Bab 4
Dua tahun berlalu sudah Angel melewati hari-harinya sebagai janda. Walau banyak cemooh yang ia dapatkan dari para tetangga. Tapi, ia tak peduli.
Yang terpenting ia bisa membiayai biaya sekolah kedua anaknya. Itu lebih penting sekarang. Ia juga semakin dekat dengan Zayn.
Zayn sering mampir dan bermain dengan kedua anaknya. Kadang-kadang mereka juga berkumpul di akhir pekan. Angel juga menyayangi anaknya Zayn, Angela.
"Mas, besok kita rencana mau weekend kemana?" tanya Angel. Ia bersandar di bahu Zayn. Bukan ia bermaksud genit. Hanya saja bersandar di bahu pria baik itu dapat memberikan kenyamanan yang selama ini tidak dapat ia temukan pada sosok mantan suaminya, Thomas.
"Kamu mau ke mana?" tanya balik Zayn sambil tersenyum. Mereka berada di sebuah Cafe. Cafe tempat mereka biasa bertemu.
"Ish kamu mah. Selalu nurutin kemauan aku. Kamu memang gak kepingin ke suatu tempat gitu?"
"Gak tuh. Aku senang jika kamu senang. Aku akan menuruti semua kemauanmu." Zayn tersenyum. Entah kenapa ia begitu iba dengan sosok Angel. Angel dan anaknya memiliki nama yang mirip. Memang, pekerjaan Angel lebih bagus dari dirinya. Hanya saja Zayn tahu kerapuhan perempuan tersebut.
"Ya udah. Kalau gitu, besok kita ke pantai ya," balas Angel tersenyum senang.
"Siap, Tuan putri."
Angel terkekeh geli melihat Zayn yang memberi hormat kepadanya.
"Ya sudah. Yuk dimakan. Keburu makanannya dingin," ucap Zayn lagi.
Keduanya memakan makanan mereka dengan perasaan yang amat bahagia. Tak pernah terbayangkan di benak Angel jika dia dengan mudah membuka hatinya lagi yang sempat hancur berkeping-keping tak tersisa.
Mereka sudah selesai makan. Dan tak lupa membungkus makanan untuk anak-anak mereka.
Sepanjang perjalanan mereka terus bergandengan tangan. Zayn dan Angel yang dahulu tersakiti kita bisa bahagia. Mereka memang tidak punya harta yang berlimpah. Namun, kasih sayang mereka sangat punya. Keduanya bisa saling menguatkan satu sama lain.
"Ngel, apa kamu tidak bosan seperti ini terus?"
"Kenapa? Kamu sudah bosan denganku?" Angel menatap Zayn dengan tatapan takut.
Zayn tertawa kecil.
"Haha, gak lah. Aku tidak akan pernah bosan bersama dengan seorang Angel," godanya.
"Ish,. Gombal," ucap Angel malu dan memukul kecil lengan Zayn.
"Tapi kamu suka kan?" Dengan nada menggoda.
"ZAYN .... Jangan menggodaku terus," ujar Angel dengan nada merajuk.
"Iya-iya." Memeluk Angel dengan sayang.
Suasana menjadi hening. Keduanya menikmati semilir angin malam yang begitu sepoi-sepoi. Entah kapan tepatnya mereka menjalin hubungan ini. Yang keduanya tahu adalah mereka nyaman satu sama lain.
"Angel. Kita nikah yuk," ucap Zayn tiba-tiba. Angel tersentak dan berhenti tiba-tiba. Ia menatap Zayn tak percaya. Angel hanya terdiam tak menjawab apapun.
"Kenapa? Kamu masih takut? ucap Zayn seolah dengan melihat raut wajah Angel yang bisa tebak.
Angel mengangguk pelan. Tebakan Zayn begitu tepat sasaran.
"Maaf Zayn. Aku belum siap. Aku masih trauma."
Zayn menatap Angel dalam. Ia tahu jika Angel belum siap. Hanya saja, sudah banyak omongan tetangga yang tidak mengenakkkan tentang Angel. Zayn sudah tidak tahan.
"Angel sayang. Dengarkan aku, hubungan kita tidak baik jika begini. Belum lagi, omongan tetangga di luar sana. Kumohon kali ini biarkan aku memohon kepadamu."
Angel menatap Zayn bingung. Ia tidak tahu harus berkata apa.
"Tapi ...," Ucapan Angel tertahan. Zayn tersenyum lembut dan menggenggam tangan Angel erat.
"Kumohon percaya padaku. Aku berjanji akan menjadi suami yang baik."
Angel menatap ketulusan dan kesungguhan di mata Zayn. Mata itu begitu menenangkan bagi Angel. Angel merasa nyaman dan aman jika berada di sisi Zayn.
Angel tidak pernah memandang status Zayn yang hanya seorang Cleaning Servis. Ia tidak memperdulikan itu semua. Yang terpenting Zayn adalah sosok laki-laki yang baik. Yang sayang dengan dirinya juga anak-anaknya.
Karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Angel. Zayn hanya menghembuskan nafas kasar. Ia harus lebih bersabar lagi.
"Baiklah, jika kamu tidak bisa menjawabnya sekarang. Aku akan menunggu jawabanmu beberapa hari lagi."
"Maafkan aku ya, Zayn. Selalu membuatmu menunggu," ucap Angel merasa bersalah.
"Iya gak papa. Aku akan setia menunggu," sahut Zayn tersenyum.
Angel bernafas lega. Ia begitu beruntung mempunyai pacar baik seperti Zayn. Memang seperti yang dikatakan Zayn jika hubungan mereka tidak baik jika terus begini. Apalagi mereka bukanlah remaja puber melainkan orang dewasa yang tentu merasakan asam manis sebuah kehidupan.
"Makasih. Kamu memang paling pengertian sama aku."
***
"Kamu kenapa sich? Selalu bentak aku," ucap Karina kesal melihat Thomas.
"Bagaimana aku gak bentak kamu. Kamu lihat tuh anak kamu. Nangis terus. Aku pusing tau. Aku tidak bisa konsentrasi. Kerjaan aku begitu banyak."
"Itu juga anak kamu. Ya udah kamu coba untuk nenangin. Aku sibuk banget," ucap Karina acuh tak acuh.
Thomas menggeram kesal. Karina begitu tidak peduli dengan anak mereka. Karina hanya sibuk merawat dirinya dan pergi bersama teman-temannya ketimbang merawat anak atau pun Thomas sendiri.
Dengan perasaan marah Thomas menghampiri Karina yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya. Thomas merebut ponsel itu dengan paksa lalu melemparnya sembarang arah dengan kuatnya.
Karina begitu terkejut setengah mati dengan apa yang diperbuat oleh sang suami.
"MAS!!" teriak Karina marah.
"Aku sudah muak melihat sikapmu seperti ini." Thomas pun tampak marah. Ponsel itu sudah hancur berkeping-keping.
"Kamu keterlaluan Thomas. Kamu tahu itu hp keluaran terbaru dan harganya tidak murah!"
"Kamu lebih mementingkan ponsel dari pada anak kamu yang terus-terusan menangis. Di mana hati nurani kamu sebagai seorang Ibu KARINA!"
"Terserah apa kata kamu. Aku lebih baik pergi. Aku sudah tidak tahan lagi!" ucap Karina pergi. Dengan kasar, Karina menutup pintu. Ia sudah tak tahan lagi, selama dua tahun ini ia terus bertengkar dengan Thomas. Tak ada lagi kebahagiaan seperti dulu.
"Arghhhh .... SIAL!!!" Thomas membuang barang-barang yang ada di sekitarnya. Tangisan bayinya juga semakin kuat saja.
Thomas sangat pusing. Ia menangis tersedu-sedu. Kali ini ia ingat dengan mantan istri dan kedua anaknya. Istri yang begitu baik namun ia menyia-nyiakannya. Bahkan, Thomas tak pernah menjenguk kedua anaknya bahkan menafkahi mereka. Ia benar-benar sosok papa yang buruk. Entah bagaimana kabar mereka yang sudah ia tinggalkan begitu saja.
"Aku benar-benar pria yang bodoh. Bisa-bisanya aku melepaskan berlian dan memungut lumpur," ucap Thomas terisak.
Ia begitu menyesal sekarang. Tapi, nasi sudah berubah menjadi bubur. Ia tak bisa berbalik ke zaman itu lagi. Penyesalan memang selalu datang terlambat.
***
Angel sudah sampai di rumahnya. Ia di antar oleh sang pujaan hati, Zayn. Angel tersenyum tiada henti. Hatinya benar-benar senang hari ini.
"Kamu cepat masuk. Kasian anak-anak kamu. Pasti mereka sudah menunggu lama." Zayn hendak berbalik pergi.
Angel terkekeh dan memanggil Zayn.
"Hei, Angela bagaimana? Kamu melupakannya?" tertawa kecil.
Zayn memukul kecil kepalanya. Ia tertawa kecil. Bisa-bisanya ia melupakan anaknya satu-satunya. Padahal Angela sudah biasa menunggu dirinya di rumah Angel.
"Aduh, aku lupa," ucapnya tersenyum kikuk.
Angel hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Zayn.
"Kamu itu ya. Kebanyakan pikiran, makanya bisa lupa sama anak sendiri." Geleng-geleng tidak percaya.
Keduanya memasuki rumah. Zayn dan Angel tersenyum kecil melihat ketiganya tertidur di lantai beralaskan karpet. Mereka saling memeluk satu sama lain.
"Lihat mereka. Mereka sangat dekat ya satu sama lain. Merek pasti senang sekali jika menjadi keluarga yang sesungguhnya," kata Zayn tanpa sadar.
Angel hanya terdiam. Ia membenarkan perkataan Zayn dalam hati. Angela sangat sayang kepada Zio dan Zila seperti adik kandung sendiri. Ketiganya selalu harmonis dan saling mengayomi satu lain.
"Mungkin yang dikatakan Zayn ada benarnya. Kami lebih baik menjadi keluarga secepatnya," batin Angel.
Zayn mengangkat Angela dan menggendongnya.
"Ya udah, aku pamit pulang dulu ya," pamit Zayn tersenyum lembut.
"Iya, kalian hati-hati."
Zayn mengangguk.
"Sampai jumpa besok ya. Aku mencintaimu."
Angel hanya tersenyum malu. Zayn tak pernah bosan mengatakan kata cinta kepada dirinya. Bahkan Zayn mengucapkannya sebanyak dua kali setiap hari. Sudah seperti aturan meminum obat saja.