Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

12. Main Teka-teki

Risti mendorong dengan kasar dada Bambang, ada rasa kesal dan marah, namun setitik rasa disana bersorak gembira saat Bambang mengecup bibirnya tadi.

Blam!

Risti menutup pintu kamar mandi sedangkan Bambang masih terpaku dengan dirinya sendiri.menatap wajahnya di cermin yang berubah menjadi pucat pasi. "Ya ampun apa yang baru saja aku lakukan?" tanya Bambang merutuki dirinya sendiri sambil mengusap kasar wajahnya karena malu.

"Hadeh,nih lagi bibir, main nyosor aja!"sambil menepuk kasar bibirnya.

Sedangkan Risti dari balik pintu kamar mandi coba menguasai detak jantungnya, entahlah rasa bahagia atau marah yang mendera,tapi, bibirnya manis" gumamnya

"Aarrrggghh...benar aku sudah gila" sambil memukul-mukul kepalanya.

Adzan shubuh berkumandang, Bambang terbangun dari tidur nyenyaknya, setelah menikah dan tidur di kamar istrinya, Bambang selalu tidur dengan nyenyak dan nyaman, meskipun terkadang ada rasa risih karena satu ranjang dengan istrinya, tapi mau apalagi ga mungkin juga mereka pisah kamar.

Bambang menatap wajah Risti polos yang tertidur pulas dengan mulut sedikit terbuka dan ada aksesoris sedikit air di sudut bibir istrinya. Ngences....

Bambang nyengir kuda melihat gaya tidur istrinya lalu dengan sangat pelan merapatkan kembali selimutnya, ia tak ingin Risti terganggu biarlah nanti setelah ia sholat shubuh baru ia bangunkan istrinya.

Bambang mandi sekalian berwudhu, badannya terasa segar, saat keluar kamar mandi ia sudah mengenakan celana panjang bahan motif kotak-kotak dipadu dengan kaos dalam. Tanpa sengaja pandangannya melihat Risti yang masih teridur pulas dengan selimut yang sudah tersingkap dan memperlihatkan  paha mulusnya hingga cd berwarna hitamnya sedikit mengintip dibalik sana, Bambang dengan susah menelan salivanya.

"Astaghfirulloh...bisa-bisa aku mandi lagi kalau begini." dengan cepat berlalu dan mengambil baju sholatnya yang berada di balik pintu.

"Risti...bangun sholat shubuh dulu." Bambang menepuk pelan tubuh Risti yang masih terbalut selimut, oh ya tadi sebelum melaksanakan sholat shubuh Bambang terlebih dahulu membetulkan kembali letak selimut istrinya dengan memicingkan kedua matanya, "takut khilaf" .

Setelah beberapa kali Bambang memanggil nama Risti, akhirnya Risti membuka matanya pelan dan menggeliat meluruskan otot-ototnya yang kaku.

Bambang memalingkan wajahnya yang merasa malu melihat Risti, setelah kejadian semalam Bambang merasa bertambah sungkan, padahal tidak perlu mempermasalahkan tindakannya karena dia suami sah dan bisa melakukan apa saja bahkan lebih dari sekedar mengecup bibir istrinya.

"Ayo bangun, sholat shubuh dulu." ajak Bambang

"Iya..sebentar" jawab Risti yang masih setengah sadar sambil mengucek-ngucek matanya.

Tak lama selesai mandi kemudian sholat, Risti mendekati Bambang yang sedang memainkan ponselnya di pojok tempat tidur.

"Bang, hari ini kamu jadi mengurus surat pindah sekolah Lulu dan Lala?"

"Eh iyaa jadi insya allah."

"Mmhh..ini" Risti menyerahkan kunci rumah yang baru saja dia beli.

"Apa ini?" tanya Bambang heran memperhatikan kunci yang diberikan Risti.

