Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7

Angel merapikan bajunya, meraih tas, lalu berkaca sekali lagi. Di pagi yang cukup ramai dengan mobil yang berlalu lalang, Angel harus kembali bekerja agar bisa terus mempertahankan pendapatannya. Sekalipun dia sudah hendak menikah dengan Zayn, dia tidak mau bergantung kepada lelaki itu. Mau bagaimanapun Angel harus terus menjadi wanita independen agar tidak hancur saat ditinggalkan lelaki lagi.

Oleh sebab itu, setelah melewati rutinitas pagi yang begitu sibuk sebagai seorang ibu, Angel bisa pergi. Tentu dengan berpamitan kepada anaknya dan menanti kedatangan Zayn yang katanya akan mengantarnya bekerja. Hanya saja, sepertinya akan sedikit lebih cepat kalau dia berjalan keluar gang terlebih dahulu. Nanti, dia bisa langsung masuk mobil saat berpapasan dengan Zayn.

"Halo, Sayang. Mama berangkat kerja dulu ya," pamitnya kepada sang anak yang sedang asyik bermain.

"Iya, Ma."

Angel tersenyum dan mencium anaknya. Tak lupa, dia memeluk dan memberikan beberapa wejangan kepada sang anak saat di rumah tanpanya. Barulah ia ke luar rumah dan berjalan perlahan menyisiri jalan beraspal yang tidak terlalu besar.

"Angel?"

Langkah Angel sempat terhenti sejenak kala mendengar suara panggilan dari dalam mobil. Sayangnya, mobil itu bukan mobil Zayn, melainkan mobil Thomas. Karena enggan terlibat, Angel memilih mengabaikannya saja dan terus berjalan.

"Angel."

Suara Thomas mulai meninggi disaat tak sabar akibat perilaku dingin dirinya. Namun, Angel masih bergeming dan tetap bersikeras untuk mengabaikan Thomas. Alasannya tentu saja dia sudah enggan terlibat dengan lelaki itu. Terlebih, dia sudah menerima lamaran dari Zayn.

Oleh sebab itu, Thomas serasa tak punya pilihan lain selain turun dari mobil dan mengejar wanita itu. Sungguh merepotkan. Namun, Thomas merasa ingin berbicara banyak hal.

"Angel! Dipanggil itu nyahut kenapa? Enggak menghargai banget!"

Kali ini kekecewaan Thomas sedikit meluap dan sedikit gegabah hingga tega mencekal lengan Angel. Terpaksa saja, Angel yang tadinya masih berniat ingin meninggalkan lelaki ini, menjadi tertahan dengan rasa kesal dan pedih yang bercampur aduk. Sial, sungguh sial.

"Apaan sih, Thom? Emang kamu siapa aku? Hah? Ngatur-ngatur aja. Lagian aku juga harus cepet-cepet berangkat kerja tau!"

Thomas menggeleng tak percaya mendengar penuturan Angel. Sebegini sulit kah bagi Thomas untuk menyusup ke dalam kehidupan Angel lagi? Padahal, dahulu Angel begitu patuh dan menghormatinya sebagai suami. Apa ini konsekuensi dari menyia-nyiakan istri penurut?

Ya tentu saja Thomas menyesal telah menyia-nyiakan Angel demi wanita baru yang manja dan tidak patuh. Oleh sebab itu, dia hanya ingin rujuk, kembali membina manisnya rumah tangga bersama Angel dan berjanji tak akan menyakiti wanita ini lagi. Hanya saja, kenapa semuanya terasa lebih sulit?

Tak lama setelahnya, jari Thomas dihempas Angel dengan kuat seakan enggan disentuh oleh jari-jarinya yang penuh najis. Bahkan, Angel begitu cekatan merapikan lengan bajunya dengan wajah kesal.

"Please, Ngel. Kasih aku waktu sebentar. Kita perlu ngobrol."

Angel tersenyum. Lebih tepatnya menampilkan smirk wajah yang meremehkan. Ekspresi yang jarang ia lihat dari sosok Angel.

"Ngobrol? Maaf ya, aku udah enggak ada waktu buat ngobrol sama kamu. Lagian perlu bahas apa sih? Hak asuh anak ada di aku. Anak-anak juga aku yang nafkahi selama ini. Mau ngomong apa lagi?"

Thomas terdiam. Lagi-lagi harga dirinya sebagai seorang ayah tertampar. Andai dia tak menelantarkan anaknya sehabis perceraian, paling tidak. Mungkin Angel masih sudi untuk membuka mata hatinya.

Sesaat, di dalam keheningan yang memojokkan, Angel sedikit meringis miris. Hanya ada satu hal yang masih perlu ia tegaskan kepada mantan suaminya ini agar tak lagi-lagi mengganggu hidupnya.

"Oh ya, kalau ada satu hal yang harus kamu tau, mungkin kamu harus tau kalau aku akan menikah lagi. Jadi, tolong jangan ganggu aku lagi."

"A-apa? Menikah?"

Angel hanya tersenyum sebagai pembenaran. Tampak sorot mata Thomas mendadak mematung begitu impiannya untuk rujuk kembali gagal. Bahkan, lambat laun, kemarahan mulai meluap ke sekujur tubuh mantan suaminya itu. Karena enggan menghadapi perdebatan lagi, Angel memutuskan untuk melenggang pergi. Namun, lagi-lagi suara hardikan dari Thomas memukul gendang telinganya.

"Angel! Apa-apaan kamu main pergi-pergi aja pas diajak ngomong orang? Hah? Apa pula tadi katamu? Menikah? Menikah sama siapa? Enak aja kamu."

"Lho aku mau ngapain aja terserah aku dong. Kamu kan bukan suamiku lagi. Kamu sendiri juga udah nikah. Jadi, minimal sadar diri lah, Thom," bentak Angel balik.

Lambat laun dia sungguh geram dengan lelaki itu. Lelaki itu yang menyakitinya, mencampakkannya, dan menikah duluan, tapi Angel tidak boleh melakukan hal serupa.

"Tapi aku ayah dari anak-anak kita, Ngel. Jangan lupakan fakta itu!"

Angel mendecih dengan tatapan jijik. Memang fakta itu akan selalu menjadi senjata yang ampuh untuk meluluhkannya. Hanya saja, peliknya kehidupan yang ia alami selama dua tahun terakhir sendiri telah mengajarinya banyak hal. Termasuk yakin bahwa ayah seperti Thomas tidak akan dibutuhkan oleh anak-anaknya.

Tanpa mereka sadari, sebenarnya baru tiba sepasang mata lain yang mengulur waktu sesaat untuk melihat ledakan dramatis yang terpampang di balik jendela mobilnya.

"Terus apa? Emang kenapa kalau kamu ayah biologis anak-anakku? Toh kamu sendiri yang udah ninggalin mereka."

"Jaga ya omongan kamu!" bentak Thomas tak terima lagi-lagi fakta itu dipelocoti. "Apa kamu enggak bisa mikir, bakal kayak gimana perasaan anak kita kalau lihat lelaki yang bersanding sama ibunya bukan ayahnya? Mikir, Ngel!"

"Lah kamu sendiri kenapa baru bisa mikir kayak gitu sekarang? Kenapa enggak dari dulu sebelum nyeraiin aku? Hah? Dasar mantan egois!"

"Buk__"

"Apa kamu lupa, Thom? Dulu ya, dulu nih, kamu sendiri lho yang menghancurkan rumah tangga kita. Terus kenapa kamu nuntut dan ngekang aku setelah kamu enggak punya hak atas diri aku lagi?"

Angel menyela dengan nada menekan. Dia sudah terlampau marah dan kecewa karena privasinya terganggu. Untung saja, seorang Zayn yang sekian detik mengawasi dari jauh segera menghalau. Menarik Angel dalam rangkulannya.

Hal itu tentu mendapat tanggapan tercengang dari Thomas. Bahkan, Angel sendiri tak menyangka Zayn sudah tiba dan langsung meraihnya dalam dekapan tepat di depan Thomas yang berdebat dengannya. Berdebar, tentu saja. Namun, dia sedikit takut dicap sebagai wanita murahan oleh lelaki yang kembali mengusik hidupnya.

"Nah, bener itu apa yang dibilang Angel. Lain kali otaknya dipakai dulu. Jangan jadi pria pengecut dengan merebut Angel yang sebentar lagi bakal jadi istriku. Iya kan, Sayang?"

Angel masih mencoba menarik napas dalam-dalam, menetralkan debar dan jantung dan pernapasan yang meledak-ledak akibat marah sekaligus grogi. Ditambah ditanya demikian oleh Zayn, Angel hanya bisa menatap manik mata lelaki itu dan mengangguk.

Aktivitas sederhana itu nampaknya sukses membuat Thomas geram. Hanya saja, Thomas sepertinya kehabisan akal. Tak tau harus melawan fakta sepelik ini dengan cara apa. Alhasil, kesempatan itu Zayn pergunakan untuk semakin menghabisi mental Thomas.

"Daripada kamu mengejar kembali calon istriku, jadilah lelaki bertanggung jawab yang mampu mengurus keluarga barumu. Kasian anak sama istrimu kalau sampai tau ayahnya masih lirik-lirik mantan istri."

Zayn tersenyum penuh kemenangan. Lantas semakin bersemangat untuk memamerkan kemesraan di depan Thomas demi mendeklarasikan betapa pentingnya ikatan mereka.

"Ya udah yuk, Sayang, kita masuk aja," ajak Zayn menuntun Angel dengan pundaknya. Meninggalkan Thomas yang diliputi sejuta kekecewaan dan kemarahan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel