Pustaka
Bahasa Indonesia

Ranjang Panas Jandanya Mafia

63.0K · Ongoing
Love Angel
53
Bab
1.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Kakak beradik Felisha dan Shasya tumbuh dengan dendam. Setelah Felisha diperkosa oleh musuh keluarganya setelah Ayahnya meninggal disusul oleh ibunya. Dan MARIO kakak laki-laki nya menghilang. Felisha akhirnya menikah dengan seorang Mafia tua yang kaya raya demi mengejar pemerkosa dirinya. Sementara' Shasya bekerja di cafe karaoke dan menjadi wanita panggilan sampai ia lulus kuliah dan menjadi seorang lawyer dan menikah dengan sahabat nya Kenan yang prihatin dengan kondisi Shasya yang menjual dirinya. Felisha yang ditinggali suaminya dengan harta yang melimpah,menjadi incaran keluarga suaminya yang tidak terima Felisha mendapatkan semua harta kekayaan Maxwell. dengan tubuh nya Felisha bisa mengungkap pemerkosa dan juga pembunuh suaminya. Akhirnya Felisha dan Shasya bisa bertemu dengan Mario kakaknya yang sudah dicelakai oleh Aurora.

RomansaBillionairePerselingkuhanOne-night StandPengkhianatanSweetLawyerWanita Cantikpembunuhan

Part 1. Kami Bukan Anak Haram

Pusara Ayahku dilapisi rumput dengan marmer hitam di bagian tepinya.

Semua orang sudah pergi, tetapi Aku masih bertahan disini,aku masih berdiri menatap pusara Ayah mengabaikan rintik gerimis yang kian deras.

Payung hitam menaungi kepalaku, Aku melihat jemari pucat dengan kuku merah darah memegangi payung untukku.

Aku tahu jemari putih dengan cincin berlian itu.

Aku menatap karangan bunga yang berjejer di atas pusara ayah.

Nama Johan Dharmawangsa terukir di batu nisan.

Aku diam saat aku mendengar suara lembut di telingaku.

“Aku tahu kamu sedih banget. Kita semua kehilangan.” Nada tenang dengan suara lembut

membuatku melirik wajah putih dengan alis lengkung berwarna coklat dengan bulu matanya yang tebal panjang dan lentik.

Aku hanya diam dan kembali menatap pusara ayah. Aku benar-benar tidak ingin memulai percakapan dengan wanita istri Syah Johan Dharmawangsa ayahku.

“Tatapan kosong, diam berjam-jam, melamun, nggak akan membuat dia kembali Christine...!. Sabar. Tegar Lah.!.”

Aku masih tidak bereaksi.

“Aku tahu ini bukan waktu yang tepat. Tapi aku nggak punya waktu lain. Kita sama-sama sibuk.” Aurora William melirikku tajam.

Hujan kian deras.

Aku dan Aurora William berdiri berdampingan di bawah payung yang sama.

“Ada apa?” tanyaku kemudian tanpa menoleh atau menatap pada nya.

Aku menangkap gerakan beberapa orang pengawal Aurora dan salah satunya meraih gagang payung.

“Aku tahu kamu sudah berhasil membuat suamiku, merubah isi surat beberapa bulan yang lalu.”

“Aku nggak ngerti maksud Mama.”

“Berhenti panggil aku Mama. Aku bukan mama kamu.” Wanita cantik itu menatapku sengit.

“Oke. Aku nggak ngerti maksud Anda Tante Aurora.” Aku segera meralat kalimatku.

“Dia merubah surat wasiat, dan masukin nama kamu sebagai ahli waris.” Senyuman sinis mengembang perlahan.

“Dia sengaja dan itu terjadi tanpa sepengetahuan aku.”

“Lalu?” Aku sungguh tidak peduli dengan surat wasiat.

“Mundur...! Kamu kembalikan hak aku istri nya.” Tatapan mata Tante Aurora menajam.

“Aku nggak tahu apa-apa soal itu.”

“Kamu anak di luar nikah. Anak zina. Anak haram.” Aurora berbisik.

Aku menekan bibirku.

Kali ini aku memandanginya tajam.

“Batalkan. Mundur dari ahli waris Dharmawangsa...? Sudah cukup kamu dan adikmu selama ini pake uang suamiku.

“Jadi aku ga dapat apa-apa ?aku tidak memakai uang suami Anda, sebagai seorang Ayah, suami Anda berkewajiban menyekolahkan kami menghidupi kami. Dan satu lagi,kami bukan anak haram seperti katamu” Kedua mataku mulai melebar menatap nya tanganku menggenggam erat jemari kecil Shasya.

" kamu sudah disekolah kan tinggi sampai master, kamu juga sudah bekerja dengan posisi bagus di company. Kamu tidak usah ingin menjadi seorang Dharmawangsa..!"

“Aku, tidak akan mundur selangkah pun. Aku akan menjalankan amanat Ayah Johan padaku...!" Jawabku menatap geram Aurora.

“Maksud kamu?”

“Aku nggak akan mundur.”

“Kamu yakin bakal menang lawan kita? Kita bahkan dapet dukungan dari seluruh keluarga besar Dharmawangsa. Kamu sendirian Felisha, Aku akan menuntut pembatalan surat wasiat itu. Aku nggak akan tinggal diem.”

“Aurora, Ayah baru aja dimakamkan dan kamu sudah bingung warisan?” ucapku menatap heran. Entah terbuat dari apa hati wanita yang berdiri di sampingku ini.

“Yang mati sudah nggak ada urusan sama yang hidup. !”

Aku menggeleng.

“Aku punya bukti kuat kami anak Ayah. Kamu nyebelin, jadi aku juga. Kamu pikir aku nggak punya bukti test DNA kami ini anak Ayah? Semua dokumen, foto, bahkan saksi saat kami dilahirkan masih Aurora. Kamu hanya wanita mandul yang berpura-pura tidak mau hamil demi menjaga keindahan tubuh kamu. Dan asal kamu tahu, Tuan Dharmawangsa mempunyai satu anak laki-laki yang akan mengambil alih semua nya. Masih bagus aku tidak menguasai semuanya."

“Plak.”

Pukulan Aurora tertangkis tangan seorang pengawal wanita yang membuatku terkejut.

Aurora mengangguk dan menatap pengawal wanita itu.

" Kamu aku bayar untuk melindungi ku,buka anak haram ini...!"

' Maaf nyonya, kami di bayar oleh Tuan Dharmawangsa dan tugas kami melindungi ahli waris nya. Tuan berpesan untuk menjaga keturunan nya dari gigitan nyamuk sekalipun."

" Aisssh... Brengsek..! Sudah jadi bangkai saja masih menyusahkan." Ucap Aurora lalu menoleh kembali padaku dengan tatapan lebih tajam.

“Pikirkan lagi Felisha . Kamu sebatang kara melawan kita semua. Ibu kamu babu kotor nggak aku hitung....?Sudahlah Felisha . Sebaiknya, kamu pikir lagi. Wajah kamu yang kebetulan cantik ini, lebih bagus nongol di majalah bisnis sebagai wanita pebisnis yang sukses. bukan sebagai anak yang lahir dari hasil zina dengan pembantu .”

Bibir ku terbuka begitu saja.

“Kamu ngancem aku? Buktikan aja di pengadilan. Dan aku juga Mario Dharmawangsa punya bukti perselingkuhan kamu dan penyebab kematian ayah." Wajah pucat Aurora memerah karena marah

“Oke Nyonya Aurora..See you soon ...!"

Aurora sengaja menggenggam tanganku.

“Kamu nggak tahu, seumur hidup aku sakit hati. Aku benci kamu Felisha. Aku nggak layak dikhianati kayak gini. Kalian itu borok keluarga Dharmawangsa. Aku akan hancurkan kamu. Aku janji.” Aurora merampas payung dari tangan salah satu pengawal perempuan dan berlalu.

Dua pengawal berjalan di belakang Aurora, sedangkan pengawal lainya tetap berdiri disekitar ku.

Aku membiarkan hujan membasahi tubuhku.

Dua orang pengawal berusaha memayungi tubuhku dan Shasya yang sudah terlanjur basah ini.

' Nona Felisha , sebaiknya kita kembali..! Hujan semakin deras. Kasian Nona Shasya" Aku tak peduli,dengan perasaan sedih aku berlutut dan mengusap pelan baru nisan di hadapan Ayah.

“Ayah..? Ucapan Ayah bener. Kita saling memiliki satu sama lain. Kita Cuma punya Ayah , dan Ayah cuma punya kita. Sekarang, kami punya siapa Ayah?” aku berkata perlahan berharap Ayah mendengar semua ucapan ku.

Sepuluh tahun ini aku dekat dengan Ayah setelah ibuku berjuang membesarkan aku di kampung.

Dua belas tahun lalu, saat aku berusia 14 tahun, aku masih SMP, aku berjualan Kue buatan ibu, aku berkeliling.

Dan sore itu aku lihat beberapa mobil mengkilap parkir dihalaman rumah bilik peninggalan nenek yang ditempati aku dan ibu juga Kak Mario dan adikku Shasya

Saat aku berjalan ,Kak Mario menahan tanganku, dan mengajakku masuk lewat belakang dan menguping dari ruang tengah.

Sekilas kmi melihat tumpukan barang di ruang tamu kami.

Dengan jelas kami mendengar suara seorang pria berbicara dengan ibu.

" Titin, ikut lah ke Jakarta. Aku mencari mu selama ini. Aku menjamin keamanan kamu dan anak-anak. Izinkan aku memeluk anak anakku Tin..!" Saat itu aku dan Kak Mario saling berpandangan.

" Ayah Kak..?" Kak Mario menganggukkan kepalanya.

" Izinkan aku menyekolahkan Mario dan Felisha, Shasya lebih layak lagi. Mereka darah dagingku Tin...?" Aku tak kuat lagi, aku berlari keluar dan melihat seorang pria gagah berkulit putih,wajahnya sangat mirip dengan kak Mario dan juga mirip dengan ku.

" Ayah...?" Panggil ku.

Pria itu menoleh dan langsung berdiri dan berjalan kearah ku dan memelukku dengan tangisan nya.

" Kamu Felisha .?.iya kamu pasti Felisha dan ini Shasya. Aku ayah mu Nak.. mana Mario ..? Mana koko Mario..?"