Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

TEMPAT PENGASINGAN

Beberapa bulan kemudian ....

“Shuwan ... Wang Shuwan!"

Pria itu mengguncangkan tubuh wanita yang baru saja ia angkat dari bibir pantai. Ia, istrinya dan keluarganya yang sebelumnya adalah kaum bangsawan telah diasingkan ke sebuah negara kecil lebih kecil dari Negeri Zhao tempat ia dilahirkan dan dibesarkan menjadi seorang guru besar. Karena kesalahan melindungi dan terlibat dengan kasus penyamaran yang dilakukan Wang Shuwan, maka inilah hukuman mereka. Diasingkan di negeri Tal.

Berbulan bulan mendiami tempat pengasingan, Kang Jian sekeluarga rupanya sudah mulai terbiasa dan bisa menerima dengan ikhlas takdir mereka. Setidaknya dengan dicopotnya gelar bangsawan, mereka tak lagi takut akan teror penculikan para bangsawan ketika harus tinggal di Negeri Zhao.

Hari itu, Qian Kang Jian seperti biasa mengajar di pengasingan. Meski sudah bukan lagi bergelar sebagai Guru Besar, tetapi jiwa berbagi ilmu tak pernah surut. Di tempat itu, pria cerdas itu mengajar anak anak di pengasingan. Bahkan dua kali dalam sepekan, Kaisar Negeri Tal memintanya datang ke istana untuk menemui putra mahkota yang usianya tidak lagi muda, sudah memiliki beberapa istri dan anak. Putra Kaisar Tal itu bernama Raja Baek. Sebelumnya, Baek adalah satu satunya kandidat yang akan menjadi kaisar negeri kecil ini. Akan tetapi, sejak kedatangan Putra Mahkota Yun, tampaknya posisinya terancam, meskipun Baek adalah putra kandung sang kaisar.

Negeri Yun yang besar begitu digdaya. Semua negeri negeri kecil di sekitar harus tunduk pada pemerintahan Yun. Bahkan jika Kaisar Yun meminta singgasana mereka untuk diduduki Putra Mahkota Yun, maka mereka harus suka rela menyerahkannya. Cerita di balik kedatangan Duo Duo ke negeri kecil ini adalah hal yang sama yang terjadi pada Kang Jian. Duo Duo yang bergelar sebagai Putra Mahkota Yun dihukum keluar istana karena karena berupaya membantu terpidana hukuman mati, Wang Shuwan dalam penyamaran sebagai seorang pria. Perintah itu diturunkan empat puluh hari setelah Kaisar Yun wafat. Saat ini hingga ditemukan pengganti kaisar, negeri Yun dipimpin oleh perdana menteri Lao. Sebuah keputusan yang sangat disayangkan oleh seluruh rakyat Yun.

Seorang putra kandung kaisar justru diasingkan di saat tahta kerajaan kosong. Jelas itu adalah konspirasi perdana menteri Lao dan para klannya untuk menguasai negeri Yun. Namun, Jenderal Lei berhasil mengungkap fakta bahwa selain Duo Duo, Kaisar juga memiliki seorang putra yang dilahirkan oleh Ratu terdahulu di tempat pengasingan. Rumor mengatakan bahwa bayi itu telah meninggal dunia bersama sang ibu saat kebakaran besar di pengasingan. Rumor itu dibantah oleh Jenderal Lei karena bayi itu tumbuh dan besar di rumahnya. Dibesarkan sebagai anak dan saudara Lei Xio Ao putranya.

Putra dari ratu terdahulu ternyata adalah Yu Lu Xuan. Sayangnya fakta itu baru terungkap setelah Lu Xuan juga telah diusir dari Yun karena kasus yang sama seperti Duo Duo dan Kang Jian. Oleh sebab itu, sejak saat diterbitkannya pernyataan bahwa saudagar Yu Lu Xuan adalah seorang Putra Mahkota pertama, dua fraksi berlomba lomba untuk menemukan keberadaannya. Ya, ia diketahui kabur dari tempat pengasingan dan keberadaannya masih menjadi misteri.

“Uhuk! Uhuk!"

Gadis itu terbatuk batuk setelah Kang Jian berulang kali melakukan pertolongan pertama pada korban tenggelam. Ia memuntahkan air dari mulutnya. Perlahan matanya terbuka dan melihat pria di hadapan yang awalnya tampak kabur menjadi semakin jelas.

“Wang Shuwan!"

“Kak ... Kak Jian. Kau kah itu?"

“Iya. Bagaimana mungkin? Bukankah kau ...."

Kang Jian tak melanjutkan ucapannya. Ia sendiri lah yang menghanyutkan jasad Wang Shuwan sesaat setelah gadis itu dipastikan meninggal dunia karena racun yang diminum saat eksekusi hukuman mati dilakukan. Berita duka beberapa bulan yang lalu telah mulai dilupakan oleh rakyat Yun maupun Zhao.

Meninggalkan hasil tangkapan laut, Kang Jian menggendong tubuh lemah Wang Shuwan ke gua dekat pantai tempat biasa ia beristirahat atau membuat kaligrafi sekadar menenangkan hati dan pikiran. Selanjutnya ia meninggalkan gadis itu untuk mencari pakaian ganti dan makanan. Tentunya ia melakukan dengan diam diam karena Le Ying sang istri mungkin tidak akan menyetujui keputusannya ini. Biar bagaimana pun, pernah ada hubungan istimewa antara Kang Jian dan Wang Shuwan.

“Tunggu di sini jangan ke mana mana! Aku akan kembali membawakan kau baju ganti dan makanan," titah Kang Jian yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh Wang Shuwan.

Di perjalanan kembali ke gua, Kang Jian bertemu dengan orang kepercayaan Raja Baek. Seorang panglima yang memutuskan untuk pensiun dan sekarang justru menjadi pemasok garam. Negeri Tal yang kecil ini hanya bisa menghasilkan garam. Pertanian dan peternakan memang kurang bagus sehingga sering terjadi kelaparan pada rakyat. Jumlah penduduk tidak begitu banyak karena Negeri Yun meminta para gadis yang tidak sakit maupun cacat untuk dijadikan dayang di istana.

“Guru Qian, Anda buru buru sekali?" tanya Tuan Ma.

“Tuan Ma. Emmm ... Anda?"

“Oh, aku sedang kekurangan seorang pegawai. Beberapa hari lalu beberapa pegawaiku dikirim ke Yun oleh Raja Baek untuk jadi prajurit. Sebentar lagi musim perdagangan garam, entah ke mana aku harus mencari pemuda pemuda yang bersedia bekerja padaku."

“Pemuda?”

“Iya, Guru Qian punya teman atau saudara? Aku janji akan mempekerjakan mereka dengan baik. Tempat tinggal, makan, pakaian, bahkan ilmu bela diri. Aku orang yang dermawan kau tahu itu, kan?"

Dalam benak Kang Jian terlintas merekomendasikan Wang Shuwan. Hanya saja ia adalah seorang gadis bukan pemuda. Akan tetapi, jika Wang Shuwan di bawah perlindungan Tuan Ma maka Kang Jian tak perlu khawatir. Tuan Ma adalah orang yang baik. Ia menarik diri dari dunia politik dan militer karena ingin hidup tenang tanpa kebohongan dan embel-embel nama besar.

“Bawa aku ke tempat Tuan Ma," pinta Wang Shuwan setelah mendengar cerita dari Kang Jian tentang pertemuannya dengan Pemasok garam itu.

“Shuwan, awalnya aku juga berpikir demikian, tapi itu sama saja mengulang kesalahan masa lalu. Kau harus menjadi seorang pria."

“Kak Jian, aku juga sudah tidak bisa menjadi Wang Shuwan lagi. Semua orang tahu bagaimana aku mati, bukan? Jika sampai ada yang menemukanku dalam keadaan hidup seperti sekarang ini, maka mereka akan mencari orang yang telah menukar racun itu dengan obat bius."

Setelah berdiskusi disertai perdebatan. Akhirnya, Kang Jian setuju mengantarkan Wang Shuwan kepada Tuan Ma. Mengenakan pakaian seorang pria, putri cendikiawan itu kembali menyamar sebagai seorang pemuda yang membutuhkan perlindungan, pekerjaan, dan tempat tinggal.

“Tuan Ma, ini adalah muridku. Orang tuanya telah meninggal dia sebatang kara tinggal di gua tepi pantai sudah setahun terakhir," ujar Kang Jian memperkenalkan Wang Shuwan pada Tuan Ma.

“Hemmm, anak muda siapa namamu?"

“Lee Hwon, Tuan,” jawab Wang Shuwan.

“Baiklah, Lee Hwon, mulai sekarang aku adalah ayahmu. Bekerjalah dengan tekun dan tidur serta makanlah dengan baik."

“Terima kasih, Tuan."

Hari itu, setelah mengantar garam. Wang Shuwan bertemu dengan Kang Jian yang baru saja mendatangi salah satu muridnya. Keduanya segera menepi saat iring iringan prajurit yang membawa tawanan dan persembahan untuk Negeri Yun melintas. Terjadi sedikit kegaduhan ketika seorang wanita tua terjatuh karena kelelahan. Wanita itu dicambuk, tetapi sang putri segera melindungi dan memohon ampun. Namun rupanya hati sang prajurit sama sekali tak tergerak dan justru mencambuk keduanya.

“Cukup!" teriak seorang pria yang baru saja berputar arah dengan kudanya. Pria itu tak mengenakan seragam prajurit. Ia justru mengenakan pakaian mewah layaknya anggota kerajaan. "Jangan cambuk mereka lagi! Buka saja ikatan mereka, bukankah perdana menteri meminta kalian membawa orang bukan mayat, ha?!"

Walaupun hanya berseragam prajurit, tapi tampaknya pria itu tak begitu menghormati pemuda yang tampak terhormat tersebut. Buktinya ia tak mematuhi perintah pemuda itu dan justru keduanya terlibat adu argumen sampai seorang yang juga berpakaian prajurit, tetapi tampak seperti jenderal datang menengahi keduanya.

“Ada apa ini? Hari sudah hampir gelap kenapa berhenti?"

“Kakak, Putra Mahkota memintaku melepas ikatan para tawanan dan persembahan," jawab pria itu yang ternyata keduanya adalah putra dari perdana menteri Lao yang sama sama berpangkat panglima.

“Benar begitu, Putra Mahkota? Sepertinya Anda lupa, bahwa Anda sudah tidak punya lagi kuasa terhadap Yun dan rakyat Yun termasuk kami. Urusi saja negerimu yang kecil ini. Kecuali jika Anda tak mampu bersaing dengan Raja Baek."

Putra Mahkota pun terdiam. Sejak sang Ayah wafat, perdana menteri benar benar menginjak harga dirinya. Ia hanya berharap agar putra mahkota pertama segera ditemukan agar Yun tidak lagi dijadikan alat untuk memperkaya diri keluarga Lao.

“Putra Mahkota,” gumam Wang Shuwan.

Saat berada di kedai, Kang Jian menceritakan mengenai Putra Mahkota Yun yang dibuang ke negeri ini setelah kaisar wafat. Kaisar Yun wafat di usia yang belum terbilang tua. Kematian yang begitu tiba tiba sebenarnya menimbulkan kecurigaan. Apalagi, perdana menteri melarang diadakannya otopsi terhadap mendiang dan langsung diadakan kremasi serta pemakaman.

“Setidaknya, di negeri ini dia punya kedudukan yang sama dengan Raja Baek, putra kandung kaisar Tal. Permintaan Ratu yang sekarang menjadi ibu suri menyebutkan bahwa tahta Negeri Tal harus diserahkan pada putranya yaitu Duo Duo."

“Kak Jian sendiri berada di pihak siapa? Raja Baek atau Putra Mahkota?"

“Shuwan, Raja Baek adalah orang yang bijaksana. Dia sudah dewasa dan matang, lagipula dia adalah putra kandung Kaisar Tal."

“Itu artinya Kak Jian berada di pihak Raja Baek?"

“Kau harus bertemu dengannya langsung. Tunggu sampai Tuan Ma membawamu bertemu dengan Raja Baek."

“Tuan Ma?"

“Iya. Tuan Ma adalah orang kepercayaan Raja Baek."

Wang Shuwan sengaja tidak menjumpai Putra Mahkota meski banyak hal yang ingin ditanyakan. Ia tidak ingin membuat kesalahan yang sama. Sekarang ia adalah Lee Hwon bukan lagi Wang Shuwan. Setiap hari berlatih memanah dan bela diri layaknya seorang pria. la makan dan bekerja layaknya pria. Tidak ada yang menyangka bahwa putri cendikiawan yang lembut, dalam dua tahun telah berubah menjadi seorang pria tangguh.

To be continued

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel