Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 7. Mulai Pencarian Lakor

Felisha harus ke Kuala Lumpur. Lakornya transit disana saat balik dari London dan minta bertemu di Ritz Carlton.

Felisha pikir nggak ada salahnya nyusul, tokh lakornya yang bayarin akomodasi. Yang udah-udah juga kalau transit diajak ketemu di Singapura atau Kuala Lumpur, balik Felisha dibawain tentengan belanjaan yang sebenernya nggak penting buat dia.

Felisha bukan pelakor murni. Orientasi dia bukan cuan. Dia bukan tipikal pelakor yang berambisi ngerebut laki orang.

Motifnya nyari lakor cuma karena trauma dengan masa lalu dan ia tidak mau punya ikatan apapun ,apalagi dapat cowo posesif,Nggak boleh deket si inilah nggak boleh deket si itulah. Belum desakan pengen married. Hadeuh sakit kepala Felisha.

What’s up my man? Kenapa sih para cowok lajang demen ngatur. Kenapa nggak biarin aja ceweknya bebas dulu.

Hal-hal berbau pernikahan masih jauh dari Felisha. Felisha melihat rumah tangga sekarang banyak yang kawin cere. Kalaupun nggak kawin cere, bini atau lakinya sibuk sama terapis SPA.

“Ya mending kaya gue bebas. Nggak pusing ngurus cere atau cari selingkuhan.” Itu batin Felisha. Makanya Ia kemudian membiarkan bosnya mengakrabi.

Bosnya suami orang, punya anak dua masih bocil. Istrinya cakep. Tapi nggak tahu kenapa seneng ngajakin dia nongkrong. Dari nongkrong bareng akhirnya bobo bareng. Jadi partner in crime di ranjang. Dan nikmat banget ternyata kalau akrab dengan seseorang tanpa ikatan.

“Fel...?.”

“Hmm.” Felisha masih setengah males bangun. Dia kecapean setelah digarap semaleman kontol lakornya ngobok ngobok memeknya. Luar biasa enak. Belum lidahnya yang ngisap itilnya. Hmmm luar biasa.

“Gue mau cerein bini. Gue mau kawin ama lu.”

“APA” Felisha kaget. Lekas membuka mata dan beringsut duduk.

“Lu nggak kasihan ama anak apa?” anak cuma alesan Felisha. Dia mah emang nggak kepikir nikah. Udah nyaman sama hubungan sekarang.

“Anak bisa ikut Mamihnya. Yang penting kan gue masih ngasih nafkah mereka.”

Felisha menggeleng “Jangan. Sayang. Lu dapet bini perawan. lu dapet gue bekas orang. Bakal malu lu kalo ketemu mantan-mantan gue.” Felisha menakut-nakuti. Pernikahan seperti ancaman buatnya. Umurnya masih dua puluh empat, belum mau terikat. Belum mau jadi Ibu.

“Gue nggak peduli. Gue udah terlanjur sayang sama lu Fel”

“Duh, elu ngomonginnya jangan yang berat-berat dong. Gue baru bangun tidur nih.” Felisha turun dari tempat tidur. Pergi ke wastafel, cuci muka dan sikat gigi sambil berpikir gimana caranya menghindar.

“Resign.” Felisha membatin. Lampu dikepalanya menyala. Satu satunya cara cuma ini. lakor kalo udah ngajak kawin selingkuhannya udah nggak beres. Udah posesif. Udah bakalan nikah juga jadi neraka.

Dihujat mertua, dicaci bini pertama belum dipandang hina dina sama anak-anaknya. Kiamat buat Felisha. Mending kabur dari hidup bosnya dan cari lakor baru.

“Han, kamu bakal pertimbangin kan?”

“Iya.” Felisha mah Iya aja. Padahal balik ke Indo dia udah punya rencana. Keluar dari apartemen bosnya. Cari kostan eksklusif, terus bikin surat pengunduran diri kirim lewat pos. Menghilang dari hidup bosnya dan cari lakor lain yang cuma mau seneng-seneng.

Semudah itu? Ya iyalah. Hidup napa diribetin. Punya lakor kebanyakan tuntutan udah aja nikah ama yang lajang.

“Fel, lama amat di kamar mandi.”

“Boker.” Felisha beralasan.

“Cepetan. Gue terbang siang nih. Bini jemput.” Bosnya biasa ngatur schedule penerbangan beda jam biar bininya nggak tahu.

“Iya bentar lagi.” Felisha bohong. Yang iya nya dia udah males balik ke ranjang. Udah mual duluan. Serasa leher di iket pake strap harnees.

****

Sudah dua minggu sejak putus. Waktu terlama Theodore tanpa pasangan. Ia mulai suntuk. Terpikir untuk BO selebgram. Namun akal sehatnya selalu mengingatkan kalau mereka bisa saja hamil dan menuntut pertanggung jawaban.

“Dimana lagi cari binor?” Theodore kesulitan mencari binor sejak razia pasutri swinger digalakkan. Ia tak mau jadi bagian yang tertangkap tangan karena kasus receh.

Theodore pergi ke Grand Indonesia, duduk di salah satu resto dan memesan makanan. Ia menyapukan pandang ke pengunjung yang ramai saat akhir pekan.

Theodore terpikir menggunakan nearby aplikasi lagi.

Sudah dua minggu Felisha menganggur. Selama dua minggu ini Ia sudah mengirim lamaran lewat email. Namun tak satupun terlihat membuahkan hasil.

Felisha terpikir pergi ke Grand Indonesia untuk mengatasi suntuknya. Ia duduk di Warung Kopi Batavia. Iseng Ia menyalakan nearby begitu melihat keramaian.

“Kali dapet lakor yang bisa hibur gue pas suntuk begini.” Felisha melihat tangkapan nearby dan membaca nama Theodore .

‘Single, double atau triple?’ Theodore membuka percakapan pada nama yang sepertinya asli.

‘Saya nyarinya lakor.’ Felisha membalas.

‘Saya nyarinya binor.’

Felisha mengirim emoticon tawa.

‘Saya bini orang. Anak empat.’ Felisha pikir nggak ada salahnya bohong. Kali kalau bohong nggak akan ada lagi cowok yang ngajak dia nikah.

‘Saya suami orang, belum punya anak.’ Theodore ikutan berbohong.

‘Kamu sendiri?’

‘Lagi bosen sama bini.’

‘Sama. Lagi bosen sama suami. Lagi pengen cari kerja. tapi belum dapet -dapet.’

‘Kalau ada CV bisa kirim ke WA saya. Sekalian fotonya.’ Theodore memberi nomer ponselnya.

Felisha tersenyum. Nih si bapak kayanya bininya gendut makanya nanya foto.

Felisha mengedit status di CV dari single ke menikah. Soal KTP mungkin akan dia palsuin sekalian kalau diminta.

Felisha mengirim CV dan foto ke nomer Theodore .

Theodore tersenyum melihat wajahnya. Panlok, sesuai seleranya.

‘Kamu duduk dimana?’

‘Warung Kopi Batavia.’

‘Saya kesana.’

‘Kalau kamu jelek saya kabur ya.’

‘Kabur aja. Saya jamin kamu nyesel.’

Felisha mengirim emoticon tawa. Dia deg-degan juga, kalau jelek beneran dia kabur. Terutama kalau STW, kebapakan dan perut buncit. Nggak banget, mending cari lajang lagi kalau menurut Felisha.

“Felisha?” teguran seseorang mendongakkan kepalanya dari layar ponsel. Matanya dibuat takjub waktu ngelihat sosok di depannya.

Tinggi tegap, putih, janggut kasar, kaos polo berkerah dan celana chino warna beige. Mimpi apa dia semalem dapet makhluk Tuhan paling HOT.

“Theodore ?”

Theodore mengangguk dan menyalaminya. Ia menarik kursi di seberang meja Felisha. Theodore mengambil kartu namanya dari dompet dan memberikan ke Felisha.

Felisha membaca nama dan jabatannya.

“Gila ih. Udah cakep, baik, CEO lagi. Bini kamu beruntung banget.”

Theodore tersenyum. Belum pernah dia nemu bini orang seblak-blakan Felisha.

“Suami sama anak kamu mana?”

“Di rumah mertua. lagi main disana. Saya alesan shopping kemari.” Felisha berbohong. Kalau dia beneran punya anak empat udah nggak mungkin banget ngelirik cowok. Bakal kasihan anaknya ntar kena karma emaknya.

“Suntuk ya rumah tangga?”

“Lebih suntuk jadi pengangguran.” wong Felisha aslinya belum nikah.

“Besok kan udah bisa kerja.”

“Sama kamu ya?” Felisha nanya tanpa tahu malu.

“Pindah yuk ngobrolnya.”

Felisha mengangguki dan mengikuti Theodore keluar.

“Kamu mau ngajak saya kemana?” Felisha menanyakan saat berada di lift.

“Ke apartemen saya.”

Wow, Felisha serasa dapat jackpot. Bos ganteng, kerjaan baru, dan lakor baru. Bener-bener hidupnya lucky banget. Dalam dua minggu dia udah bisa kembali ke surga dunia.

Theodore membukakan pintu mobil untuk Felisha, khas cowok dalam novel Harlequin.

Setelah menutupkan pintu untuk Felisha, Ia baru masuk ke bangku kemudi dan menyalakan mesin mobil.

Theodore meraih jemarinya dan meletakkan dipangkuan. Felisha jelas deg deg ser setelah dua minggu minus kasih sayang.

“Umur kamu berapa?” Felisha iseng nanya.

“Tiga puluh lima.” Theodore menyahut.

“Kamu berapa?” Theodore ganti nanya

“Ini udah jelas kamu nggak baca CV. Kamu pasti cuma lihat foto.” Felisha menarik kesimpulan

Theodore tergelak. belum pernah Ia ketemu binor yang humoris kaya Felisha.

“Itu kenapa saya berani nyamperin kamu. Karena udah lihat foto. Kalau gemuk khas housewife, nggak akan saya datengin.”

Ganti Felisha yang tergelak “Ntar sampe apartemen kamu bisa cek langsung, khas housewife atau nggak.”

Theodore terbahak “Jadi umur kamu?”

“Dua puluh empat.”

“Dua puluh empat anak empat?” Theodore menoleh terkejut.

Felisha menyembunyikan tawa, Ia tak mungkin mengaku kalau anak empat itu hanya karangannya saja.

“Saya kawin muda.”

“Nggak KB?”

“Kata suami nggak usah. Dia suka lihat saya hamil. Katanya seksi.”

Theodore jadi membayangkan. Ia belum pernah punya binor yang hamil “Kamu hamil lagi aja.”

“Ya ampun kamu pikir saya kucing.” Felisha geleng geleng. Karena belum mau punya anak makanya dia nggak nikah.

“Istri kamu KB atau emang belum isi?” ganti Felisha yang ingin tahu tentang Theodore .

“Belum isi. Mungkin karena sayanya yang kurang.” Theodore merendah.

“Masa?” manik mata Felisha melirik jenaka. Ia tak yakin Theodore seperti yang pria itu bilang. Hello, sampai doyan binor mah udah jelas woy. Elu jago muasin WF orang.

Theodore tergelak. Ia menyukai binor satu ini. Lain dari yang lain.

Mereka tiba di apartemen Theodore . Theodore memencet door password. pintu terbuka, dan Felisha mengikuti Theodore masuk.

Felisha dibuat takjub dengan interior apartemennya. Bayangan dia apartemennya bergaya industrial kaya mantan. Tapi nyatanya apartemennya punya gaya bohemian dengan perabot vintage dan dekorasi antik.

Interiornya seperti dalam film film romantis hollywood.

“Apartemen kamu istri kamu yang nata ya?” Felisha menelusurkan jemarinya ke sofa yang menghadap dinding kaca. Diujungnya terdapat mini bar.

Theodore memperhatikan jemari lentik Felisha. Ia membayangkan bagaimana kalau jemari itu mengusap rahangnya.

“Piktor kamu.” Felisha tiba-tiba berbalik dan menangkap basah dirinya.

“Kok kamu tahu?” Theodore memberi cengiran lebar.

“Gimana nggak tahu. Aku nanya aja nggak dijawab.”

“Coba tanya ulang?” Theodore menggoda.

“Ini apartemen istri kamu yang nata?” Felisha kembali menelusurkan jemarinya sebelum mencapai mini bar dan duduk di kursi bundarnya. Bahkan dari belakang Theodore bisa mengagumi sosoknya yang mungil.

“Aku sendiri yang nata.”

“Nggak khas suami.”

Theodore mengangguk sepakat “Aku cuma mau nyenengin pasangan rahasiaku disini.”

Theodore mengambil kaleng root beer dari kulkas dan memberikan pada Felisha.

“Berarti bukan aku aja yang pernah kemari?”

Theodore mengangguki “Yang jelas kamu bukan yang pertama.”

“Kamu juga bukan yang pertama buatku.”

“Nggak masalah. Yang penting kita bisa sama sama menghibur.” Theodore mengajak bersulang.

Felisha meminum rootbeernya dan berpindah ke sofa. Ia duduk disana sembari melempar pandang keluar dinding kaca yang memberi lanskap gedung gedung pencakar langit. Theodore menyusul duduk disebelahnya dan meletakkan sebelah tangan dibahu Felisha.

“Kita kaya pasangan beneran ya?”

“Emang pasangan beneran kan?” Theodore balik bertanya.

“Kalau istri kamu tiba-tiba kemari gimana?”

“Kalau suami kamu tiba-tiba telphone gimana?

Keduanya tergelak saat menyadari pertanyaan dijawab pertanyaan.

“Kamu nyenengin.” Felisha belum pernah dapet lakor yang senyaman sekarang. Lakor rasa lajang.

“Kamu juga. Kamu bikin saya nyaman dari pertama kita chat di apikasi.” Theodore juga merasakan hal yang sama. Felisha binor, tapi sikapnya rasa single. Bukan seperti housewife pada umumnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel