Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BERTARUH NYAWA

Yun yang besar, yang dulu mengayomi negara negara di sekitarnya kini setelah sang kaisar wafat dan kursi kekaisaran kosong. Tiba tiba berubah menjadi negeri yang kejam di bawah kendali perdana menteri Lao. Ketiga anak perdana menteri yang lalhir dari tiga isteri pun sama semena menanya dengan sang Ayah. Panglima Bong dan Panglima Byeong keduanya dikenal sangat kejam, tetapi begitu setia dan patuh pada sang Ayah. Sementara si bungsu Lao Fei Fei yang manja juga sangat kejam dan arogan.

Negara negara di sekitar di bawah kekuasaan Negeri Yun pun diwajibkan menyerahkan harta, wanita, dan pemuda sebagai upeti. Tak terkecuali Negeri Tal di mana saat ini Wang Shuwan, Kang Jian, dan Putra Mahkota berada. Putri cendikiawan itu tak tega melihat para gadis diperlakukan seperti tawanan yang konon katanya sesampainya di Yun nanti akan diseleksi. Bagi yang lolos seleksi akan dijadikan pelayan istana sementara yang dianggap tak pantas akan dijual di rumah bordil.

“Kak Kian, tampaknya klan perdana menteri sedang berencana menghancurkan Yun yang besar,” geram Wang Shuwan.

“Shuwan, kita lahir sebagai rakyat Zhao bukan Tal maupun Yun, untuk apa mencemaskan hal itu?"

“Tapi, Yun yang besar sebelumnya adalah negeri yang agung. Melihat tikus tikus itu merusak rasanya aku tak terima," tegasnya lagi.

“Hemmm, tampaknya di hadapanku ini benar benar Lee Hwon bukan Wang Shuwan lagi," goda Kang Jian yang langsung membuat gadis dengan penampilan bak pemuda itu tersipu malu.

Kang Jian berpamitan setelah menghabiskan teh di meja kedai makan. Ia ada janji bertemu dengan Raja Baek sore ini. Sementara Wang Shuwan juga harus kembali ke kediaman Tuan Ma untuk membantu pegawai lain mengurusi garam garam yang akan dijadikan upeti ke Yun esok hari bersamaan dengan para tawanan dan hasil ternak.

“Senior, kulihat semua pegawai di sini dilatih bela diri. Bukankah itu berlebihan ketika pekerjaan kita hanya mengurusi garam, mengantarnya kemudian menjualnya?" tanya Wang Shuwan pada pegawai lama Tuan Ma.

“Hei, pria kecil. Nanti kau akan tahu saat Tuan Ma benar benar percaya padamu dan memberikanmu tugas pertama," jawab laki laki itu yang justru membuat Wang Shuwan semakin bingung.

“Tugas pertama? Setiap hari Tuan Ma memintaku mengantar garam ke banyak toko, apanya yang tugas pertama? Aku bahkan sudah melakukannya ratusan kali."

“Aaah ... sudah, sudah. Selesaikan ini lalu ikut yang lainnya latihan bela diri!"

Wang Shuwan yang kini menjadi Lee Hwon menyelesaikan tugas tanpa protes. Kemudian ia pun mulai bergabung dengan yang lainnya untuk berlatih bela diri. Setiap malam hingga tengah malam ia terus berlatih. Tak ada lagi menyulam maupun membuat kaligrafi. Ia benar benar melakukan kegiatan seorang pria sejak membuka mata sampai malam hari kembali tidur.

Di istana kerajaan Tal, Kang Jian memberi hormat pada Raja Baek. Keduanya sangat akrab, jika bukan karena sedang diasingkan, tentu Raja Baek sudah memberikan jabatan sebagai penasehat istana untuk Kang Jian. Meskipun keduanya sangat dekat, tetapi Kang Jian tidak sepenuhnya tahu apa yang ada di dalam hati dan kepala anak Kaisar Tal tersebut. Sejak kedatangan Putra Mahkota dari Yun, Raja Baek kerap menceritakan keresahannya kepada Kang Jian. Ia merasa bahwa menjadi pewaris tahta sepertinya sudah tak mungkin lagi.

Raja Baek merasa ini tidak adil. Jika ia harus bersaing dengan saudara se ayah ia terima. Masalahnya, Duo Duo datang dari Yun adalah putera dari mendiang Kaisar Yun. Pejabat istana dan semua rakyat Tal harus menerima ketika Duo Duo dinobatkan sebagai kaisar negeri ini menggantikan Kaisar Tal.

“Jika aku membunuhnya, apa itu berlebihan, Guru?" tanya Raja Baek kepada Kang Jian. Seketika itu membuat Kang Jian gemetar. Orang yang selama ini dikenal baik dan bijaksana rupanya memiliki sisi kejam.

“Yang Mulia, tidakkah cukup bagi Anda menjadi raja yang dicintai rakyat negeri Tal?" jawab Kang Jian.

“Jadi, menurutmu aku harus hadir dan memberi hormat pada anak kemari sore itu ketika ia menduduki tahta ayahku?"

“Maafkan hamba, Yang Mulia. Menunduk tidak akan membuat Anda terhina. Jangan mengotori tangan suci itu, Yang Mulia," jawab Kang Jian mencoba membujuk Raja Baek.

KEROMPYAAAANG!!!

Raja Baek melempar kunci kunci. Itu adalah kunci serep penjara para tawanan yang akan dibawa ke Yun esok hari. Saat ini prajurit Yun yang berjaga, sedangkan kedua panglima Yun tengah mabuk dan tidur di istana. Raja Baek meminta Kang Jian untuk memberikan kunci itu pada Tuan Ma.

“Berikan kunci ini pada Tuan Ma. Hanya ini yang bisa kulakukan untuk rakyatku sebelum pengangkatan Duo Duo menjadi kaisar negeri ini. Setelah itu terjadi, jangan harap aku masih berbaik hati pada mereka."

Kang Jian undur diri sembari menyembunyikan kunci itu di balik jubahnya. Tuan Ma akan mengerti jika melihat benda yang terbuat dari besi tersebut. Hampir tengah malam, Kang Jian menemui Tuan Ma yang sedang mengawasi para pegawainya berlatih bela diri.

“Semuanya! Berkumpul!" seru Tuan Ma memberi instruksi pada semua pegawai agar menghentikan latihan dan mendekat padanya juga Kang Jian.

Tuan Ma menyebutkan bahwa mereka baru saja mendapat tugas dari Raja Baek. Siapa pun boleh berpartisipasi. Akan tetapi karena ini misi rahasia, Tuan Ma hanya ingin tiga orang yang bersedia sukarela. Tak disangka, Wang Shuwan adalah salah satu dari tiga orang itu. Awalnya Tuan Ma tidak yakin dengan Wang Shuwan terutama tentang kemampuan bela diri. Namun, salah satu senior mengatakan bahwa kemajuan pria kecil tersebut sangat pesat. Ia gesit dan jitu dalam memanah.

Ketiganya bersiap untuk berangkat menyelinap ke penjara untuk membebaskan para tawanan. Kang Jian pun khawatir, ia meminta Wang Shuwan untuk mundur dari misi tersebut dan membiarkan yang lain menggantikan dirinya. Akan tetapi, Wang Shuwan cukup keras kepala dan tak menghiraukan larangan Kang Jian.

Tiga orang pegawai Tuan Ma itu bergegas masuk ke penjara. Satu per satu pintu jeruji dibuka. Mereka meminta para tawanan untuk lari sejauh mungkin tanpa menimbulkan suara. Para wanita dan pemuda itu pun segera mengambil langkah seribu menembus gelapnya hutan di malam hari. Tak disangka, Panglima Bong yang saat itu tidak mabuk seperti adiknya tengah berpatroli dan melihat rombongan tawanan terakhir baru saja berlari menuju hutan. Ia pun meniup terompet tanda bahaya dan terjadilah aksi perburuan terhadap para tawanan yang kabur.

Termasuk Wang Shuwan dan dua lainnya, mereka bertiga berpencar untuk mencari jalan masing masing kembali ke kediaman Tuan Ma. Wang Shuwan terus berlari semakin dalam ke dalam hutan. Ia tak tahu bahwa sedari tadi Kang Jian mengikuti dirinya karena rasa khawatir sesuatu yang buruk terjadi pada mantan kekasihnya itu.

Panglima Bong dengan kudanya sangat cepat. Ia mengarahkan busur panah pada siapa saja yang dilihatnya. Saat itu Wang Shuwan berlari di hadapannya. Hal itu tentu menjadikan punggung kecil itu sebagai target panah. Dan ....

Panah itu berhasil menembus punggung hingga dada seorang pria, tetapi bukan Lee Hwon, melainkan Kang Jian yang mencoba melindunginya. Alhasil keduanya terjerembab ke jurang dengan posisi Kang Jian mendekap tubuh Wang Shuwan.

Meski jurang itu tak begitu dalam tapi di malam hari tak dapat dilihat yang menyebabkan Panglima Bong yakin bahwa targetnya telah mati. Ia pun memutar arah lari kuda untuk memburu tawanan yang lainnya.

“Kak Jian, bertahanlah! Aku akan membawamu pulang. Le Ying pasti tahu harus berbuat apa. Bertahanlah, Kak,” ujar Wang Shuwan disertai air mata yang bercucuran,

“Lee Hwon, kau adalah Lee Hwon, jangan menangis lagi, kau adalah pria yang tangguh.”

“Kak Jian ...."

“Wang Shuwan, aku berhutang maaf padamu, maafkan aku. Dengarkan aku, lindungi Putra Mahkota. Raja Baek ... Raja Baek ...."

“Kak Jian! Kak Jian! Bertahanlah! Aku mohon!”

To be continued

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel