Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 2. Surat Wasiat Ayah

Malam itu ibu mengurung diri di kamarnya setelah menemui Om Chandra yang datang untuk mengucapkan bela sungkawa.

Ibu tidak berani muncul di rumah duka, juga di pemakaman demi menjaga perasaan nya sendiri.

Bagaimana pun juga, ibu adalah istri Ayah yang tidak pernah diakui oleh keluarga Dharmawangsa.

Hari itu Om Chandra pengacara ayah menyerahkan surat yang ditulis satu bulan sebelum ayah meninggal. Sepertinya ayah mang sudah memiliki firasat akan kepergiannya.

Sejak menerima surat,ibu terus mengurung diri dikamar.

" Felisha, ibu mana.." aku terkejut saat melihat kedatangan Kak Mario.

Aku langsung memeluknya.

Lima tahun aku tidak bertemu dengan Kak Mario.

Ayah mengirim Kak Mario ke China untuk belajar, dan selama itu pula kami tidak pernah bertemu.

" Ibu dikamar Kak..." kak Mario bergegas ke kamar ibu dan mengetuk kamarnya.

" Ibu...? Kakak pulang bu."

Ceklek

Kak Mario membuka pintu kamar.

Dan langsung berlari memeluk ibu yang duduk di tepi ranjang.

" Ayah kamu sudah pergi Nak...!" Lirih suara ibu.

" Iya Bu, ayah sudah tidak sakit kagi. Ayah sudah di tempat ke abadianya dengan kehidupan barunya." Ucap Kak Mario sambil mencium kepala ibu.

" Ini surat dari ayah mu...!" Ibu menyerahkan kertas yang dari tadi dipegangnya.

Dengan perasaan haru, kami membaca tulisan tangan ayah.

Titin istri ku,

Aku nulis ini dan aku titipkan pada Chandra.

Ayah bilang sama dia, tolong serahkan surat ini, pada waktu yang menurut nya paling tepat. Mungkin saat kamu membaca ini aku sudah jauh dari kamu Tin.

Aku minta maaf Tin, karena sudah membuat kamu dalam penderitaan panjang tanpa aku berusaha menebusnya.

Aku tak bisa membayangkan kamu yang saat itu sedang hamil Shasya diusir oleh Papihku seperti se ekor binatang.

Aku tidak juga bisa membayangkan kesedihan Mario dan Felisha saat itu.

Maafkan aku Tin, walaupun akhirnya aku bisa menemukan kalian pada akhirnya.

Terimakasih sudah mendidik ketiga anak kita dengan baik.

Aku selalu berdoa, agar umur kamu lebih panjang daripada umurku.

Selama aku hidup, aku ingin melihat kalian tetap hidup.

Walau kalian sudah menanggung begitu banyak rasa sakit.

Dan aku sangat bangga dengan kalian yang terus bertahan dan bahkan bisa berprestasi.

Aku sebagai ayah dari Mario dan Christine sangat bangga.

Titin,

Aku sudah menitipkan pada Chandra semua dokumen yang akan melindungi Mario dan Felisha dan Shasya.

Maafkan aku pria pengecut ini, Tin. Aku sungguh tidak pantas jadi suami kamu.

Andai aku bisa memutar waktu ke masa lalu, aku hanya ingin memberikan dunia yang aman dan nyaman untuk kamu dan ketiga anak kita.

Namun kesempatan laki-laki ini menjadi suami dan ayah terbaik untuk kamu dan anak anak sudah lewat. Nggak akan datang dua kali. Aku gagal. Sepenuhnya gagal menjadi suami kamu

Tapi kamu, tidak pernah gagal menjadi istri tercinta ku Tin.

Mario, Christine hidup yang baik ya Nak. Hidup lah saling mengasihi,jaga penuh cinta ibu kalian untuk papa.

Papa mohon berjuanglah menjadi seorang Dharmawangsa dengan keahlian kalian. Kalian berhak atas semua yang ada dalam Dharmawangsa.

Terimakasih dua belas tahun kita hidup dengan kehangatan cinta, Ayah sangat bangga dengan kalian.

Kalian adalah Dharmawangsa sejati. Seandainya kakek kalian masih ada,ia akan mengacungkan dua jempolnya pada kalian.

Karena kalian ahli waris Dharmawangsa yang sebenarnya.

Mario, Felisha, Shasya kalau kalian kangen ayah,kalian boleh ngobrol sama ayah kapan aja.

Ayah nggak ke mana-mana kok. Ayah pasti masih denger.

Ayah ada di hati kalian.

Ayah doakan kalian mendapatkan jodoh yang baik. Dan harus sayang pada ibu kalian.

Foto-foto kita, ayah simpen di safe deposit box atas nama Chandra. Wasiat-wasiat papa titipkan ke Chandra, termasuk aset Ayah dan perusahaan properti atas nama Mario , yang akan menjadi milik kalian.

Begitu ayah meninggal, Chandra selalu tim kuasa hukum ayah akan ngurus semuanya. Kalian juga punya hak atas semua perusahaan yang diurus oleh Chandra.

Ayah percaya sama Chandra. Kalian bisa mempercayai nya.

Mario, kamu sudah dibekali Dengan banyak ilmu. Mulai lah besarkan kerajaan Dharmawangsa. Karena kamu memang putra Dharmawangsa.

Felisha ,dampingi Koko Mario yak, kalian berdua akan bisa lebih maju dan membesarkan kerajaan Dharmawangsa yang aku bangun.

Sehat dan bahagia ya Nak. Kebahagiaan kalian, adalah hal besar yang selalu ayah doakan.

I love both of you.

Mario terpekur menatap surat yang berada di tangannya. Kenapa begitu tiba-tiba? Rasanya ia belum siap. Bahkan ia tidak ada di samping ayahnya saat kematian menjemput lelaki itu.

Ayahnya meninggal sendirian di ruang ICU, bukan di pelukannya seperti yang lelaki itu harapkan.

Terbayang bagaimana ayahnya semasa hidup.

Mario benar-benar sudah sejak lama memaafkan semuanya.

Mario sudah tidak menyimpan kecewa apalagi dendam sedikit pun kepada ayahnya.

Yang tersisa hanya perasaan rindu.

Ayahnya mencoba segala cara agar bisa dekat dengannya.

Hubungannya dengan Johan membaik setelah ia lulus SMA dan melanjutkan kuliah di China .

Dimana hampir setiap bulan Johan mengunjungi nya, bercengkrama dan menghabiskan waktu berdua.

Di China, Mario menempati posisi strategis di salah perusahaan yang dibangun oleh Johan disana.

Johan berusaha menyembunyikan keberadaan Mario dari Aurora wanita yang sangat ambisius dan tak akan untuk hilangkan nyawa manusia.

Seperti yang ia lakukan berulang kali pada Titin dan kedua putrinya.

Mario kecil sangat marah pada Ayahnya yang hanya diam saat ia dilemparkan dari rumah besar bersama ibunya yang sedang hamil besar saat itu.

Mario ingat betul bagaimana ia dikatakan anak haram, bahkan sempat tidak diakui karena fitnah Aurora.

Ibunya begitu menderita dengan semua tuduhan.

Saat itu Aurora mengeluarkan surat kalau Johan Dharmawangsa Mandul, itu yang menyebabkan dia tidak bisa punya keturunan.

Dan saat itu pula lah ia dan ibunya di usir oleh Jonathan Dharmawangsa kakeknya.

Dan saat itu Johan hanya diam, tidak beranjak dengan tangisan Mario dan Felisha , jeritan pilu Titin yang sedang hamil 8 bulan saat hamil si bungsu Shasya.

Walaupun beberapa bulan kemudian setelah mendengar kabar dari Chandra Titin sudah melahirkan kan anak perempuan, dan diam diam Chandra melakukan test DNA yang membuktikan kalau Mario dan Christine adalah darah dagingnya, Johan pun mulai mencari mereka. Titin selalu berpindah tempat karena ia juga selalu di ancam oleh Aurora yang selalu berusaha Menghabisi keluarga kecil mereka.

Mario masih sangat ingat bagaimana malam itu rumah kontrakan mereka yang juga warung kecil tempat ibunya berjualan nasi dibakar. Untungnya malam itu Titin mengajak dua anaknya tidur di mesjid untuk itikaf dan selamat dari lalapan si jago merah.

Dan Aurora mengira jenasah yang ditemukan itu adalah jasad Mario.

Orang yang paling ditakuti oleh Aurora.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel