Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 8. Sekertaris Plas Plus

Felisha punya body aduhai. Theodore tak berpikir untuk menempatkannya dibagian staf umum. Ia lebih suka memberinya pekerjaan sekertaris pribadi dan memutasikan sekertaris lama ke bagian lain.

Niat awal Theodore biar mereka lebih sering punya waktu berdua. Theodore tak berharap muluk-muluk Felisha akan bisa cepat beradaptasi dengan pekerjaannya.

“Notulennya udah beres pak.” Felisha memanggil dengan sebutan formal saat di kantor.

Theodore cukup terkejut. Baru setengah jam lalu mereka keluar meeting dan Felisha sudah memberikan rekap notulen.

Theodore memeriksanya, hasil rekapnya tak asal-asalan. Segala yang penting dirapat disalin di notulen.

“Padahal kamu nggak pernah kerja ya sebelumnya.” Theodore menatap kagum. Ia menarik Felisha ke pangkuan dan melumat bibirnya,tak tahan tangan Theodore meremas gundukan daging di dadanya.

Felisha duduk diatas meja, tak menunggu lama,kontol Theodore sudah bersarang nikmat menggenjot memek pulen Felisha yang segera desahan nya memenuhi ruangan sng sultan.

"Kamu luar biasa,selain cantik dan memek kamu enak, kamu juga pintar."

Felisha tak mungkin mengaku kalau Ia sudah malang melintang di dunia kerja. Dan resign belum lama ini karena urusan lakor yang ngajak kewong.

“Nggak pernah kerja bukan berarti nggak ada usaha belajar euy. Saya kan pengen bikin kagum Bapak.” Felisha merapikan dasi Theodore .

“Pulang kerja kita jalan. Aku mau beliin kamu hadiah.”

“Nggak mau ah cape. Langsung ke apartemen kamu aja.” Felisha melompat turun dari meja setelah memeknya dibersihkan dengan tissue oleh Theodore dan mengedip nakal sebelum kembali ke mejanya.

Theodore menatap sosoknya dengan gemas. Belum pernah Ia seantusias sekarang menunggu kencan dengan binor.

Felisha hanya mau mampir ke groseri sebelum ke apartemennya. Ia ternyata memasakan makan malam untuknya. Charsiu ayam dan nasi hainan yang tak kalah dengan restorant rasanya.

“Yang masak di rumah siapa kalau kamu lagi ga ada?”

“Saya masak subuh.” boong banget. Yang iyanya subuh Felisha masih ngeces di tempat tidur.

“Suami kamu pasti puas banget ya punya istri kaya kamu.”

“Sayanya yang nggak puas. Pengen yang tanpa ikatan kaya sekarang.”

Theodore tersenyum lebar “Kamu jiwanya masih doyan main.”

“Emang kamu nggak?”

“Kita sama.”

“Kenapa jadi gerah ya?” Felisha kipas-kipas belagak kepanasan.

Theodore tak bisa menahan tawa “Seandainya kamu bisa nginep.”

“Mungkin kalau ada dines keluar kota. Kalau nggak ada susah cari alesannya mau kemana.” yang iyanya nginep kalo dalam kota mah udah nggak bakal asik. Bakal rajin ketemu. Ngerinya ujung-ujungnya jadi posesif kaya mantan. Itu yang ditakutin Felisha.

“Ada pameran Paviliun Indonesia di Singapura minggu depan. Mau ikut?” bisnis Theodore bergerak di bidang furniture kontemporer berbahan limbah kayu dan kerap kali diikut sertakan Deperindag dalam pameran dagang luar negeri.

“Istri kamu gimana? Saya nggak mau dilabrak.” Felisha pengen banget ikut. Berduaan ama lakor baru bakal serasa honeymoon ini mah.

“Dia nggak bakal tahu.” ya jelas. Secara Theodore single, siapa coba yang mau ngelabrak.

Felisha balik ke kostan. Wajahnya tak berhenti tersenyum mengingat tawaran Theodore tadi. Honeymoon bareng yayang baru siapa yang nggak mau.

“Han.” suara panggilan mengagetkannya. Bosnya berdiri di depan pintu kamar kos.

“Kamu kok bisa tahu saya kost disini?” Felisha nggak nyangka bosnya bisa nemuin kost nya.

“Saya sewa detektif.”

Felisha melongo. Segitunya? Bener dah posesif.

“Kita ngobrol di mobil kamu aja ya.” Felisha tak berniat menawari masuk. Khawatir terjadi hal yang nggak diinginkan. Felisha nggak niat balikan.

“Di kamar kamu aja.” bosnya setengah memaksa.

“Di mobil kamu.” Felisha yang tak ingin di debat lekas menyusur koridor kamar ke arah pintu depan.

Hening sesaat. Felisha menunggu bosnya yang bicara. Tapi pria itu hanya diam memandanginya.

“Saya nggak kepikir ngerusak rumah tangga orang.” Felisha akhirnya yang memulai percakapan.

“Kamu nggak akan ngerusak. Saya bisa cerai baik baik dengan istri.”

“Saya tetep nggak mau nikah. Saya nggak siap nikah.”

“Saya bisa nunggu.”

“Saya yang nggak. Saya sudah sama orang lain.”

“Two weeks dan kamu udah dapet ganti saya?” bosnya menatap tak percaya. Manik matanya menjelaskan kalau pria itu masih belum rela.

Felisha mengangguki “Bos saya yang baru. Minggu depan saya nemenin dia ke luar kota. Kita sudah selesai. Kamu bisa cari orang lain.”

Felisha turun dari mobil dan tak menoleh lagi. Ia tak ingin memberi harapan palsu. Pria kalau sudah memohon ujung-ujungnya hanya akan jadi pasangan posesif. Dan Felisha nggak mau punya pasangan seperti itu untuk kedua kali.

Hari H terbang ke Singapura. Theodore dan Felisha sama sama excited. Binor –lakor. Itu yang mereka pikir. Itu yang bikin mereka kepacu adrenalin. Antara takut ketahuan tapi pengen juga lihat reaksi pasangan.

Theodore dan Felisha nggak ngerti harus nyebut apa, tapi emang mereka berdua ngerasa lebih serunya kalau pasangan bukan lajang. Lajang tuh nyebelinnya banyak. Banyak ngatur, banyak mau, dan yang diomongin nggak jauh jauh dari married.

Ya ampun kalau aja Theodore sama Felisha sama-sama tahu status masing masing pasti nggak akan seantusias sekarang. Bukan binor, bukan lakor. Sama sama lajang yang nggak punya kepengenan married.

Hari gini married jauh dari angan. Nggak ada tantangan dan keseruan. Beda kalau kaya sekarang, peluk-peluk mesra sambil ngetawain pasangan masing masing yang dikadalin. Kalau bener ada pasangan? Emoticon jahat.

“Selama ini kalau ada kerjaan keluar suka bawa istri?” di pesawat mereka ngobrol.

Kelas bisnis cuy, jadi ngobrol aneh-aneh juga nggak ngebrisikin penumpang bangku ekonomi.

“Belum pernah ngajak dia.”

“Sama mantan sebelumnya?”

“Juga belum.” Theodore menjawab sembari menyelipkan tangan dibawah siku Felisha. Ia mengusap jemari Felisha yang lentik.

“Baru aku?” bungah dong Felisha. Secara ngalahin first lady alias wife asli.

Theodore mengangguki “Moga balik kamu hamil.”

Felisha kaget dan menjambak rambutnya “Gila kamu!”

“Bukannya suami kamu seneng kalau kamu hamil?"

Felisha menggelengkan kepala berulang kali. Kalau kejadian bener yang ada kiamat dia. Secara dia darah biru, keturunan istana, hamil diluar nikah? bakal di usir dari istana kali.

“Kamu yang ngurus bayinya ya?”

Entah kenapa Theodore jadi ngebayangin “Kayanya lucu juga ya ada bayi merangkak di apartemenku.”

“Ih gila kamu.” Felisha menarik tangannya. Ngeri dengan khayalan Theodore .

“Ih ngambek.” Theodore mencubit pipinya.

“Kamu ngayalnya serem banget soalnya.” Felisha mencebik.

“Ya udah maaf.” Theodore mencium punggung tangannya.

“Awas ya ngayal begitu lagi.” Felisha masam.

Theodore yang melihat bibir Felisha mengerucut mencuri cium darinya. Pas kebetulan pramugari lewat.

“Theodore ngapain kamu?” pramugari menggodanya saat melintas.

“Biasalah.” Theodore menjawab santai.

Felisha melongo “Kamu kenal?”

Theodore mendekat ke telinga Felisha dan berbisik pelan “Suaminya dulu pilot. Abis di PHK, istrinya ditawarin ke saya.”

Felisha membuka mulut “Serius?”

Theodore mengangguki “Sempet dua bulanan sama saya.”

“Ya ampun jam terbang kamu sama WF orang tinggi juga ya.” Felisha takjub.

“Terkesan?” Theodore ngelirik bossy.

“Nggak sih. Cuma shock.” Felisha baru nemu ada suami yang suka WF orang. Beda banget sama mantan yang jelas-jelas nyari single.

Theodore mungkin satu dari sekian banyak lakor yang punya selera unik. Beruntung face sama dompetnya lebih dari cukup untuk tebar pesona.

Tiba di Changi airport mereka langsung ke Marina Bay Sands tempat pameran akan di adakan. Theodore mengecek stand produknya yang tengah di tata Event Organizer.

Clement Wong, project manager menghampiri Theodore “Theodore , how are you.”

“Fine.Nice to meet you again.” Theodore menjabat tangannya.

Clement Wong melirik Felisha yang hari itu mengenakan stelan blazer dan celana pendek.

“Sekretaris baru?” Clement Wong menanyakan.

“Felisha.” Felisha memperkenalkan dirinya.

“Nice to meet you. Clement wong.” Clement hendak memberikan kartu nama. Tapi Theodore menghalangi.

“Dia bukan untukmu. Kau hubungi sekertarisku yang lama saja.”

Clement tergelak “Apa kau becanda? Ini pertama kalinya kau bertindak posesif.”

“Berikan kartu namanya.” Felisha menengadahkan tangan. Ia tak suka ketika pasangan tanpa ikatan seperti mengukungnya.

“Dia yang meminta.” Clement memberikan.

Theodore menoleh tak senang “Sebaiknya kami pergi sekarang. kami baru mendarat.”

Theodore mengajaknya check in. Kebetulan mereka menginap di The Fullerton Bay yang tak jauh dari tempat pameran.

“Fel, kamu kemari denganku. Seharusnya kau tak memberi kesempatan pria lain untuk melirikmu.” entah kenapa Theodore marah. Ini pertama kalinya Ia merasakan gelegak kemarahan terhadap pasangan tak resmi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel