah.

“Bagaimana mungkin Lee Hwon bisa tertangkap? Bukankah ia telah melakukan pekerjaan ini ratusan kali?" tanya Raja Baek di tengah tengah pertemuan.

“Tampaknya Putra Mahkota telah mengetahui rencana kita, Yang Mulia."

“Siapa saja yang terlibat?" tanya Raja Baek lagi.

“Yang Mulia, saat transaksi itu hanya saya dan Lee Hwon yang menemui pedagang dari Yun itu. Saya yakin sekali bocah itu telah mengkhianati kita," jawab Tuan Ma.

“Tidak mungkin! Omong kosong apa ini? Bocah itu sangat patuh padaku bahkan jika aku memintanya untuk terjun ke jurang sekali pun ia pasti bersedia melakukannya."

Terjadi perbedaan pendapat antara Raja Baek dan Tuan Ma. Sementara Tuan Ma begitu yakin bahwa Lee Hwon membocorkan rencana pada Putra Mahkota, tetapi Raja Baek tidak ingin gegabah menuduh bocahnya yang selama dua tahun terakhir ini mengabdi padanya. Oleh sebab itu mereka merencanakan akan melakukan tes sederhana pada Lee Hwon yang akan membuktikan bahwa apakah Lee Hwon berkhianat atau tidak.

Malam itu, mata mata Raja Baek memulai aksinya. Sudah sejak lama orang tersebut menjadi musuh dalam selimut pada pasukan Putra Mahkota, berpura pura menjadi orang yang mendukung Putra Mahkota. Sementara semua anak buah Lee Hwon telah dilepas ikatan dan dimasukkan ke dalam jeruji, Lee Hwon sendiri masih di ikat di belakang aula. Seseorang yang tidak diketahui siapa memberikan belati pada jemari Lee Hwon dari belakang ia membisikkan sesuatu.

“Raja Baek ingin kau selamat dan kembali. Bunuh Putra Mahkota sekarang juga, ini perintah," bisik sosok dari balik punggung Lee Hwon yang kedua tangannya diikat tergantung.

Tak lama kemudian orang suruhan Putra Mahkota pun melepaskan ikatan itu lalu membawa Lee Hwon menghadap Putra Mahkota di sebuah bilik kecil. Sejak bertemu, Putra Mahkota tak pernah mengaku bahwa dirinya adalah seorang Putra Mahkota. la justru mengaku sebagai bandit kepercayaan Putra Mahkota. Namun, tanpa ia ketahui bahwa Lee Hwon sudah dari awal tahu bahwa dirinya memang seorang Putra Mahkota, justru Putra Mahkota lah yang tak tahu bahwa pria kecil itu sebenarnya adalah Wang Shuwan.

Di bilik kecil itu hanya ada mereka berdua. Sementara yang lain menunggu di luar dan tidak ada yang diizinkan masuk kecuali mendengar suara yang mencurigakan. Di tempat itulah, Lee Hwon tak lagi diikat dan justru disuguhkan arak dan makanan. Putra Mahkota ingin ia mengatakan di mana lokasi berikutnya akan diadakan perdagangan ilegal. Dengan begitu, ia akan membantu para saudara Lee Hwon yang kini akan dikirim ke Yun.

Namun, hal mengejutkan terjadi. Lee Hwon justru mengarahkan belati ke depan wajah Putra Mahkota, sedangkan telunjuknya mengisyaratkan untuk diam. Lee Hwon mengatakan baru saja mendapat pesan dari Raja Baek agar membunuh Putra Mahkota. Itu artinya salah satu dari pengawal adalah mata mata Raja Baek.

“Siapa mata mata itu?" tanya Putra Mahkota.

“Aku tidak tahu, aku hanya mendengar ia membisikkan pesan dari Raja Baek."

“Kalau begitu mari kita buat sandiwara."

Putra Mahkota meminta Lee Hwon seolah olah melakukan percobaan pembunuhan. Keduanya membuat suara gaduh sehingga penjaga di luar bilik segera masuk dan mencegah aksi percobaan pembunuhan pada Putra Mahkota yang dilakukan oleh Lee Hwon. Sandiwara berlanjut ketika Putra Mahkota menyuarakan bahwa esok pria kecil itu harus dieksekusi karena telah mencoba melakukan percobaan pembunuhan terhadap dirinya.

Sang mata-mata segera mengirim pesan dengan seekor merpati bahwa Lee Hwon telah melaksanakan perintah Raja Baek. Akan tetapi gagal dan esok akan dieksekusi. Begitu pesan itu sampai pada Raja Baek, Raja Baek pun murka. Di sisi lain, adanya perintah eksekusi pada Lee Hwon oleh Putra Mahkota telah membuktikan bahwa pria kecil itu setia dan tidak berkhianat pada Raja Baek seperti kecurigaan mereka. Inilah tes sederhana yang dimaksud. Namun, semuanya menjadi fatal saat perintah eksekusi itu diturunkan.

Kali ini, Raja Baek harus menyelamatkan Lee Hwon karena pria kecil itu terbukti tidak berkhianat. la meminta mata-mata itu datang lagi pada Lee Hwon dan memberi perintah agar Lee Hwon mengatakan lokasi perdagangan berikutnya pada Putra Mahkota agar terbebas dari eksekusi.

“Lee Hwon, Raja Baek memintamu untuk mengatakan lokasi berikutnya pada Putra Mahkota, ini perintah," bisik mata-mata itu padanya.

“Bagaimana dengan orang-orang dari Yun itu nanti?"

“Mereka akan bersembunyi di kediaman Tuan Ma yang kedua, lakukan saja perintah Raja Baek."

Keesokan harinya, eksekusi terhadap Lee Hwon dibatalkan karena ia berjanji akan mengungkap lokasi perdagangan gelap berikutnya. Namun, dengan satu syarat yaitu ia ingin semua anak buahnya dibebaskan. Kesepakatan pun terjadi, Putra Mahkota juga mengajukan syarat bahwa selama penyergapan Lee Hwon harus ikut serta dan bersedia menjadi tameng jika ternyata Lee Hwon berbohong mengenai informasi tersebut.

Mata-mata itu mendengar semua rencana Putra Mahkota yang akan membawa sedikit pasukan karena mengira hanya akan menghadapi pedagang bukan bandit. Pasukan yang terbagi dua itu terlihat sangat lemah sehingga musuh akan mudah saja melumpuhkan mereka. Tak ingin menyia nyiakan kesempatan, sang mata mata segera mengirim pesan lagi dengan seekor merpati. Alih alih berhasil, merpati itu segera dipanah oleh Lee Hwon sat hendak terbang untuk membawa pesan pada Raja Baek. Dan ternyata, para pasukan Putra Mahkota telah mengepung tempat itu guna menangkap si mata-mata.

“Cepat pergi ke kediaman Tuan Ma yang lama, mereka semua ada di sana," pinta Lee Hwon pada Putra Mahkota.

“Apa alasanmu membantuku? Mengapa kau sekarang berpihak padaku bukan pada Raja Baek lagi?" tanya Putra Mahkota.

“Aku hanya ingin melakukan apa yang ingin kulakukan. Jangan buang waktu lagi," jawab Lee Heon.

Kali ini, adalah pertarungan antara Putra Mahkota dan Raja Baek. Jika sebelumnya mereka hanya perang dingin, sekarang tidak lagi. Dua duanya sama sama mengerahkan pasukan sebanyak banyaknya. Di tengah keributan itu, Lee Hwon undur diri. la menolak tawaran bahkan hadiah dari Putra Mahkota dan segera memacu kuda untuk menemui Raja Baek. Ada satu hal penting yang harus dilakukan.

Lee Hwon menemui Raja Baek dan mengatakan bahwa semua pasukan Raja Baek telah tewas karena mata-mata itu berkhianat setelah diiming-imingi hadiah besar oleh Putra Mahkota. Padahal kenyataanya kedua pasukan masih berperang dan belum diketahui siapa pemenangnya. Pun dengan mata-mata itu sebenarnya telah mati. Lee Hwon membohongi Raja Baek agar Raja Baek segera memusnahkan bukti berupa pembukuan perdagangan ilegal sebelum Putra Mahkota sampai ke istana dan mengadukan pada kaisar.

Sebagai orang kepercayaan Raja Baek, Raja Baek pun bergegas menuju brankas penyimpanan dan memberikan semua pembukuan itu pada Lee Hwon agar segera dimusnahkan. Setelah itu, ia akan menuju istana dan menemui Kaisar Tal untuk memutar balikkan fakta. Kali ini, Putra Mahkota akan difitnah sebagai orang di balik perdagangan gelap yang kini memberontak melawan dan memerangi pasukan kerajaan yang dikirim oleh Raja Baek.

“Segera bakar semua ini dan pergilah," titah Raja Baek pada Lee Hwon.

Lagi-lagi, Lee Hwon mengkhianati Raja Baek. la membawa semua pembukuan itu dan menyerahkannya pada Kasim Ju agar dipergunakan untuk mengungkap kejahatan Raja Baek. Lee Hwon tak ingin melakukannya dengan tangannya sendiri karena biar bagaimana pun sejak dulu ia telah mendengar hal-hal baik mengenai Raja Baek dari mendiang Guru Qian.

Itu terakhir kali Lee Hwon terlihat oleh Raja Baek maupun Putra Mahkota. Setelah memutuskan untuk tidak menjadi orang kepercayaan dari salah satu mereka, Lee Hwon menjadi lega. Sekarang saatnya untuk mencari Yu Lu Xuan dan Lei Xiao Ao yang entah di mana keberadaan dua saudara angkat tersebut.

Sesuai rencana awal, Raja Baek tiba lebih dulu di istana dibandingkan Putra Mahkota. Ia menemui Kaisar Tal yang akhir akhir ini kesehatannya memburuk. Tampaknya penyerahan tahta kerajaan memang harus segera dilakukan sebelum beliau mangkat. Hoax terbesar yang disampaikan Raja Baek membuat kegaduhan dalam istana. Memaksa kaisar segera turun tahta dan menunjuk kaisar yang baru.

Terjadilah pertemuan mendesak di aula kerajaan yang juga sangat gaduh. Para pejabat istana sangat menyayangkan bahwa ternyata Putra Mahkota Yun itu tega menjual Tal pada negara asalnya. Dengan begitu, Putra Mahkota harus dihukum dan kekaisaran Tal mengajukan pembatalan tahta pada Yun yang diperuntukkan pada Putra Mahkota. Usulan demi usulan tak satu pun yang menginginkan Putra Mahkota tetap berada di Negeri Tal. Mereka sangat sakit hati karena perdagangan ilegal itu membuat rakyat semakin sengsara.

Semua pejabat istana meminta Kaisar Tal untuk segera mengangkat Raja Baek menjadi Kaisar. Hampir saja Kaisar Tal buka suara, tiba tiba Putra Mahkota hadir di tengah tengah mereka dan berhasil membalikkan keadaan. Ia mengeluarkan bukti berupa pembukuan yang berisi perjanjian dan pendapatan serta kesepakatan yang ditanda tangani oleh Raja Baek dan para pedagang dari Yun yang besar secara ilegal.

“Apa ini, putraku?" kejut Kaisar Tal saat melihat bukti bukti itu. Ia nyaris pingsan karena tak percaya bahwa pelaku sebenarnya adalah putranya sendiri yang justru memfitnah Putra Mahkota Yun.

“Ya, Ayah. Sayalah pelakunya."

Pengakuan Raja Baek sontak membuat seluruh pejabat istana yang hadir turut terkejut. Selama ini, putra kaisar Tal itu dikenal bijaksana dan cinta pada rakyat. Kendati demikian, Raja Baek adalah putra kandung kaisar. Maka dari itu, karena merasa gagal sebagai orang tua, Kaisar Tal menyatakan turun tahta dan menyerahkannya pada Putra Mahkota dari Yun. Namun, dengan satu permohonan, yaitu ia ingin sebagai kaisar yang baru, Putra Mahkota harus mengampuni Raja Baek.

Meski kecewa karena Raja Baek tak mendapatkan hukuman. Akan tetapi, Putra Mahkota merasa perlu untuk mengabulkan permohonan terakhir orang yang kini telah menjadi mantan Kaisar Tal. Segera berita pengangkatan Putra Mahkota sebagai Kaisar Negeri Tal sampai ke Yun yang besar. Hal itu langsung membuat Ibu suri menangis haru.

Wanita yang berasal dari klan perdana menteri Lao itu dianggap telah tega menyisihkan putra satu-satunya demi kelangsungan politik klannya. Namun, kini ia boleh berbahagia meski bukan di Yun, setidaknya putranya telah menjadi kaisar meski di negeri Tal. Pada penobatan itu, ibu suri tak bisa hadir untuk alasan keamanan dan hanya bisa mengirimkan hadiah pada putranya.

Pembersihan terhadap prajurit Raja Baek pun dilakukan. Semua ditangkap karena dikhawatirkan kelak akan menjadi pemberontak. Para bandit dan kumpulan Tuan Ma juga dibubarkan. Anak buah Lee Hwon pun semua ikut ditangkap karena dikira masih ada hubungan dengan Raja Baek. Hingga Le Hwon pun tertangkap dan mereka semua dijebloskan ke penjara.

Suatu hari, saat Kaisar Tal yang baru — Duo Duo, meninjau ke penjara tempat orang-orang Raja Baek ditahan, ia begitu terkejut mendapati Lee Hwon dan para anak buahnya juga ditahan. Duo Duo pun mengatakan bahwa para pengawal telah melakukan kesalahan sehingga harus segera membebaskan Lee Hwon dan anak buahnya.

“Lee Hwon, kali ini jangan menolak lagi. Jadilah orangku, kau sudah sangat berjasa bukan hanya padaku tapi pada negeri ini,” pinta Duo Duo.

Pada akhirnya, Lee Hwon bersedia menjadi pengawal pribadi Kaisar Tal. Bukan lagi Putra Mahkota, Duo Duo adalah Kaisar Negeri Tal.

To be continued

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel