Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6

Vely memakai blazernya kembali sedangkan Sean hanya duduk saja di sofa memperhatikan kegiatan Vely. Vely megambil smartphonenya lalu membuka kamera depan. Jarinya dengan cekatan merapihkan rambutnya yang seperti rambut singa gara-gara pergulatannya dengan Sean tadi. Vely berusaha menyembunyikan kissmark yang dibuat Sean dengan kerah bajunya dan juga rambutnya yang di urai. Vely berdecak kesal melihat tanda keunguan dilehernya. Dia harus menyiapkan bermacam-macam alasan nanti pada kedua sahabatnya dan juga keluarganya. Setelah selesai dengan penampilannya, Vely memasukkan smartphonenya ke dalam tas.

Vely mengalihkan perhatiannya pada Sean, dan Sean masih saja menatapnya dengan tatapan datar. Vely menunduk untuk mengambil dasi Sean yang dia lempar tadi, kemudian dia melemparkannya pada Sean dan tepat mengenai wajah Sean.

"Rapihkan pakaianmu." Vely berkata dengan ketus. Dia masih kesal dengan kejadian barusan, dimana dia hampir saja di perkosa oleh pria di depannya itu.

Sean tidak tahu kalau Vely bisa beladiri, dia pikir Vely hanya gadis liar yang manja dan hidup mewah. Dia tak menyangka kalau Vely bisa beladiri.

Memang, posisi Vely tadi tak menguntungkannya. Dengan Sean diatasnya lalu kedua tangannya yang dicekal oleh Sean dan kakinya yang diapit kaki Sean membuat dia susah bergerak. Tapi karena belajar beladiri, dia mempunyai kekuatan yang hampir setara dengan pria yang tidak bisa beladiri. Hingga saat Sean hampir melakukan pelecehan lagi padanya, Vely dengan sekuat tenaga menggulingkan tubuh Sean dengan tubuhnya sehingga mereka jatuh ke lantai dengan posisi yang berubah, Sean dibawah dan Vely di atas. Vely segera melepaskan kedua tangannya dari cekalan Sean dan dengan cepat menduduki perut Sean dengan tangannya yang menekan dada Sean dan membuat Sean sesak dan susah bergerak hingga Sean menyerukan kata tabu baginya. Menyerah.

Hingga kini Sean masih memperhatikan Vely dalam lamunannya. Dia benar-benar tak menyangka gadis liar dan manja seperti Vely mempunyai kekuatan yang setara dengannya. Harga dirinya sebagai pria terluka karena dia dikalahkan oleh gadis kecil.

"Memangnya ini semua gara-gara siapa?" Sean bertanya dengan nada menyindir sambil menunjuk dirinya sendiri. Vely mendengus mendengarnya. Well, itu semua gara-gara Vely. Vely menghadap Sean dengan berkacak pinggang dan tatapan malas.

"Jadi maumu apa hah?" Vely sudah benar-benar jengkel dengan kelakuan Sean yang membesarkan masalah kecil. Sean berdiri kemudian menyodorkan dasinya pada Vely membuat Vely mengangkat alis heran.

"Kau rapihkan bajuku dan pasangkan dasinya." Vely melotot. Dia bukanlah orang yang suka di perintah.

"Tidak. Aku bukan pelayanmu." Dengan angkuh Vely menolak. Sean hanya memandang datar Vely.

"Ini semua karenamu dan kau harus bertanggung jawab dengan merapihkannya kembali." Vely memutar mata bosan. Dia tak menyangka Sean yang terkenal dingin, cuek dan kejam itu memiliki sifat kekanakan. Dia juga bisa merapihkannya sendiri kan? Tapi karena tak mau berdebat lagi, Vely menyambar dasi dari tangan Sean.

Vely mendekat ke arah Sean kemudian tangannya dengan lincah mengancingkan kemeja Sean yang terbuka. Lalu Vely memasangkan dasi nya dan mengancingkan jasnya. Vely merasa seperti seorang istri yang sedang merapihkan pakaian suaminya sebelum berangkat kerja.

Vely menggelengkan kepalanya. Konyol sekali.

"Apa yang kau pikirkan?" Sean bertanya dengan datar. Dia tahu, kalau Vely sedang memikirkan hal yang aneh.

"Jangan menjadikanku sebagai model dari fantasi liarmu." Sean meneruskan perkataannya membuat Vely mendelik tajam mendengar perkataan Sean. Tapi dia megakui kalau dia memag sedang berpikir tentang hal-hal yang seharusnya tidak dipikirkan gadis berusia 16 tahun.

"Well, jangan salahkan aku kalau aku menjadikanmu sebagai model dari fantasi liarku. Kau sendirikan yang bilang kalau aku ini gadis yang liar. Lagi pula ini semua juga gara-gara ide sialanmu." Vely mengomel dengan tangannya yang masih sibuk dengan dasi Sean. Sean hanya diam saja. Dia tak membalas omelan Vely walau hatinya sangat ingin membalas.

Sean memperhatikan wajah Vely yang sedang serius dengan dasinya. Dia terlihat cantik. Well, Sean adalah pria dewasa yang normal yang pasti akan tergoda dengan godaan yang dilakukan Vely, walaupun Vely tidak bermaksud.

Sean sebenarnya sudah merasa tidak tenang saat dia melihat paha putih dan mulus milik Vely tadi. Sesuatu dalam dirinya memberontak ingin bebas, ingin mendapatkan haknya. Apalagi saat Vely duduk di pangkuannya. Itu benar-benar menyiksa Sean. Sean ingin sekali menyentuh dan mengelus paha Vely, tapi dia menahannya karena dia tidak yakin kalau tangannya tidak akan melakukan hal yang lebih.

Sean menghela nafas. Dia sudah berjanji bahwa selama hidupnya dia hanya akan menyentuh satu wanita saja. Itulah alasan dia tak pernah berciuman. Dan sekarang ciuman pertamanya mendarat di bibir gadis yang masih berusia 16 tahun yang kini sedang memasangkan dasinya.

Sean juga tak mengerti kenapa dia sangat bergairah hanya karena melihat paha Vely. Selama dia datang ke club, dia tak pernah tergoda apalagi bergairah karena melihat tubuh wanita. Dan kenapa dia harus bergairah karena gadis kecil? Yah, gadis kecil yang liar.

Vely menjauh dari Sean setelah tugasnya selesai. Dia mendudukkan dirinya disofa dengan sedikit kencang sehingga roknya menyingkap lagi menampilkan pahanya. Vely menyeringai melihat Sean yang sedang memperhatikan pahanya. Segitu menggodakah dirinya?

"Kau tergoda eh?" Seringai Vely semakin lebar. Tapi wajahnya langsung cemberut saat memdengar perkataan Sean.

"Apa kau ingin seperti tadi lagi hmm?" Sean bertanya dengan tenang walaupun tubuhnya tidak bisa tenang. Vely membenarkan letak roknya lagi.

"Berterima kasihlah aku tak mematahkan lehermu." Vely membalas perkataan Sean dengan kesal karena perkataan Sean barusan dan kesal karena ingat bahwa ciuman pertamanya telah direnggut oleh makhluk sialan tapi sexy didepannya. Vely mengerjapkan matanya beberapa saat. Apa dia baru saja menyebut Sean sexy? Sepertinya otaknya mulai bergeser.

"Kau masih kesal?" Sean bertanya setelah dia duduk tenang dikursi kerjanya. Matanya memperhatikan raut wajah Vely dari kesal lalu konyol dan kesal lagi.

"Tentu saja. Karena kau telah merenggut ciuman pertamaku." Sean termangu mendengar pernyataan Vely. Ciuman pertama? Sean tak percaya kalau gadis seliar Vely belum pernah berciuman. Tapi kalau benar itu bagus juga buat Sean. Karena Sean pun baru pertama kalinya.

"Aku tahu kau tak percaya kan? Tapi itu memang fakta. Walaupun aku ini gadis yang liar dan suka pergi ke club tapi aku tak pernah membiarkan laki-laki menyentuh diriku. Karena aku hanya ingin disentuh oleh satu pria seumur hidupku, dan itu adalah untuk suamiku nanti. Tapi sepertinya tidak jadi deh." Vely menjelaskan pada Sean. Sean kembali termangu mendengarnya. Prinsip hidupnya dan prinsip hidup Vely sama. Dia hanya ingin menyentuh satu wanita dan Vely hanya ingin disentuh satu pria. Satu pemikiran konyol terlintas di otak Sean. Bagaimana kalau dia dan Vely menikah saja? Tapi Sean harus membuang jauh-jauh pemikiran itu mengingat orangtuanya sudah menjodohkannya dan juga mengingat perkataan Vely bahwa dia akan dijodohkan dengan sekretaris ayahnya.

Sean dan Vely menghela nafas mengingat mereka sudah melanggar prinsip mereka masing-masing.

Tapi, tak ada yang tahu hari esok akan bagaimana.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel