Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

10. Hari Permikahan

Tepat pukul 18.30 pasangan pengantin baru yaitu Bambang dan Risti masuk ke ruangan resepsi yang sudah di dekor sedemikian bagus dan cantik, bunga-bunga hidup menghiasi setiap sisi ruangan ditambah lampu hias dan kue tart pernikahan yang sangat cantik. Benar-benar perfect seperti pesta pernikahan impian Risti.

Para tamu mulai memadati ruangan antri bersalaman dengan kedua mempelai banyak yang memuji kedua pengantin yang wanita sangat cantik dan mempesona dengan pakaian pengantin warna biru laut serta kilauan mutiara menghiasi baju tersebut sedangkan yang lelaki terlihat gagah dan menggoda. Yah Bambang terlihat berbeda saat acara resepsi, tuxedo biru dongker dan sepatu yang pas ia kenakan serta senyumannya selalu terurai saat bersalaman dengan para tamu, sesekali Risti memandangi wajah suaminya kini. "Hensem." bisiknya memuji.

"Wah selamat ya mas" lelaki tampan tamu undangan itu bersalaman dan mengucapkan selamat kepada Bambang sambil tersenyum.

"Iya terimakasih" jawab Bambang percaya diri.

Lelaki itu berbisik ke arah Bambang.

"Harusnya aku yang disitu" bisiknya dengan tatapan menggoda Bambang.

Bambang bengong lalu ikut tersenyum tipis. Lanjut lelaki itu menyalami Risti yang disambut Risti dengan ogah-ogahan.

"Selamat sayang" dia mencium punggung tangan Risti dan Risti merasa risih lalu mengibaskannya pelan.

Bambang sekilas memperhatikan dengan tatapan bingung namun tetap fokus pada tamu undangan yang lain.

Ia adalah Munos lelaki yang harusnya dijodohkan dengan Risti namun Risti menolak karena tahu perangai Munos yang tidak baik.

Acara selesai tepat pukul 9 malam.

Risti memukul-mukul pelan betisnya yang pegal karena hampir 2 jam berdiri menyalami tamu undangan ayah dan dirinya yang tak habis-habis.

"Mmmhh..apakah kau pegal?" tanya Bambang ragu-ragu

"Iya kakiku pegal sekali."

"Aku ada salab oles di kamar nanti kamu bisa gunakan." kata Bambang

"Baiklah, ayo kita turun." ajak Risti sambil mencoba berdiri dengan pakaian pengantin internasional yang membuatnya sedikit kesusahan. Dengan sigap Bambang membantu Risti memegang tangannya dan menuntunnya. Karin pun tak kalah repot mengangkat ekor baju pengantin yang sangat panjang itu.

Tepat pukul setengah sebelas malam mereka sudah di kamar dan bersiap untuk tidur. Risti sudah merapikan riasan lalu mandi. Begitu juga dengan Bambang sudah terlihat segar menggunakan kaos tidur dan sarung kotak-kotak biru favoritnya.

Suasana sedikit canggung.

"Mmhh dimana saya akan tidur?" tanya Bambang kepada Risti

"Ya di kasur bersamaku."

"Ehh..ga usah mba,,ehh Risti maksudnya, biar saya tidur di sofa itu saja." ucap Bambang kagok sambil menunjuk sofa empuk panjang berwarna coklat di dekat jendela kamar.

"Udah ga perlu khawatir aku tak kan memakanmu, aku terlalu lelah." ucap Risti sambil mulai merebahkan badannya di kasur itu.

"Apakah kamu mau menggunakan salap pegal-pegal punyaku"

"Iya boleh masih sangat pegal soalnya." ucap Risti sambil sesekali mengurut pelan betis putihnya.

Bambang terkesima melihat betis Risti yang terbuka.

"haduhh wanita ini benar-benar menguras kesabaran" gumam Bambang sambil berbalik lalu berjalan ke arah lemari mencari salap yang dimaksud.

"Maaf Ris, ini salapnya bisa oles sendirikan?" tanya Bambang pelan

"Iya bisa, Siapa juga yang mau minta diolesin, " gerutu Risti mulai mengolesi salap kebagian betisnya yang kaku.

Lampu kamar dimatikan Risti benar-benar lelah lalu tertidur dengan cepat, sedangkan Bambang masih belum dapat memejamkan matanya, harum tubuh wanita di sampingnya yang kini resmi menjadi istrinya membuat dia sedikit tergoda.

"Sadar Bambang..sadar" gerutu Bambang sambil memukul-mukul jidatnya.

Kepalanya menoleh memperhatikan Risti yang sudah sangat pulas, wajahnya sangat cantik tanpa riasan rambutnya terurai memukau, aahh...seharusnya mba Risti menikah dengan lelaki yang sederajat dan mencintainya, bukan lelaki sepertiku yang aahh...entahlah..bagaimana pernikahan ini ke depannya." bisik Bambang dalam hati lalu tak kuasa menahan mata yang seketika terpejam.

"Bang, ayo bangun udah siang." panggil Risti sambil menepuk-nepuk pipi suaminya.

"Baaaang. ayo, kalau ga mau bangun aku cium nih" gertak Risti dan seketika Bambang terduduk masih dengan tatapan sayu layaknya orang bangun dari tidur.

Risti terkekeh.

Bambang benar-benar polos fikirnya.

Risti dan Bambang turun dengan pakaian santai, ayah memperhatikan dengan senyum mengembang.

"Ayo kita sarapan" ajak ayah kepada mereka berdua.

"Oh ya sayang, ayah sudah atur masalah honeymoon kalian, pesawat jam 11 menuju Bali." kata ayah to the point sambil menatap Risti dan Bambang bergantian.

"Serius yah?" tanya Risti antusias.

"Iya donk, ayah udah pengen gendong cucu, jadi cepatlah berkemas Edward akan mengantar kalian." ucap ayah sambil melanjutkan makannya.

Bambang menelan salivanya " cucu"

Risti melirik Bambang yang terpaku.

"Kalau kau tidak bisa nanti aku ajarkan" bisik Risti sambil menyentuh kaki Bambang.

Trriing...

sendok di tangan Bambang terlepas kaget. Peluhnya bercucuran.

Risti menutup mulut menahan tawa.

Ayah menoleh

"Maaf yah sendoknya licin." kata Bambang sekenanya. Ayah ikut tertawa.

Mereka sudah tiba di ruang tunggu bandara, Edward sudah mengurus semuanya. "Aahh akhirnya liburan juga" gumam Risti gembira tapi tidak dengan Bambang, dia tak bersemangat aahh seandainya ini honeymoon dia dengan Fani tentu dia sangat bersemangat.

"Hei..ngelamun apaan sih Bang?" memperhatikan Bambang yang sedari tadi tanpa komentar.

"Eh..mmm ga papa kok, cuma kepikiran kembar" jawab Bambang berbohong.

"Tapi kalau dilihat dari wajah kamu sepertinya sedang memikirkan Fani" lekat Risti menatap wajah Bambang.

Bambang seketika menunduk ketahuan telah berbohong.

"Kamu sangat mencintainya ya?" tanya Risti kembali dengan wajah sendu.

Bambang mengangguk.

"Hhuufftt..kejam banget suami ngaku cinta sama wanita lain depan istri sendiri" Risti menghela nafas panjang.

"Maaf Ris bukan gitu maksudnya.." ucap Bambang pelan ada sedikit rasa khawatir terhadap perkataannya kepada Risti.

"Ahh..sudah sudah aku paham Bang, ga papa" jawab Risti

"Meskipun kita menikah dengan kondisi yang tidak kehendaki, paling ga kita sama-sama mengerti hak dan kewajiban kita, jika tak ada cinta tak apa, kita bisa seperti teman, ya kan" Risti berkata tulus.

Bambang sedikit lega melihat Risti tidak marah dan  bersikap dewasa.

Di dalam pesawat pikiran Risti melayang hatinya merasa sedikit gelisah setelah mendengar pengakuan Bambang, "hhuuufftt pernikahan apa yang akan aku jalani ini" bisiknya dalam hati.

Sampailah mereka di cottage yang telah dipesan oleh ayah, suasananya sangat bagus dan menyegarkan mata karena lokasinya berdekatan dengan pantai kuta hanya berjalan kaki kurang lebih 100 meter maka akan sampai di pantai.

Banyak turis berlalu lalang menggunakan bikini membuat Bambang sedikit gelisah dan tak berani menatap sekitar. Risti yang menyadari Bambang risih dengan situasi tersebut malah mendapat ide untuk menggoda Bambang.

"Seksi-seksi sekali turis disini" gumam Risti sengaja dengan suara yang sedikit dikeraskan agat Bambang mendengar.

"Aahh..jadi tak sabar menggunakan pakaian seperti mereka." lanjutnya lagi sambil melirik Bambang menanti reaksinya.

"Jangan Ris, ga boleh keluar dengan pakaian begitu" ucap Bambang seketika

"Ohh gitu jadi pake pakaian seksinya saat di kamar saja gitu" timpal Risti lagi

"Ehh jangaan seperti itu juga" Bambang mengurut puncak pelipisnya.

"Baiklaahh,,berarti kalau di kamar ga usah pake pakaian saja bagaimana?" tantang Risti.

Uuhuukk...

Bambang tersedak air mineral yang  ia minum saat mendengar kalimat terakhir Risti.

Risti tertawa gembira berhasil menggoda Bambang.

Pegawai cottage mengantar Risti dan Bambang menuju kamar pesanan untuk mereka. Risti tersenyum sangat gembira menikmati suasana saat ini.

"Main ke pantai yuk" ajak Risti

"Ga ah kamu aja" jawab Bambang merasa enggan.

"Yaahh..ga seru " Risti kecewa

"Okee..karena cuma aku doang yang ke pantai, sebaiknya aku pake baju yang kaya turis tadi, kali aja ada bule yang mau nemenin" ancam Risti sambil berjalan melenggang ke kamar mandi.

Bambang masih terdiam menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Selesai menggunakan bikininya yang ditutupi kemeja tran sparan berwarna putih yang berukuran  hanya sepaha membuat Risti jadi sangat menggoda ia tersenyum di depan cermin.

"Suami aneh, mmhhh..suatu saat kamu pasti nyesel udah nyuekin aku" gerutu  Risti sesaat sebelum membuka pintu kamar mandi.

Kleeeekkk...

pintu terbuka, Bambang menoleh maksudnya mau melarang Risti pergi.

"Eehhh..." Bambang terpekik melihat pakaian Risti yang begitu menggoda hasrat lelaki manapun.

"Maaf Ris, sebaiknya jangan pergi dengan pakaian seperti itu, malu" ucap Bambang menasehati tapi tak berani menatap Risti, dia berusaha menahan debaran dadanya yang seakan ingin melompat menerkam istrinya sendiri.

Masih tanpa melihat ke arah Bambang, Risti mencari- cari topi pantainya lalu berjalan melewati Bambang.

"Aauu..." pekik Risti saat tangannya ditarik Bambang.

"Sakit Bang, " keluhnya,mengurut pelan tangannya.

"Oke.. Saya ikut tapi pakaiannya jangan seperti ini." ucap Bambang sambil memberanikan diri menatap wajah istrinya.

Baiklah saya ganti dulu" Risti berbalik dengan cuek menuju kamar mandi sembari mengganti dengan baju kemeja yang lebih santai dipadu dengan kain pantai yang dililit dipinggang namun tetap saja Risti terlihat seksi. "Yes, berhasil"

Mereka berjalan menyusuri pantai,masih tanpa berbicara Bambang berjalan di belakang Risti.

"Kita nunggu sunset yuk Bang?" ajak Risti.

"Boleh"

Mereka duduk tepat di pinggir pantai menanti datangnya sunset.

"Bang.." panggil Risti serius

"Ya ada apa" sahut Bambang tanpa menoleh ke arah Risti.

Setelah pulang honeymoon kamu sudah bisa kuliah Bang,"

"A..apa?kuliah?" Bambang kaget

"Iya kan kamu pengen kuliah, udah aku daftarin, semua berkas dan biaya juga sudah beres, kamu tinggal ikut perkuliahan saja, jurusan design grafis, ya kan?"

"Tapi Ris.."

"Udah ga ada tapi-tapian kamu kuliah aja yang benar, soal biaya biar jadi urusan aku." sanggah Risti sambil tersenyum ke arah Bambang.

"Terimakasih." kali ini Bambang menatap penuh rasa syukur kepada Risti sambil tersenyum.

"Aahh...tapi ada syaratnya" kata Risti tegas

"Syarat apa?"

"Kamu ga boleh lepas cincin nikah kita, apalagi sampe jatuh cinta sama temen kuliah kamu." jawab Risti serius.

Bambang terkekeh

"Baiklah " jawabnya masih dengan senyum sumringah.

"Ish..kenapa senyum itu manis sekali, gawat...sadar Risti sadaaarrr...jangan sampai jatuh cinta beneran sama bocah ini"

****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel