11. Bulan Madu
Mereka menikmati makan malam bersama, suasana sudah sedikit cair, sesekali mereka tertawa kecil apalagi Risti memang hobi banget menggoda Bambang yang dinilainya terlalu polos. Risti memberikan teka teki kepada suaminya dan tak ada satupun yang bisa dijawab dengan tepat oleh Bambang.
"Bang, kenapa pohon kelapa di depan rumah harus di tebang?" tanya Risti sambil tersenyum iseng.
"Kenapa ya?gak tau deh." jawabnya polos sambil menggelengkan kepalanya.
"Karena kalau diangkat berat." hahaha, Risti tertawa renyah dan Bambang terlihat menyungginggkan senyum.
"Ada lagi nih" lanjut Risti kepada Bambang
"Tau ga persamaan AC sama kamu?"
"Ga tau" jawab Bambang lagi
"Sama-sama bikin aku sejuk." eeaa..eeaa.. Risti tertawa keras, hingga pengunjung yang lain memperhatikan mereka.
Bambang mengusap peluhnya yang mulai bercucuran karena sedikit grogi.
"Ah,,ga seru nih masa kamu ga bisa jawab satupun teka teki aku" bibir Risti maju dua senti
"Iya sorry aku ga banyak tahu soal teka teki " jawabnya masih dengan senyuman tipisnya.
"Nih terakhir kalau kamu bisa jawab aku yang traktir makan malam ini, kalau kamu ga bisa jawab...mmhhmm.." Risti ragu melanjutkan perkataanya.
"Kamu gendong aku sampai ke depan kamar." goda Risti sambil mengedipkan mata genitnya kepada Bambang.
Bambang menunduk, hatinya seketika dag dig dug.
"Aku harus bisa menjawabnya" gumam Bambang menyemangati dirinya sendiri.
"Tinta...tinta apa yang tak pernah luntur?" tanya Risti lagi
Bambang mengernyitkan dahi, memikirkan jawaban teka-teki.
Satu menit...
Dua menit...
Lima menit...
"Asiiikk..kayaknya aku bakal digendong nih" seru Risti bersemangat
"Eehh...ngga begitu Ris, sebentar aku kan masih berpikir." bantah Bambang
Jujur Bambang tak tahu jawabannya tapi dia berusaha mengulur waktu, mengontrol debaran dadanya.
"Oke...aku tunggu,,ayo apa jawabannya?" tanya Risti lagi sambil tersenyum menggoda
Lima belas menit berlalu....
"Hooooaaamm...Bambaaang..kelamaan ih aku ngantuk nih" rengek Risti seperti anak ABG, dari tadi dia menguap, menunggu jawaban Bambang.
"Mmmhh...tinta apa yaa?"katanya lagi.
"Tintaa yang nempel dibaju!" jawab Bambang asal.
"Salah." kata Risti menggeleng
"Nyerah ya?" tanya Risti sambil senyum mengejek.
Bambang dengan keras menggelengkan kepala.
"Ish..ya ampun Bambang aku ngantuk nih, cepetan donk jawab" Risti mulai senewen.
Bambang pasrah.
"Iya aku nyerah" jawabnya pelan dan lemah.
"Tintaakuu padamuuu" jawab Risti sambil membuat bentuk hati dengan kedua tangannya.
Bambang menelan salivanya.."Ya ampun kenapa wanita ini selalu berhasil membuatku salah tingkah, senyumnya apalagi l, manis banget" gumam Bambang dalam hati
"Yeeyyy....akhiirrnyaaa aku digendong" sorak Risti dari tempat duduknya.
"Hai sayaang...kebetulan sekali kita bisa bertemu disini?" suara sok manis seseorang mengagetkan Risti dan Bambang. Risti menoleh melihat asal suara.
Bibirnya mencebik.
"Hallo, " sapanya datar
Lalu berbalik kembali melihat ke arah Bambang yang masih terlihat kikuk.
"Boleh saya ikut gabung? Saya perhatikan kalian seru sekali ngobrolnya" ucap Munos
Tanpa mendengar jawaban, Munos sudah duduk manis di samping Risti dan menatap Bambang dengan tatapan merendahkan.
Risti malah bangkit dari duduknya dan berpindah duduk di sebelah Bambang sambil memeluk lengan Bambang.
Bambang kembali menelan salivanya, karena dia merasa ada benda kenyal yang menyentuh kulit lengannya. Peluh membanjiri wajah Bambang.
"Okee..okee..aku lupa kalian pengantin baru." kekeh Munos
Risti masih tak ingin berbicara, dia malas menatap wajah Munos, lelaki yang dua tahun lalu pernah mengisi hari-harinya dengan indah, selalu memuji dan memanjakan Risti, tetapi dikarekan sifatnya yang suka memaksa membuat Risti menyerah dan memutuskan hubungan dengannya.
"Kalau tak ada yang ingin dibicarakan kami permisi dulu ya, kau sudah tak sabar ingin....melanjutkannya di kamar ya khaann sayang?" tanya Risti menggoda, dengan senyum memaksa mengarah kepada Bambang agar mengiyakan perkataan Risti.
"Mmhhmm..iya sayang" jawab Bambang.
Risti berdiri bergeser ke samping meja memberi ruang agar Bambang melewatinya. Munos masih menatap pasangan pengantin baru di depannya ini dengan tatapan tak suka.
Bambang hendak berjalan namun tangannya dicegah oleh Risti.
"Ayoo..kamu tadi janji apa?"
Ssseepp....dengan sigap Bambang menggendong Risti ala bridal show. Lengan Risti mengalung di leher Bambang.
"Permisi" pamit Bambang sambil sedikit menunduk ke arah Munos.
"Bye..Munos"Risti melambaikan tangannya ke arah Munos yang masih menatap dengan tatapan cemburu.
Risti senyum-senyum sendiri merasa sangat bahagia saat Bambang menggendongnya, sedangkan Bambang berusaha sekuat tenaga menahan sesuatu yang mendesak dari bawah sana. Harum rambut dan tubuh Risti membuat Bambang goyah.
Akhirnya mereka sampai di depan pintu kamar. Bambang dengan cepat menurunkan Risti.
"Terimakasih suamiku sayang, cup..." Risti mengecup cepat pipi Bambang lalu membuka kunci pintu kamar.
Bambang tersenyum kecut, "Ya Tuhan rasanya seperti aku berselingkuh dengan istri sendiri."gumamnya dalam hati,,maafkan aku Fani" lirihnya lagi.
Risti lalu masuk ke kamar diikuti oleh Bambang, Risti segera bersih-bersih dan mengganti pakaiannya dengan baju tidur seksi, sedikit mirip lingeri tapi lebih sopan karena modelnya menutup pundak.
Risti sudah merebahkan dirinya di atas kasur cantiknya.
"Aahh..nyamannya" gumam Risti sambil menarik selimut tebal berwarna putih dan mencari posisi yang tepat meletakkan kepalanya di bantal lalu memajamkan mata dengan perlahan.
Bambang keluar dari kamar mandi sudah dengan kaos lusuhnya dan sarung tentu saja. Lama Bambang menatap Risti saat Bambang duduk di samping Risti yang dipikirnya sudah tertidur.
"Ish..jangan terlalu lama memandangku Bang,,nanti kamu bisa jatuh cinta" ucap Risti kepada Bambang masih dengan mata tertutup. Risti tahu kalau Bambang memperhatikan wajahnya.
Bambang seketika kaget wajahnya memerah karena malu ketahuan memandangi wajah istrinya lalu dengan cepat mengalihkan pandangannya, meletakkan kepala di bantal terus berbalik memunggungi Risti.
Risti membuka mata sedikit,lalu tersenyum dan kembali menutup matanya.
Pagi ini Bambang dan Risti berjalan menyusuri pantai, udara sangat sejuk dan pemandangannya begitu memukau.
"Ris..saya ke toilet dulu ya" pamit Bambang
Risti mengangguk sambil masih berjalan terus dengan perlahan menyusuri bibir pantai.
"Hai sayang,,kok sendirian sih?" tanya seseorang di belakang Risti.
Risti menoleh ke belakang.Munos lagi.
Risti memijat pelan dahinya.
"Apa yang kau lakukan?kau sengaja mengikutiku?" tanya Risti sedikit sewot dengan tatapan tak suka.
"Aku merindukanmu" bisik Munos seakan ingin menelan Risti.
"Ciih...menjijikkan." umpat Risti
Lalu berbalik dan berjalan menjauhi Munos tapi lengan Risti tertahan karena Munos menariknya dengan paksa.
"Aauu..kau menyakitiku Munos" bentak Risti sambil meringis menahan sedikit rasa sakit di pergelangan tangannya.
"Sorry...maafkan aku Ris." ibanya
"Dengar, aku sudah tidak ada urusan denganmu, dan sekarang aku sudah menikah dan mencintai suamiku, jadi kau jangan sekali-kali mencoba mengganggu, kau dengar!" bentak Risti dengan mata melotot.
"Bohong, kau tidak mencintainya," sergah Munos.
"Bagaimana mungkin kau mencintai lelaki yang baru dua bulan kau kenal?" tanya Munos dengan tatapan selidik.
"Huuhh..jangann kira aku tak tahu apa-apa sayang,aku selalu mengawasimu" pelan Munos mendekat, Risti mundur dengan gugup ternyata Munos mengetahui ia baru saja mengenal Bambang.
"Saling kenal lama juga belum tentu berjodoh ya kan?" bantah Risti, matanya mencari keberadaan Bambang yang lama sekali ke toiletnya.Risti mulai khawatir Munos melakukan hal yang lebih berani.
"Sayaaang,,,aku sudah bilang waktu itu aku akan melamarmu, tapi kau malah memutuskan hubungan kita"
"Sudahlah Munos, jangan ungkit masa lalu,,aku muak !" Risti mengumpat kesal
Dari kejauhan Bambang melihat pertengkaran yang terjadi antar Risti dan lelaki itu. Bambang bertanya-tanya siapa sebetulnya lelaki yang selalu mengganggu waktu mereka, dengan perasaan sedikit tak suka Bambang berjalan mendekati Risti dan Munos.
"Aku tahu kamu masih mencintaiku" ucap Munos dengan pedenya.
"Isshh..jangan harap, sudah aku buang jauh- jauh perasaanku saat kau berbuat kasar padaku." ucap Risti tak kalah sengit.
"Ayolah Risti maafkan aku" Munos memohon dengan sangat.
Aaarrgghh...Risti melangkahkan kaki dengan kesal meninggalkan Munos yang mencoba mengejarnya.
"Ayolah Risti kau bohong kalau kau mencintai suamimu" teriak Munos
Risti berbalik dan menatap penuh amarah kepada Munos.
"Istriku kalau sedang marah kenapa cantiknya jadi berlipat ganda yaa?" puji Bambang yang tiba-tiba hadir diantara mereka.
Risti kaget, ada desiran debar disudut hatinya saat mendengar Bambang memujinya.
Bambang memegang tangan Risti tanpa mempedulikan sosok Munos.
"Aku yakin akan mampu membuatmu tergila-gila padaku" gumam Bambang lagi sambil berbisik ke telinga Risti.
Mmmmuuuuaaahh..Bambang mencium bibir Risti dengan cepat.
Risti terpaku wajahnya merona, Ya Tuhan dua tahun lamanya sudah dia tak pernah ada yang mencium, sehingga ciuman singkat tadi membuatnya luluh kegirangan.
Mereka berjalan bergandengan tangan menjauh dari Munos yang masih terpaku dengan tatapan cemburu.
"Mmhh...bagaimana aktingku tadi?" tanya Bambang polos
"Apa?akting?" Risti kaget wajahnya mendadak sendu
"Ii...iyaa..kamu bagus, terlalu mendalami peran, sehingga mencuri ciuman dariku." umpat Risti yang bertambah kesal.
"Maaf..." ucap Bambang tulus.
"Sudahlah lagian kamu memang bukan tipeku, selesai semua sandiwara ini kita akan bercerai." ucap Risti berjalan menjauhi Bambang, ada air bening yang menetes di pipinya. Risti ga boleh cengeng, hanya karena seorang Bambang.
Bambang merasa ada yang sakit diujung sana. Ia tak tahu apa tapi Bambang begitu tak suka dengan kata cerai."
*****