Bab 4 . Hanya padamu
Tuan Dominic menikmati pelukan dan ciuman Suri, dan itu cukup untuk saat ini.
Tuan Dominic melepaskan pelukannya dan mundur menjauhi Suri. Suri merasakan kehilangan saat Tuan Dominic melepas pelukan dan ciumannya. Untuk sesaat Suri merasa limbung dan tubuhnya goyah. Beruntung Tuan Dominic kembali memeluknya jika tidak mungkin Suri sudah jatuh terduduk di lantai.
Tuan Dominic mengelus pipi Suri yang lembut, sangat jelas terlihat Suri tidak memiliki pengalaman dengan pria. Terlihat jelas gadis itu kewalahan mengatasi hasratnya yang bergejolak, akan berbeda jika seseorang telah berpengalaman maka hasrat itu tidak akan jelas terlihat, seperti dirinya yang dapat menekan hasrat itu.
Mata Suri perlahan terbuka, Suri merasakan bibirnya bengkak dan sedikit perih. Perlahan kesadarannya mulai kembali dan akal sehat menyadarkan dirinya akan apa yang baru saja terjadi.
Suri melepaskan pelukan dan sentuhan tangan Tuan Dominic di wajahnya dan berjalan mundur. Suri dapat merasakan wajahnya memerah karena malu dan marah.
"Apa maksud ciuman ini?" tanya Suri dengan suara sedikit bergetar.
"Pelajaran buatmu agar tidak bermain-main dengan tuanmu. Kamu harus tahu batas untuk semua ucapan dan tindakanmu," jelas Tuan Dominic yang berdiri di hadapan Suri.
Suri marah kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya, lalu berkata "Apakah cara ini juga kamu gunakan untuk menghukum musuh-musuh wanita yang lain?".
"Tidak, hanya padamu!" jawab Tuan Dominic santai.
Dirinya cukup menikmati ciuman itu dan tidak keberatan melakukannya lagi jika Suri kembali.membuat kesalahan.
Suri sedikit lega saat Tuan Dominic mengatakan hanya melakukan hal tersebut pada dirinya. Namun kesadaran langsung menampar kelegaan yang dirasakannya. Seharusnya dirinya tetap marah pada pria itu.
"Baik, akan aku ingat." Suri tidak ingin membahas masalah ciuman itu lagi, saat ini dinding pertahanannya sudah luluh lantak.
Suri berjalan ke sofa mengambil tasnya, mengambil dompet merek terkenal miliknya lalu mengeluarkan kartu Bank berwarna hitam pemberian Tuan Dominic untuk membayar seluruh kebutuhan saat kuliah di universitas negara K.
"Kartu itu saya kembalikan, uang didalamnya sesuai dengan saldo awal pemberianmu dan tidak lupa saya tambahkan bunga sesuai dengan bunga berjalan Bank tersebut," ujar Suri.
Suri meletakkan kartu itu di atas meja kaca dihadapan sofa.
"Untuk sementara kamu tinggallah disini!", ucap Tuan Dominic.
"Tidak perlu, saya sudah membeli apartemen," ujar Suri "Dan apartemen itu tepat berada satu lantai dibawah apartemen anda!"
"Bukankah itu artinya dirimu sudah menghasilkan cukup banyak uang?" tanya Tuan Dominic. Harga pasar apartemen yang ditempatinya sangat mahal karena selain mewah juga berada tepat di jantung kota.
"Tentu, untuk itu jangan memandang sebelah mata profesi peretas," jawab Suri. Dirinya cukup kaya setelah bergabung dengan kelompok peretas 'Gray Hat", mereka hanya melakukan hal-hal yang tidak melanggar hukum contohnya membantu perusahaan-perusahaan besar menguji sistem keamanan mereka, bisa dibayangkan jika mereka juga melakukan hal-hal kotor maka Suri mungkin sudah kaya raya.
"Apakah ada yang perlu saya lakukan?" tanya Suri. Dirinya sudah sangat ingin pergi meninggalkan ruangan ini.
"Nanti malam kita akan bertemu beberapa rekan di kasino. Ini pertama kalinya untuk dirimu datang ke kasino bukan?" tanya Tuan Dominic.
Suri mengangguk, kemarahannya padam tergantikan dengan rasa ingin tahu dan penasaran yang sangat besar.
"Kamu adalah kartu As, belum saatnya bagimu untuk bertindak. Cukup melihat keadaan sekeliling, mengamati. Dan satu hal jangan gunakan nama aslimu saat orang lain bertanya dan jangan gunakan penampilan aslimu."
"Tapi jangan berdandan seperti dulu, itu akan mempermalukan keluarga Qin." Setelah mengucapkan hal tersebut, Tuan Dominic tersenyum teringat pertama kali bertemu dengan Suri. Gadis kecil pemberani yang telah menolongnya, saat itu penampilan Suri sangat jelek. Warna kulit dihitamkan dan rambut panjang yang kusam namun satu hal yang sama adalah bola mata gadis itu yang sangat jernih. Namun setidaknya itu semua telah membantu Suri tidak terjerumus dalam dunia porstitusi, dunia dimana gadis itu dibesarkan.
"Aku mengerti." ucap Suri, hendak berbalik meninggalkan ruangan.
"Tunggu!" Tuan Dominic menghentikan langkah kaki Suri.
Suri berbalik menatap Tuan Dominic, pria itu langsung mengecup lembut bibir Suri yang masih terasa bengkak dan perih.
"Pergilah." Ucap Tuan Dominic setelah mengecup bibirnya.
Suri melotot melihat pria itu dan berkata "Jika kamu melakukannya lagi tanpa permisi, maka jangan salahkan aku jika membanting tubuh tua mu ke lantai. Harusnya anda tahu aku pemegang sabuk biru Taekwondo!".
Suri selain jago meretas, dirinya juga berlatih bela diri sejak di bangku sekolah dasar. Anak perempuan lain mungkin akan belajar musik atau vokal. Tapi tidak untuk Suri yang tumbuh di lingkungan porstitusi, dirinya harus menjadi kuat untuk dapat menjaga diri. Dan saat kuliah di universitas ternama di negara K, dirinya mengambil kelas Taekwondo dengan mantan kekasihnya sebagai instruktur.
"Tua?" ujar Tuan Dominic, dirinya kesal dibilang tua, memang usia mereka terpaut cukup jauh namun penampilannya jauh dari kata tua.
"Apakah aku salah? Paman!", ejek Suri. Lima tahun yang lalu saat dirinya datang ke rumah besar untuk bertemu pria itu, Suri ingat jelas dirinya memanggil pria itu dengan sebutan 'Paman'.
"Sepertinya kamu kurang dicium," ucap Tuan Dominic dengan kedua tangannya hendak menangkup wajah Suri, dirinya tidak keberatan mencium gadis itu lagi. Rasa bibir Suri sangat manis dan kenyal, amat sangat memabukkan.
"Sampai jumpa!" ucap Suri sambil menghindari tangan Tuan Dominic. Suri pun berlari meninggalkan ruangan.
Tuan Dominic menyentuh bibirnya, dirinya masih dapat merasakan rasa Suri.
Suri berlari keluar rumah besar, dirinya tidak lagi melihat bibi Rossi. Hanya ada Sam berdiri di depan pintu menunggunya.
"Ayo, pulang!" ujar Sam.
"Berikan kuncinya," Suri mengulurkan tangan meminta kunci mobil kepada Sam.
"Kamu tahu jalan?" tanya Sam menatap Suri. Di negara K, Sam tahu Suri berkendara sendiri dan memiliki beberapa mobil.
"Ada ini," ucap Suri sambil menunjukkan ponsel pintarnya kepada Sam. Suri hanya perlu membuka peta, itu saja.
Sam melemparkan kunci mobil kepada Suri. Lalu Suri melambaikan tangan padanya dan berjalan menuju mobil.
"Hati-hati," ucap Sam bagaimana pun dirinya masih mengkhawatirkan gadis itu.
Sam yang membantu Suri membeli apartemen di gedung yang sama dengan milik Tuan Dominic dan dirinya. Apartemen Sam berada tepat di samping apartemen Tuan Dominic. Sedangkan milik Suri berada satu lantai di bawah mereka.
Suri berkendara ke apartemen, ini pertama kalinya dirinya ke apartemen yang sudah dibelinya satu tahun yang lalu. Sam membantunya menyelesaikan semua dokumen jual beli, selain itu Sam juga membantunya menata apartemen itu sesuai permintaan Suri. Tentu Suri yang membayar semuanya.
Suri berkendara perlahan, akhirnya dirinya sampai di gedung apartemen tujuannya. Tidak terlalu tinggi hanya 25 lantai namun gedung sangat luas. Suri yakin ruangannya juga sangat luas, dirinya sangat bersemangat.
Saat diperjalanan, Sam sudah mengirimkan nomor sandi pintu apartemennya yang berada di lantai 24. Suri masuk ke dalam lift dan menekan lantai yang dituju.
Pintu lift berdenting tanda dirinya telah tiba di lantai tujuan, satu lantai hanya terdiri dari dua unit apartemen. Suri mencari nomor unit apartemen miliknya dan menemukannya tidak jauh dari pintu lift.
Suri memasukkan sandi dan pintu terbuka.