Bab 9 . Cemburu karena secangkir coklat panas
Darren Sima merindukan Suri dan sangat kesal karena gadis itu sama sekali tidak menghubunginya. Darren Sima tidak dapat meninggalkan negara K sesuka hatinya, alasan utama tentu saja masalah keamanan namun selain itu dirinya tidak dapat meninggalkan tanggung jawabnya begitu saja. Dirinya akan mengatur satu pekerjaan yang mengharuskannya ke kota asal Suri, dirinya ingin mengunjungi Suri dan melihat sebenarnya apa yang dilakukan gadis itu.
Keesokan paginya kembali ke apartemen Suri. Suri bangun namun dirinya malas bangkit dari kasur empuk ini. Kakinya masih terasa sakit seperti dirinya baru selesai mendaki gunung.
'Ting Tong'.
Bel pintu berbunyi, Suri yakin itu Sam. Suri kesal mengapa harus datang sepagi ini, Suri melihat ponselnya dan waktu baru menunjukkan pukul 8 pagi. Kemarin malam dirinya tiba di apartemen hampir pukul 11 malam dan pastinya Sam pulang lebih malam lagi.
'Ting Tong' 'Ting Tong'
Bel pintu kembali berbunyi berulangkali, Suri melompat turun dari kasurnya. Sangat menyebalkan mendengar bel yang dibunyikan berkali-kali dengan tidak sabar.
Suri masih mengenakan pakaian tidur motif anak ayam berlari turun ke lantai bawah dan membuka pintu apartemen.
Dengan wajah gusar, Suri berkata "Ada apa?!"
Tuan Dominic menatap Suri yang masih mengenakan piyama, model piyama sesuai untuk Suri, celana panjang dan atasan kemeja lengan pendek dengan ukuran yang kebesaran. Yang paling mencolok adalah motif anak ayam yang banyak di seluruh piyama, sangat mencolok dan menyakiti mata yang melihat.
"Baru bangun?" tanya Tuan Dominic, yang melangkah masuk ke dalam apartemen Suri tanpa dipersilahkan.
Suri yang awalnya kesal mengira itu adalah Sam dan makin kesal karena yang datang adalah Tuan Dominic.
"Ada apa?", tanya Suri lagi. Suri menutup pintu dan berjalan mengikuti Tuan Dominic ke arah ruang tamu.
Tuan Dominic duduk di sofa empuk berwarna putih yang besar dan menatap ke sekeliling ruangan.
"Cukup bagus," gumam Tuan Dominic menilai apartemen Suri.
"Apakah anda datang pagi-pagi seperti ini hanya untuk melihat apartemen ini?" tanya Suri yang kemudian duduk di sofa di hadapan Tuan Dominic.
"Bukankah seharusnya kamu menawarkan minuman kepada tamu yang datang?" tanya Tuan Dominic sambil menatap Suri.
Gadis itu sangat cantik, wajah polos tanpa riasan, rambut panjang tebalnya sedikit kusut dan terlihat lucu dengan baju kebesaran yang membungkus tubuh indahnya.
Suri tidak menjawab namun wajah gadis itu terlihat semakin gelap. Suri berdiri dan berjalan ke arah dapur, dirinya juga butuh minum dan dirinya butuh kesadaran untuk menghadapi tuannya.
Suri membuka lemari dapur, semalam dirinya belum sempat memeriksa. Beruntung semua lemari telah terisi, sangat lengkap. Peralatan memasak dan makan juga tertata rapi. Ternyata Sam telah mengatur semuanya untuk dirinya, Suri akan berterima kasih padanya nanti.
Suri membuka kulkas pintu ganda dan di dalam kulkas semua bahan makanan tertata rapi, minuman kaleng lengkap beserta buah-buahan.
Suri lapar, dirinya ingin membuat sarapan sederhana untuk dirinya sendiri. Suri menyalakan termos elektrik untuk memasak air. Sambil menunggu air mendidih, Suri mencari bahan-bahan untuk membuat pancake.
Dirinya membuat lebih banyak, siapa tahu nanti Sam juga muncul. Suri menyeduh coklat panas dan menuangkannya ke dua buah cangkir.
Suri telah menyiapkan adonan pancake lalu menyiapkan pan untuk mulai memasak adonan tersebut.
Aroma harum mulai tercium, Tuan Dominic bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah dapur. Tuan Dominic melihat bagaimana Suri dengan lincah membalik pancake. Rambut panjangnya sudah di gulung ke atas berbentuk cepol dan menggunakan sebuah sumpit untuk menahan cepol rambutnya.
Suri menata setumpuk pancake di atas piring keramik yang indah. Coklat panas juga dituangkan ke dalam cangkir keramik yang sama indahnya. Suri berbalik dengan sepiring pancake di tangannya hendak menuju ke meja makan.
Suri menatap Tuan Dominic yang sedang bersandar di meja makan dan melipat tangannya menatap dirinya.
"Kamu begitu senggang, lebih baik bantu saya membawa dua cangkir itu ke meja," ujar Suri. Suri berjalan melewati Tuan Dominic meletakkan pancake di atas meja makan, lalu menarik kursi dan duduk.
Tuan Dominic mengikuti perkataannya dan berjalan ke dapur mengambil dua cangkir coklat panas dan berjalan ke meja makan lalu duduk di hadapan Suri.
Tuan Dominic biasanya selalu dilayani dan tidak pernah diperlakukan seperti ini, tapi itulah alasan mengapa Suri berbeda.
"Ada apa kemari pagi-pagi sekali?" tanya Suri kembali.
"Saya menunggu Sam," ujar Tuan Dominic sambil mengambil sepotong pancake dan mengunyahnya.
Suri tidak membalas perkataan Tuan Dominic, bukankah jika menunggu Sam seharusnya langsung ke apartemennya saja, bukannya malah kemari, batin Suri.
Tuan Dominic tahu Suri kesal atas kedatangannya, tapi semakin gadis itu kesal semakin Tuan Dominic suka melihatnya.
'Ting Tong'
Bel pintu kembali berbunyi, kali ini pasti Sam. Suri berdiri dan berjalan ke arah pintu lalu membukakannya untuk Sam.
"Tutup pintunya!", ucap Suri sambil berjalan kembali ke meja makan dan melanjutkan sarapan.
Sam berjalan masuk dan merasakan suasana sangat mencekam, ada apa ini? apakah dirinya ketinggalan sesuatu?.
Sam berdiri di samping Tuan Dominic dan berkata, "Selamat pagi Tuan".
"Duduklah," ucap Tuan Dominic sambil menunjuk ke kursi kosong disampingnya.
Sam duduk, lalu Suri berdiri dan berjalan ke dapur. Kedua pria itu menatap Suri yang berjalan ke arah dapur. Dan tidak lama Suri keluar dengan secangkir coklat hangat dan meletakkannya di depan Sam.
"Terima kasih," ucap Sam sopan.
"Kamu beruntung, aku mengambil minumanku sendiri!" ujar Tuan Dominic.
Sam merasa tuannya cemburu padanya hanya karena Suri mengantarkan minuman untuknya.
"Bagaimana jika kita tukaran?" tanya Sam. Bukan hal yang bijak membuat tuannya cemburu pada dirinya, yang ada tuannya akan membalas dengan membuatnya menderita puluhan kali hanya karena masalah secangkir coklat panas.
Suri menatap kedua pria di hadapannya. Tubuh besar dan umur tua tidak menjamin orang tersebut dewasa, terbukti bagaimana kedua pria dihadapannya sangat konyol.
Suri mengambil sepotong pancake melipatnya lalu mengarahkannya ke depan wajah Tuan Dominic, dan berkata "Buka mulutmu!".
Tuan Dominic melihat Suri akan menyuapinya langsung merasa senang dan membuka mulutnya lebar. Suri memasukkan pancake dengan potongan cukup besar, karena dirinya masih kesal dengan Tuan Dominic.
"Jangan suapi aku!" buru-buru Sam berkata. Dirinya tidak ingin mencari masalah dengan Tuannya.
"Siapa pula yang mau?" balas Suri sambil menjulurkan lidah mengejek Sam.
Seketika suasana menjadi cair dan mereka mulai makan bersama dan mengobrol ringan, sampai Tuan Dominic bertanya kepada Sam.
"Bagaimana dengan hal yang saya suruh periksa?" tanya Tuan Dominic.
"Akan segera dimulai, minggu depan!" balas Sam.
"Secepat itukah?" gumam Tuan Dominic.
"Apakah dirinya sudah siap?" tanya Sam dan kedua pria itu menatap ke arah Suri yang masih mengunyah pancake.
"Apakah kalian membicarakan diriku?" tanya Suri lalu memajukan tubuhnya menatap lekat ke dua pria dihadapannya.
Tuan Dominic mengetuk jari jemarinya di atas meja makan, dirinya tidak yakin apakah keputusannya tepat. Suri masih terlihat kekanak-kanakan, apakah misi ini cocok untuk gadis itu.
Sam sama khawatirnya dengan Tuan Dominic, namun Suri satu-satunya kandidat yang cocok dan tidak mencurigakan.