Ringkasan
Sean seorang miliarder muda berumur 25 tahun. Menjalin hubungan dengan gadis belia yang masih sekolah di balik pernikahan 'paksa' nya dengan Laura si model ternama. Vely seorang siswa berumur 16 tahun. Menjalin hubungan rahasia dengan seorang miliarder muda dibalik pertunangan 'paksa' nya dengan Evan yang menjadi CEO di perusahaan ayahnya. Walaupun menikah dan tunangan karena dipaksa orangtua, Sean dan Vely bertekad akan mempertahankan hubungan mereka. Tapi fakta yang mengecewakan membuat tekad mereka goyah. Hingga balas dendampun tak terelakkan. Balas dendam dengan hal yang sama. "Berselingkuh dengan suami orang disaat diriku mempunyai tunangan cukup menyenangkan. Apalagi jika tunanganku ternyata berselingkuh juga dengan istri dari selingkuhanku." -Vely Acellyn Hernandez- "Berselingkuh dengan tunangan orang disaat aku sudah punya istri tidak terlalu buruk. Apalagi mengetahui fakta bahwa istriku juga berselingkuh dengan tunangan dari selingkuhanku." -Sean Daniel Rodriguez-
Bab 1
Pagi yang cerah untuk mengawali hari yang baik. Seharusnya itu juga berlaku bagi seorang gadis yang kini sedang berjalan sendirian di koridor sekolah yang masih sepi. Tapi tidak setelah perdebatan dengan orang tuanya saat sarapan tadi.
Flashback on
"Vely, ayah ingin kamu menikah dengan pria pilihan ayah."
Vely langsung mematung mendengar pernyataan ayahnya. Apa maksud ayahnya dia dijodohkan? Tidak, dia tidak mau. Dia sudah cukup umur untuk memilih pasangan hidup sendiri tanpa campur tangan kedua orang tuanya. Vely mengangkat kepalanya yang semula tertunduk. Ternyata ayahnya sedang menatapnya.
"Apa maksud Ayah?" Vely bertanya pada ayahnya untuk memastikan bahwa dia salah dengar. Ayahnya menghela nafas, dia sudah tahu bahwa Vely akan menolaknya.
"Ayah ingin kamu menikah dengan pria pilihan Ayah." Ayahnya mengulang kalimat itu lagi. Vely kembali mematung mendengarnya. Ternyata dia tidak salah dengar, telinganya masih sangat berfungsi. Vely menyimpan sendoknya di atas piring. Nafsu makannya langsung hilang setelah mendengar perkataan ayahnya.
"Kenapa Ayah? Kenapa harus aku saja? Bahkan Kak Veta pun memilih suaminya sendiri." Vely mencoba untuk menolaknya.
"Ayah sudah tua untuk mengurus perusahaan Vely. Ayah butuh seorang penerus. Kamu tahu kan kakak iparmu itu tidak mau melanjutkan usaha ayah, dia lebih memilih pekerjaanya menjadi seorang arsitek." Vely membisu mendengar alasan ayahnya. Itu memang benar. Adrian, kakak iparnya menolak untuk menjadi penerus ayah. Dia lebih memilih menjadi seorang arsitek.
"Aku tahu Ayah. Ayah bisa menungguku selesai sekolah dulu, aku akan mencari pasangan hidup sendiri yang mau meneruskan usaha Ayah." Vely mencoba menolak permintaan ayahnya untuk menikah dengan pria pilihan ayahnya itu. Dia ingin mencari pasangan hidup sendiri, yang dia cintai dan tentu saja mencintainya.
"Tidak. Ayah sudah menemukan calon suami yang tepat untukmu." Vely mendesah gusar dengan kekeras kepalaan ayahnya itu. Dia tidak mau dijodohkan, apalagi dia masih sekolah.
"Kamu tahu Evan? Dia sudah bekerja selama delapan tahun menjadi sekretaris ayah. Dia sangat giat dalam bekerja, dia juga jujur." Sekarang Vely tahu siapa 'calon suami yang tepat' menurut ayahnya itu. Evan. Vely tahu siapa pria itu. Ayahnya sering membicarakannya. Ibunya juga selalu bilang kalau Evan itu pria yang baik dan sopan. Vely pernah bertemu sekali dengan Evan saat pernikahan kakaknya 2 tahun lalu.
"Jadi, ayah ingin kamu menikah dengan Evan. Ayah percaya dia bisa meneruskan usaha ayah dengan baik." Ayahnya semakin ngotot. Vely semakin enggan setelah tahu kalau ayahnya ingin menikahkan dia dengan Evan. Evan memang cukup tampan, baik, sopan dan rajin bekerja. Yang membuat Vely tidak mau adalah jarak usia dia dengan Evan yang terpaut jauh. Kalau tidak salah 11 tahun. Apalagi dia tidak terlalu mengenal Evan.
"Ayah tidak salah? Umurku dengannya terpaut jauh." Vely memberi alasan agar ayahnya tidak ngotot lagi ingin menikahkannya dengan Evan. Tapi ayahnya hanya tersenyum mendengar alasan Vely.
"Umur tidak menjadi masalah. Kamu tak ingat? Umur Ayah dan ibumu terpaut 8 tahun." Vely ingat itu. Vely melirik ibunya yang sedari tadi hanya diam saja. Ibunya tersenyum hangat berusaha membuat dia tenang. Vely kembali memandang ayahnya. Mata coklatnya bertemu dengan mata coklat sang ayah.
"Ayah, aku tak mencintainya. Aku juga yakin kalau dia tak mencintaiku. Bahkan kami tak saling mengenal." Vely terus saja beralasan agar ayahnya berubah pikiran.
"Cinta akan hadir kalau kalian terus bersama." Vely menundukkan kepalanya. Dia tidak bisa mengelak lagi. Dia kalah.
"Baiklah terserah Ayah saja." Pada akhirnya Vely pun menyerah. Dia tahu sekeras apapun dia menolak, ayahnya akan tetap dengan pendiriannya. Ayah dan ibu Vely langsung tersenyum bahagia mendengar pekataan Vely.
"Bagus. Besok dia akan ikut makan malam disini. Persiapkanlah dirimu." Vely hanya mengangguk saja. Jujur saja, dia masih sangat keberatan.
Flashback off
Sampai sekarang Vely pun masih memikirkan perkataan ayahnya tadi. Dia sudah berada dikelasnya yang masih sepi. Vely duduk dibangku pojok kanan dekat jendela. Dia menopang dagunya dengan tangan kanannya sambil melihat ke arah luar jendela.
Karena sibuk melamun, Vely tak menyadari bahwa kelasnya mulai ramai. Bahkan kursi di sebelahnya pun sudah ada yang menduduki. Itu adalah Seanna, sahabat Vely sejak SD.
Seanna menatap bingung pada sahabatnya ini. Tak biasanya sahabatnya ini begini.
"Vel." Seanna memanggil nama Vely. Tapi Vely masih tak bergeming.
"Woy." Seanna berteriak di telinga Vely. Vely refleks menjauhkan kepalanya dan menutup telinganya yang berdengung. Vely menghadap ke arah Seanna dan memberikan tatapan yang mematikan. Tapi Seanna tak pernah terpengaruh dengan tatapan seperti itu. Seanna sudah kebal dengan tatapan seperti itu yang selalu diberikan sahabatnya ini dan kakak kutubnya.
"Ada apa sih Vel, dari tadi ngelamun terus." Vely menghela nafas dengan tangannya yang masih memegang telinga.
"Nggak." Vely berusaha menutupinya. Dia belum siap kalau harus bercerita walaupun pada Seanna. Seanna menatap Vely intens. Seanna tahu kalau sahabatnya itu sedang menyembunyikan sesuatu.
"Jangan bohong dong, Vel." Seanna mengerucutkan bibirnya. Kalau Vely tak bercerita, Seanna merasa tidak dapat dipercaya oleh Vely.
Vely menghembuskan nafas lelah. Dia tahu Seanna pasti akan merajuk seperti ini. Baiklah, bercerita pada sahabat sendiri tak masalah kan? Semoga aja diberi solusi.
"Begini, Na, kamu tahu kan Kak Adrian tak mau meneruskan usaha ayahku dan lebih memilih menjadi seorang arsitek." Seanna manggut-manggut mendengarnya. Seanna tahu tentang hal itu.
"Ayahku sudah tua, dan beliau ingin seorang penerus untuk mengurus perusahaannya." Seanna kembali manggut-manggut. Tapi sedetik kemudian dia menaikkan tangannya memberi isyarat pada Vely untuk diam dulu.
"Kenapa kamu memikirkan perusahaan ayahmu, Vel?" Seanna bertanya dengan heran. Vely geram dengan pertanyaan sahabatnya ini.
"Makanya dengarkan aku dulu. Aku belum selesai bercerita Onna." Seanna mendelik sebal kepada Vely yang menyebutnya Onna. Seanna benci panggilan itu, karna Onna itu adalah salah satu hantu yang terkenal di Jepang, Yuki Onna.
"Ayah ingin aku menikah dengan pria pilihannya yang dia percaya dapat meneruskan usaha ayah dengan baik." Seanna melotot mendengarnya.
"Jadi maksudnya, kamu dijodohkan?" Seanna bertanya dengan hati-hati. Vely mengangguk sebagai jawabannya.
"Terima aja, Vel. Siapa tahu orang yang dijodohkan denganmu itu adalah pangeran berkuda putihmu." Vely memukul pelan kepala Seanna. Bukannya memberi saran, dia malah berbicara ngelantur.
"Andaikan saja dia memang pangeran berkuda putihku, Na, aku akan menerimanya. Atau umurnya yang tidak jauh denganku, aku tak terlalu keberatan. Lah ini, aku dijodohkan sama om-om." Vely berucap dengan nada kesal dan jengkel.
"Om-om? Emangnya berapa umurnya?"
"Lebih tua 11 tahun dariku."
"Oh God! Apa ayahmu gila?" Vely kembali memukul kepala Seanna dengan lebih keras. Seanna bertanya dengan suara yang lumayan keras, membuat seisi kelas menatap kearah mereka berdua.
"Pelankan suaramu, Onna." Vely menekankan setiap katanya. Seanna hanya nyengir tak berdosa. Vely menggelengkan kepalanya melihat tingkah konyol sahabatnya ini. Seanna berdehem lalu menatap Vely dengan serius.
"Menurutku Vel, kamu terima aja dulu. Bisa jadi kan kalau pria yang dijodohkan denganmu itu adalah jodohmu. Setidaknya pria yang sudah dewasa akan mengerti sifat labil kita." Vely melongo mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Seanna.
"Sejak kapan kamu jadi orang yang bijak Onna?" Vely bertanya dengan masih memasang wajah konyolnya. Sekarang giliran Seanna yang memukul kepala Vely.
"Aku serius Vely-Onna." Vely mengusap kepalanya yang dipukul Seanna. Oke, Vely tahu kalau Seanna memang serius.
"Baiklah. Menurutmu begitu? Aku akan coba saranmu itu." Seanna tersenyum lebar mendengarnya. Tangan Seanna merangkul bahu Vely.
"Nah begitu dong."
Tak lama bel masuk pun berbunyi. Semua siswa dikelas itu pun duduk rapi dan menunggu guru yang akan mengajar.