Bab 5
"APA YANG KALIAN LAKUKAN HAH?!" Reica membentak sepasang manusia yang kini tengah bermesraan didepannya. Matanya merah dan berair. Tangannya mengepal. Wajahnya memerah menahan amarah yang membuncah.
Vely memutar kepalanya melihat ke arah belakangnya, dimana Reica dan Ronald berada. Vely menunjukkan wajah kesalnya pada Reica dan Ronald.
"Apa sih?! Ganggu orang aja." Vely kembali menghadap ke arah Sean. Sean hanya diam saja, dia membiarkan Vely yang memimpin drama mereka.
Sekarang Sean sedang duduk di sofa single yang berada di ruangannya dengan Vely di pangkuannya. Posisi Vely yang membelakangi Reica dan Ronald, membuat Vely dan Sean terlihat seperti sedang berciuman. Padahal mereka hanya mendekatkan wajah saja.
"Apakah mereka sudah pergi?" Vely berbisik di depan wajah Sean. Sean menegang saat nafas Vely berhembus di wajahnya, hingga tanpa sadar tangannya yang memeluk pinggang Vely semakin kencang memeluknya membuat Vely berjengit kaget.
"Apa yang kau lakukan?!" Vely berusaha agar dia tidak berteriak. Kalau berteriak, sia-sia semua dramanya.
"Diamlah. Mereka masih berdiri disana."
Ronald memperhatikan Vely dan Sean. Tapi dia merasa kalau Vely dan Sean tidak berciuman, mereka hanya saling berhadapan saja.
"Kalian sedang membohongi kami kan?" Pertanyaan itu meluncur dari bibir Ronald. Sesaat tubuh Vely menegang, tapi langsung rikeks lagi.
Vely turun dari pangkuan Sean dan berdiri didepan Sean. Vely melipat tangannya didada seolah menantang Reica dan Ronald.
"Apa yang kita lakukan bukan urusan kalian. Sebaiknya kalian pergi, jangan ganggu kegiatan kami." Setelah berucap seperti itu, Vely memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Sean yang entah sejak kapan sudah berada disisinya. Jemari lentik Vely bermain-main di dada Sean. Melihat Vely yang sedang memainkan drama mereka lagi, Sean langsung melingkarkan tangannya dipinggang Vely dan menariknya agar semakin dekat dengannya.
Imajinasi liar Vely bekerja. Tanpa sadar, jemarinya yang semula bermain-main di dada bidang Sean kini mulai membuka semua kancing jas Sean hingga menampilkan dada bidang Sean yang tercetak jelas dibalik kemeja putihnya.
'Apa yang dia lakukan?!' Batin Sean bertanya-tanya saat jari-jari Vely mulai melepaskan dasi dan membuka kancing kemejanya. Vely tersenyum miring saat tiga kancing atas kemeja Sean sudah terbuka sehingga Vely bisa melihat dada bidang Sean.
Vely melingkarkan tangannya di pinggang Sean dan mencurukkan wajahnya ke dada Sean. Tubuh Sean menegang saat hidung mancung dan mungil milik Vely menyentuh dan mengendus-endus dadanya. Vely berjinjit saat kini hidungnya menjajah area leher Sean. Awalnya Vely hanya mengendus saja, setelah bosan Vely mulai mencium dan menjilat leher Sean. Sean semakin mempererat pelukannya pada Vely dan memejamkan matanya menikmati sensasi aneh yang diberikan Vely.
Vely mulai menggigit kecil leher Sean hingga timbul bercak keunguan. Lalu Vely mengulanginya lagi hingga sekarang terlihat ada beberapa bercak keunguan di leher Sean. Vely bersorak dalam hati. Vely tak menyangka dia bisa melakukan hal itu, karena ini pertama baginya.
Setelah merasa Vely selesai dengan kegiatannya di lehernya, Sean menarik dagu Vely hingga Vely mendongak. Mata mereka saling beradu, nafas mereka terasa oleh masing-masing. Dan detik berikutnya Sean menempelkan bibirnya di bibir Vely. Vely tersentak kaget dengan apa yang dilakukan Sean.
'Ciuman pertamakuuu!!!!' Batin Vely menjerit saat sadar ciuman pertamanya dicuri oleh kakak sahabatnya dan sahabat kakaknya yang menyebalkan.
Vely masih diam saat Sean mulai menggerakan bibirnya. Kemudian Vely memejamkan matanya dan mulai membalas ciuman Sean. Mereka saling melumat dan menjilat tanpa menghiraukan dua sosok yang kini sedang memperhatikan mereka dengan amarah yang memuncak.
Sean dan Vely mulai terhanyut dalam ciuman mereka. Mereka seolah lupa bahwa yang mereka lakukan itu hanyalah sekedar drama.
Reica mengusap air mata di pipinya dengan kasar. Tangannya menarik tangan Ronald lalu mereka keluar dari sana dengan pintu yang ditutup kasar.
Suara pintu yang ditutup kasar itu membuat Sean dan Vely kaget hingga mereka melepaskan ciuman mereka. Vely melirik ke arah pintu yang sudah tertutup dan Reica serta Ronald pun sudah tidak ada.
Vely mendesah lega kemudian dia mengatur nafasnya yang memburu. Wajah Vely memerah saat sadar apa yang telah dia dan Sean lakukan barusan. Sedangkan Sean menyeringai melihat wajah Vely.
Vely menurunkan lengannya yang entah sejak kapan sudah melingkar di leher Sean. Vely mencoba mundur untuk menjauh dari Sean. Tapi lengan Sean yang melingkari pinggangnya tak melepaskannya begitu saja. Dengan sengaja Sean menarik Vely kembali hingga tubuh mereka berbenturan.
"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" Vely berusaha melepaskan dirinya dari dekapan Sean. Tapi Sean tak menghiraukannya.
"Apa kau pikir ini sudah selesai hmm?" Sean berbisik di telinga Vely membuat Vely geli.
"Apa maksudmu?" Vely bertanya sambil berbisik juga. Dia tak mengerti maksud Sean.
"Setelah apa yang kau lakukan padaku, kau pikir aku tak akan membalas hmm? Kesalahanmu adalah kau sudah membangunkan singa yang tidur." Setelah mengatakan itu, Sean kembali duduk di sofa single dan menarik Vely hingga Vely duduk di atas pangkuan Sean. Vely tersentak kaget saat Sean menyusupkan wajahnya ke leher Vely.
"Apa yang kau lakukan Sean?!" Vely mengerang tertahan saat dia merasakan bibir dan lidah Sean mulai bermain di sana.
Vely berusaha melepaskan diri dari dekapan Sean. Tapi lengan Sean yang kokoh melingkari pinggang Vely dengan erat dan semakin erat. Vely memekik kaget saat Sean mulai menggigit lehernya, dan Sean melakukan itu berkali-kali. Sean mengangkat wajahnya dari leher Vely setelah menyelesaikan tugasnya.
"Sekarang kita seri." Sean berbicara dengan datarnya tanpa menghiraukan mata Vely yang sudah ingin keluar dari rongganya. Dengan cepat Vely bangkit dari pangkuan Sean.
Vely berjalan ke arah sofa tempat dia berbaring tadi. Vely mengambil smartphonenya lalu membuka kamera depan. Vely kembali melotot melihat bercak-bercak keunguan di lehernya. Dia melempar smartphonenya ke atas meja lalu telunjuknya mengacung ke arah Sean.
"Kau!" Wajah Vely sudah merah padam karena marah, kesal dan malu tentunya. Sean bangkit dari duduknya kemudian dia menangkap jari telunjuk Vely dan menurunkannya. Dengan cepat juga Sean mendorong Vely kebelakang hingga Vely terbaring disofa dan disusul Sean menindihnya.
"APA YANG KAU LAKUKAN?!" Vely berseru marah. Sean mengunci kedua tangan Vely dengan tangan kanannya di atas kepala Vely dan tangan kirinya menahan tubuhnya agar tak menindih Vely. Kaki Sean dirapatkan berusaha menahan Kaki Vely yang bergerak ingin bebas.
"Kau ingat? Tadi kau mempersilahkanku untuk memperkosamu dan kau bilang akan mematahkan leherku detik itu juga. Apa kau masih bisa melawan dengan situasi seperti ini hmm?" Sean mendekatkan wajahnya berniat mencium Vely lagi. Tapi Vely memalingkan wajahnya sehingga bibir Sean mendarat di rahangnya. Sean mengangkat kepalanya lagi.
"Ah baiklah. Bagaimana kalau aku langsung memulainya?" Vely melotot mendengarnya.
Sean bercandakan?!