"Ini kunci rumah kita, karena ada Lala dan Lulu jadi tidak baik kalau kita tinggal di apartemen nanti mereka tidak bisa sosialisasi dengan baik." jelas Risti sambil menatap serius ke wajah Bambang.

"Tapi..tidak perlu merepotkan begini Ris" ucap Bambang merasa sungkan.

"Ga papa Bang, merekakan sekarang jadi adik-adikku juga, tak perlu sungkan." dengan nada lebih lunak.

"Suatu saat aku pasti akan menggantinya Ris."

"Iya harus dong, makanya sekarang kamu kuliah dan kerja yang serius biar sukses, buat diri kamu sendiri dan keluarga." nasehat Risti terdengar seperti nasehat seorang kakak kepada adiknya.

Risti tersenyum simpul begitu juga Bambang membalas senyuman manis istrinya.

"Ayo siap-siap biar ga kesiangan." ajak Risti yang sudah bangkit dari tempat tidurnya berjalan ke arah lemari untuk mengambil baju kerjanya.

Bambang menatap punggung istrinya, wanita baik seperti ini tak mungkin disia-siakan, dia sudah berlaku sangat baik kepadaku dan adik-adikku padahal aku sudah berbuat jahat kepadanya.

"Tapi, kalau nanti aku melakukan hal yang seharusnya sebagai suami, apakah dia akan percaya dan tidak menganggapku memanfaatkannya,aahh..rumit sekali hidupku saat ini" kata Bambang dalam hati.

Mereka sudah duduk di meja makan begitu juga dengan ayah Risti.

"Sayang...ayah mau tanya sesuatu." ucap ayah Risti.

"Ya ayah..ada apa?"

"Kalian tidak berencana untuk menunda punya anakkan?"

Uhuukk...

Bambang tersedak.

Puk..puk..puk..

Risti langsung menepuk-nepuk punggung Bambang.

"Kamu ga papa yang?" tanya Risti sedikit khawatir, Sayang adalah panggilan Risti kepada Bambang saat di depan ayahnya.

"Ga papa hanya saja kok tiba-tiba seperti tenggorokannya ga enak." alesan Bambang.

Ayah juga memperhatikan wajah menantunya yang merah padam karena tersedak barusan.

"Maaf yaa Bang, kamu pasti kaget dengan pertanyaan ayah tadi" ayah meminta maaf sambil tersenyum menggoda ke arah Risti.

"Ish..ayah apaan sih, kami belum seminggu nikah udah ngomongin anak." gerutu Risti pada ayahnya

"Iya maaf, ayahkan hanya memastikan, jangan menunda karena usia kamu sudah dewasa, sudah seharusnya melahirkan anak-anak,  lima cucu mungkin cukup" lanjut ayah.

Bambang tambah tak berkutik, peluhnya bercucuran, membayangkan lima orang cucu yang diminta ayah mertuanya barusan.

"Iya ayah..nanti lima orang cucu untuk ayah, kami janji, ya kan Bang?" Risti tersenyum manis, sambil mengediokan sebelah matanya.

"Eehhh..iya yah insya allah." jawabnya ragu

Setelah perbincangan hangat mengenai lima orang cucu tadi,  seharian Bambang tidak fokus mengurus segala keperluan pindah sekolah Lala dan Lulu. Harusnya ia mendatangi sekolah yang baru malah ia mendatangi kantor imigrasi, bener-bener ga nyambung. Bambang hanya geleng-geleng saja tak habis pikir dengan dirinya yang tidak fokus.

"Mmm..satu anak aja bikinnya aku takut, apalagi lima" gusar Bambang menaiki motornya menuju sekolah si kembar, jantung masih dag dig dug.

Selain itu saat di kantor.

"Apa?lima?" Karin terkekeh sampai air matanya keluar.

"Ish..apaan sih malah ketawa" Risti merengut melihat sikap Karin

"Sorry sayang, gue bingung aja ngebayangin kamu punya lima anak dari Bambang" tawanya kembali pecah.

"Iya gitu deh, gimana mau punya lima anak ya, lha wong habis dia cium aku, malah wajahnya langsung pucat." terang Risti keheranan.

"Gimana bikin anak, pingsan ia kali dia" lanjut Risti lagi dan disambut ketawa oleh Karin.

"Dunia terbalik " gumam Karin sambil nyengir.

Bambang sudah berada di depan gerbang rumah baru yang akan dia tempati bersama Risti dan si kembar. Sebelum dia menghabiskan masa cuti pernikahannya memang Bambang berniat mengurus segala keperluan keluarganya juga kuliahnya.

Rumah minimalis dua lantai bercat hijau itu terlihat sangat manis dan menyejukkan mata. Bambang membuka pagar lalu membuka pintu rumahnya tersebut.

Hawa dingin menerpa karena memang designnya yang memeliki flafon tinggi sehingga udara lebih banyak masuk dan terasa sejuk.

Betapa takjubnya Bambang ternyata rumah tersebut sudah dilengkapi dengan furniture berkelas, baik ruang tamu yang dihiasi sofa tamu minimalis berwarna toska muda yang terasa empuk. Bambang mencoba mendudukinya. "Mmmhh..nyaman" gumamnya tersenyum bahagia.

Lalu Bambang mengarah ke ruang tengah yang di design sebagai ruang santai ada televisi layar datar 50inci  sofa malas berwarna maron dan karpet bulu berwarna maroon juga.

Tak lupa ia mengecek dapur cantik yang sudah rapi dengan kitchen set berwarna abu dan segala perabotan masak lainnya. Ia tak menyangka Risti begitu matang dan detail menyiapkan semua ini. Ada sedikit rasa tidak percaya diri tapi..

Bambang bergegas membuka satu pintu di lantai bawah.

Kamar utama cukup besar sudah lengkap dengan kasur berukuran king size, ada lemari besar disana, meja rias dari kayu jati ada sofa malas dan meja kecil di samping tempat tidur. Pelan Bambang memasuki kamar utamanya, "berarti ini akan menjadi kamarku dan Risti." gumam Bambang. Dia duduk di atas kasur empuknya. Aahh..lima orang cucu, maka disinilah tempatnya nanti kami akan, "astaghfirulloh Bambang masih siang udah mesum" ucap Bambang gusar sambil membasuh peluh yang tetiba bercucuran.  Membayangkan akan panasnya tempat tidur itu memproduksi lima orang cucu untuk ayah mertuanya.

"Bagaimana mungkin aku merasa masih sangat perjaka, padahal aku pernah melakukannya kepada Risti, apa mungkin karena saat itu aku tidak sadar ya, aarrhghh..rasanya seperti apa aku aja lupa." gumamnya lagi sambil menghela nafas kasar.

Janam janam janam sath chalna yunhi

Kasam tumhe kasam aake milna yahi

Suara nada dering hp Bambang berbunyi. Author baru tahu kalau Bambang ternyata fans Bollywood :)

Risti... Tertulis di layar hp

"Ya hallo Assalamualaikum" sapanya

"Wa'alaykumussalam Bang, kamu lagi dimana?" tanya Risti

"Saya lagi di  rumah kita"

"Udah lihat semua dalamnya?"

"Belum semua baru di lantai bawah saja, tapi semua sudah sempurna."

"Apa kamu suka?" tanya Risti pelan

"Apapun yang kamu lakukan untuk aku dan keluargaku sudah lebih dari cukup Ris, terimakasih." ucap Bambang tulus.

"Siapa bilang gratis ada perhitungannya dong" kata Risti lagi

"Ohh, gitu ya" Bambang menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Di rumah nanti kamu harus bisa jawab teka-teki dari aku kalau mau gratis." kekeh Risti dari ujung telepon sana.

"Apa? Teka-teki lagi?yaahh...kalah lagi ini mah." Bambang pasrah.

****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel