Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

"Syukurlah. Rumah ini sudah nampak layak. Lebih hidup daripada sebelumnya," ucap Angel tersenyum puas melihat hasil usahanya.

Angel mendekor dan mendesain sendiri rumahnya. Rumahnya nampak sudah sangat usang sebab sudah hampir puluhan tahun lamanya ia tinggal. Bersyukur masih bisa ditempati. Jika tidak, Angel tidak tahu lagi akan tinggal di mana. Mencari rumah di perkotaan bukanlah hal yang mudah.

Angel memang sangat berbakat dalam hal mendekor dan mendesaign. Bagaimanapun, ia bekerja di bidang itu.

"Syukurlah. Dulu aku tidak jadi menjual rumah ini. Jika iya, aku tak tau harus ke mana," ucap Angel lirih.

"Oh iya, aku harus membangunkan anakku dulu. Mereka pasti sangat senang. Aku sudah memasakkan makanan kesukaan mereka," batin Angel. Angel bergegas pergi ke kamar .

Rumah ini hanya memiliki satu kamar. Karena dulunya Angel tinggal seorang diri. Ia berasal dari panti asuhan. Sampai sekarang, ia tidak tahu di mana keberadaan orang tuanya. Apakah sudah meninggal atau masih hidup.

Angel sudah berusaha mencarinya. Namun, hasilnya nihil. Jadi, sekarang ia tak mau jika kedua anaknya kekurangan kasih sayang seperti dirinya dahulu. Meski hanya dirinya sendiri, Angel berjanji akan membuat anaknya bahagia.

Dulunya Angel sudah berusaha sekuat tenaga mempertahankan rumah tangganya. Namun, sekarang ia sudah tak sanggup lagi. Mungkin ini sudah menjadi takdirnya.

"Zio, Zila. Bangun sayang. Mama sudah buatin nasi goreng kesukaan kalian."

Zio dan Zila kompak bersorak senang.

"Yeyyy .... Asyik ...," kata keduanya serentak. Keduanya berhambur ke pelukan Angel.

"Ish, cuci muka sama sikat gigi dulu sana. Kalian bau!" Pura-pura menutup hidungnya.

"Athiap Ma," ucap si bungsu Zila.

"Siap Ma,"ucap Zio. Keduanya berlari ke kamar mandi.

"Hati-hati sayang. Awas jatuh!" teriak Angel.

"Iya Ma!" teriak keduanya. Keduanya tampak begitu gembira sekali.

Angel tersenyum senang. Kebahagiaannya terletak pada dua buah hatinya. Ia sekarang sudah mulai terbiasa hidup tanpa suami bejatnya itu.

Satu jam lamanya, Zio dan Zila sudah duduk manis di ruang makan. Yah, walaupun ruangannya kecil, tak sebesar rumah lama mereka. Tapi, rumah ini lebih nampak hidup. Apalagi setelah didekor ulang oleh Angel sendiri.

"Bagaimana? Enak?" tanya Angel kepada kedua anaknya.

"Enak Ma. Zila cukak," sahut Zila yang mulutnya penuh dengan nasi. Wajahnya terlihat begitu menggemaskan. Siapapun rasanya ingin mencubit pipi gembulnya tersebut.

"Masakan Mama memang paling enak di dunia." Zio begitu lahap memakan nasi gorengnya.

"Hmm, baguslah. Mama senang mendengarnya. Ini tambahin udangnya."

Angel memperhatikan Zio dan Zila. Hatinya lega, karena keduanya tak pernah menanyakan di mana Papa mereka berada selama ini.

Suaminya juga tidak menghubunginya lagi. Tampaknya ayah anak-anaknya itu begitu terbuai dengan sang selingkuhan sampai melupakan darah dagingnya sendiri.

Memang, kedua anaknya tak terlalu dekat dengan mantan suaminya. Karena mantan suaminya jarang di rumah. Bahkan sering tidak pulang. Ternyata hal itu berguna untuk saat ini.

Minggu semalam, ia dan suaminya resmi bercerai. Sekarang ia menyandang status janda dua anak. Hak asuh anak juga jatuh sepenuhnya di tangan Angel. Karena sang suami tak memperkarakan hal itu.

Itu semakin membuktikan jika mantan suaminya benar-benar tak peduli lagi terhadap mereka. Ini sudah tiga bulan lamanya Angel pergi dari rumah yang seperti neraka itu.

"Hari ini kita ke taman ya. Mumpung ini hari minggu. Bagaimana?" tawar Angel kepada ke dua anaknya. Mereka sudah berada di ruang tengah yang tak jauh dari dapur. Mereka menonton serial kartun pororo kesukaan Zila.

"Zio mau Ma. Kita kan sudah lama sekali tidak pergi jalan-jalan."

"Iya, Ma. Betul kata Kak Zio. Zila pengen ugak jalan-jalan kayak dulu lagi."

Angel tersenyum lembut dan mengelus rambut keduanya.

"Ya sudah kalau begitu. Nanti siang kita berangkat ya. Kita makan sepuasnya."

"Yeyyyy ...!" teriak Zio dan Zila.

"Terimakasih Tuhan, kau sudah memberikan aku kesempatan kedua sehingga aku bisa melihat senyum malaikat-malaikat kecilku," batin Angel.

Sungguh Angel menyesali niatnya yang ingin bunuh diri waktu itu. Beruntung ia di selamatkan oleh seorang pria tampan yang begitu baik hati. Angel berjanji akan membalas budi suatu hari nanti. Ia berhutang nyawa dengan pria tersebut.

"Ah iya, aku belum berterima kasih dengan benar kepada pria yang bernama Zayn itu. Aku harap bisa bertemu dengannya lagi," batin Angel.

***

"Zayn, yuk kita pergi ke taman dulu. Lumayan, hari ini ada acara amal gitu. Kita bisa makan gratis di sana."

Zayn menoyor kepala Udin sahabatnya.

"Kamu mah Din. Jika ada makanan gratis aja cepat nangkepnya. Seharusnya kita yang beramal seperti mereka, bukan makan dari acara amal," ucap Zayn menasehati. Udin memoyongkan bibirnya yang sudah maju semakin maju.

"Yah, gak papa dong. Lagian mereka beramal juga karena ingin mencari nama baik. Kan lumayan, lagian kita kan memang orang kecil," belanya.

"Iya sich. Tapi kan walau kita orang kecil, kita masih punya harga diri, Din."

"Ayolah Zayn. Katanya kayak ada penyuluhan tentang kesehatan lho. Lumayan juga kan, selain dapat ilmu kita juga dapat makan," bujuk Udin semangat. Kelihatan sekali jika dirinya ingin pergi.

"Ya sudahlah. Jika kamu memaksa," ucap Zayn pada akhirnya.

Udin dan Zayn sudah bersahabat dari sejak SMA. Mereka bekerja sebagai Cleaning Servis di tempat yang sama. Hari ini keduanya kebagian jatah piket.

Tak butuh waktu lama, kini Zayn dan Udin sudah berada di taman. Taman yang mereka datangi bukan taman biasa. Karena di sana, sering diadakan kegiatan seperti tadabur alam dan penyuluhan.

Taman itu sangat luas. Banyak para pengunjung yang datang membawa para buah hati mereka. Taman itu bernama 'Taman Safari' dan jaraknya dekat dengan tempat mereka bekerja.

"Andai aja aku punya motor Zayn. Aku pengen sekali ngajak anak sama istriku ke sini. Pasti mereka sangat senang," ujar Udin sendu. Zayn hanya terdiam. Anaknya sedang berada di rumah sendirian saat ini.

Kadang Zayn merasa bersalah, karena ia tak becus menjadi seorang Ayah yang baik.

"Kamu benar. Anakku juga pasti senang jika diajak kemari. Sayangnya keluargaku sekarang sudah tidak utuh lagi," lirih Zayn. Udin melihat Zayn iba, ia sangat tahu jika Zayn begitu terpukul dengan perceraiannya dengan istrinya.

"Sabar ya ,Zayn. Aku yakin, kamu pasti mendapatkan wanita yang lebih baik dari mantan istrimu itu." Mengelus pelan pundak sang sahabat baik.

Zayn mengangguk dan tersenyum. Entahlah, Zayn tidak kepikiran untuk menikah lagi. Yang ia pikirkan sekarang adalah bagaimana cara untuk terus membuat anaknya merasa bahagia.

Ia rela bekerja mati-matian untuk menghidupi sang anak dan untuk biaya pendidikannya yang masih panjang. Keduanya kembali melangkah hingga Zayn tidak sengaja menabrak seorang anak perempuan berumur lima tahun.

"Aduh .... Atit sekali," ucapnya meringis. Lututnya sedikit berdarah.

Zayn merasa bersalah dan langsung duduk. Ia menghembus-hembus pelan lutut anak itu.

"Maafin Om ya sayang. Om tidak sengaja."

"Iya Om gak papa. Zila yang salah, Zila yang sudah nablak Om dulu."

"Wah, anak itu cantik dan lucu sekali. Bahkan baik hati pula. Pastinya Mamanya orang baik ini," ucap Udin. Zayn mengangguk setuju.

"Zilaa!!." teriak seorang wanita dari kejauhan.

"Oh, itu asti mama kamu ya?" tanya Zayn. Zila mengangguk kecil mengiyakan.

Wanita itu mendekat ke arah Zila. Zayn begitu syok melihat wanita yang notabenenya adalah Mama dari gadis kecil yang ia tabrak.

"Astaga, bukankah ini wanita yang waktu itu?" batin Zayn begitu tidak menyangka. Wanita yang hampir mengakhiri hidupnya dengan cara yang salah.

Angel juga sama terkejutnya. Ternyata doanya terkabul juga. Akhirnya ia bertemu dengan penolongnya.

"Ini Zayn pria yang menolongku waktu itu kan? Dunia memang benar-benar sempit," batin Angel.

"Mama!" teriak Zila. Angel memeluk Zila erat.

"Kenapa sayang? Lutut kamu kok berdarah?" Bertanya dengan nada panik.

"Oh itu tadi. Anak kamu gak sengaja aku tabrak tadi," ucap Zayn.

"Bukan Om ini yang nabrak. Tapi, Zila yang nabrak om ini Ma," ujar Zila menatap lekat mamanya.

Angel dan Zayn saling bertatapan. Mereka tak menyangka jika akan bertemu lagi. Entah apa maksudnya semua ini. Apa mungkin ini yang dinamakan takdir?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel