Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Penghinaan Yang Mematikan

Ketika Ellena bangun, hari sudah pagi. Itu adalah hari kedua dia berada di mansion itu. Rasanya dia baru saja mengalami mimpi buruk, namun udara dingin di sekelilingnya membuat semua itu menjadi nyata.

Ellena terbangun oleh hawa dingin, dia perlahan membuka matanya, dan mencoba menggerakkan tubuhnya, hanya untuk mendapati tubuhnya yang terasa begitu sakit hingga dia tidak bisa bergerak.

Bibirnya berdenyut kesakitan, seolah-olah sedang mencegahnya untuk berteriak meminta tolong. Dia menundukkan kepalanya dan menemukan jika dia benar-benar sudah dalam keadaan telanjang, dan kulitnya yang seputih salju dipenuhi oleh bercak memar keunguan di setiap sudut tubuhnya. Di lantai di bawahnya, beberapa noda darah bermekaran seperti bunga plum di karpet putih pucat.

Otaknya berdering keras ketika dia langsung menyadari bahwa keperawanannya telah diambil. Air mata langsung mengalir di matanya saat tubuhnya yang murni telah dicuri oleh seorang pria yang wajahnya bahkan belum pernah dia lihat sebelumnya!

Tangannya mengepal, menekan karpet wol yang sedang ia duduki. Matanya sudah berkaca-kaca, dia melihat pakaiannya berserakan, robek, dan bahkan sudah tidak dapat dipakai lagi.

Bajingan! Dia berteriak dalam hatinya, berharap jika dia bisa segera membunuh pria sialan itu! Tapi saat ini, jangan kan untuk membalas dengan, dia bahkan tidak bisa berdiri!

Bisakah seseorang memberi tahu dia di mana dia berada sekarang? Bagaimana dia bisa kabur dari sini? Udara sedingin es melanda tubuhnya yang tak berdaya, dan dia tidak tahu apakah yang dia rasakan saat ini rasa sakit atau dingin, tubuh nya mulai gemetar.

Saat dia hampir pingsan lagi karena penderitaan yang tak tertahankan, pintu tiba-tiba terbuka menampilkan sosok seorang wanita tanpa ekspresi masuk dan tiba-tiba menendang tubuhnya yang membeku dengan kakinya, dengan keras wanita itu memarahinya, "Hei! Kamu sudah mati atau bagaimana?"

Ellena menatapnya sambil menangis dan berkata, "Mengapa kamu melakukan ini padaku? Siapa kalian semua?" Setiap kata yang dia ucapkan dipenuhi dengan rasa sakit, dan mulutnya rasanya telah dicabik-cabik oleh orang gila itu!

"Kamu bertanya padaku, tapi siapa kamu yang berani bertanya seperti itu padaku? Bangun!" wanita itu menendangnya untuk kedua kalinya.

Tuan muda baru saja memerintahkannya untuk menyiksa wanita ini dengan sangat kejam. Tapi dia tidak tahu kenapa, dan dia juga tidak perlu tahu apa-apa lagi!

Ellena tidak bisa bangun sama sekali, dan dia tahu bahwa wanita ini sama jahatnya dengan pria kemarin. Jadi dia bahkan tidak mau repot-repot untuk memohon padanya. Karna putus asa, dia terjatuh ke tanah berulang kali.

Dalam hatinya dia berteriak meminta dan sangat berharap pertolongan dari saudara angkat nya "Eric! Tolong selamatkan aku!"

Melihat jika perempuan itu tidak bisa bangun sama sekali, wanita kejam itu bergegas ke kamar mandi dan mengisi baskom dengan air dingin. Dia menyiramkannya ke tubuh Ellena, dan dengan marah berkata, "Mari kita lihat apakah kamu masih belum bisa bangun sekarang!"

Ellena menjerit dan berjuang untuk melawan rasa sakit yang luar biasa. Rasanya tubuhnya seperti terkoyak, dia berjuang untuk merangkak dari lantai. Namun tak lama kemudian, dia meringkuk kembali, saat air dingin itu menetes ke rambutnya dan membuatnya semakin menggigil.

"Tuan muda akan kembali dari Kota W besok. Jika kamu masih terlihat seperti ini, tidak perduli dengan keadaanmu yang setengah mati dan setengah hidup itu, aku akan menjualmu ke rumah bordil!" kata wanita itu dengan kejam sebelum berbalik dan berjalan pergi.

*

*

*

Setelah terbaring di tanah selama dua puluh menit, Ellena tidak tahan lagi dengan udara dingin dan berjuang untuk bangun. Namun, tidak peduli, sudah seberapa banyak dia berusaha mencari di seluruh kamar tidur itu, dia tetap tidak dapat menemukan tombol untuk mematikan AC.

Meski sudah tidak berdaya, dia berusaha untuk ke kamar mandi, untungnya masih ada air panas di sana. Dia menyesuaikan suhu air, membiarkan air panas mengalir dari atas kepalanya. Setiap sentuhan air panas terasa seperti sakit yang menyiksa di hatinya!

Setelah berdiri di bawah air beberapa saat, tubuhnya akhirnya terasa sedikit hangat, dan rasa sakitnya sudah tidak terlalu menyengat lagi. Namun, rasa sakit akibat lukanya tetap tidak berubah. Dia mencari beberapa saat, tapi selain handuk seputih salju, tidak ada yang tersisa dari ruangan itu, dan juga pakaiannya yang sudah robek tidak dapat di pakai kembali!

Karena tidak ada pilihan lain, dia perlahan berjalan kembali ke tempat tidur besar di tengah kamar tidur itu, merangkak ke satu-satunya tempat tidur dan berlindung di balik selimut. Setidaknya dengan cara ini, dia bisa merasakan sedikit kehangatan!

Dia tidak mengerti kenapa pria itu memperlakukannya begitu kejam, dan menyiksanya seperti ini. Apakah kamar tidur yang dingin dan seperti penjara bawah tanah ini merupakan bentuk pelecehan lainnya? Jadi, yang ingin dia katakan adalah pria itu benar-benar kejam. Karena di sini sangat dingin, bahkan dengan air panas yang baru saja dia gunakan untuk mandi, dan bersembunyi di balik selimut pun, dia masih bisa merasakan menggigil.

Dia tidak tahu apakah dia tertidur atau pingsan. Ellena tertidur dalam keadaan mengantuk, terbangun beberapa kali di antaranya, tetapi dia bahkan tidak memiliki kekuatan untuk membuka kelopak matanya, dan kemudian tertidur kembli.

Di koridor yang sepi, terdengar suara langkah kaki yang mantap, sesekali diiringi dengan suara hormat seorang pelayan, "Salam, Tuan Muda Besar." Oril Allegra tidak menanggapi sapaan pelayan itu, dan langsung menuju kamar tidur di sudut jauh, dengan seorang wanita bernama Shelin yang setia mengikutinya dari belakang, untuk melaporkan kondisi Ellena selama dua hari terakhir.

Oril berhenti di depan pintu kamar tidur, dan berkata dengan nada lemah, "Aku tahu, kamu boleh pergi!" Suaranya begitu cuek, sama seperti penampilannya yang dingin.

“Baik, Tuan Muda Besar.” Shelin dengan hormat menundukkan kepalanya dan tidak berani tinggal sedetik pun di sana, dengan cepat berbalik dan pergi dari hadapan pria itu.

Tangan kanan Oril yang tegas menyentuh kenop pintu dan dengan lembut memutarnya ke kanan untuk membuka pintu. Udara yang membekukan menerpanya begitu pintu terbuka, dan dia mengangkat kakinya yang panjang dan melangkah masuk.

Lantai yang berlumuran darah telah dibersihkan, tidak lagi terlihat seperti saat dia meninggalkan tempat itu.

Tatapannya menyapu sekeliling dan mendarat di tempat tidur besar di tengah kamar tidur. Sudut mulut Oril sedikit terangkat, memperdalam seringai setannya.

Pria itu mengambil beberapa langkah, dia dengan hati-hati mengamati wanita yang berwajah pucat itu di tempat tidur. Saat ini, wajah Ellena tidak hanya pucat, tetapi bibirnya juga berubah menjadi ungu. Luka di bibirnya kini sudah infeksi, dan beberapa helai darah merembes dari lukanya. Rambutnya yang acak-acakan tersebar di sekitar bantal putih bersalju, membuatnya tampak tidak lebih baik dari orang mati. Meski mata perempuan itu tertutup rapat, namun terlihat jelas bahwa dia tidak tidur dengan nyenyak.

Oril meraih salah satu sudut selimut dan mengangkatnya dengan paksa, menyebabkan seluruh selimut jatuh ke ke lantai. Di tempat tidur putih itu, tubuh telanjang dan seputih susu itu terpampang jelas di depan matanya, ditutupi dengan bekas yang ditinggalkannya dari malam sebelumnya. Melihat hasil karyanya, Oril merasa cukup puas, dan senyuman kejam tersungging di bibirnya.

Ellena yang berada di tempat tidur besar itu seketika kembali terbangun karena kehilangan kehangatan nya, dia juga tidak bisa menahan diri untuk tidak menggigil kembali. Namun, kelopak matanya yang seperti sangat berat, hingga dia tidak bisa membukanya, meskipun dia sangat menginginkannya.

“Jika kamu tidak segera membuka matamu, aku akan melemparkan mu ke laut untuk memberi makan hiu-hiu di sana.”

Suara iblis itu bergema pelan, membuat jantung Ellena kembali berdebar sangat kencang. Dia tidak mengenali suara ini, tapi dia ingat dengan jelas jika ia pernah mendengarnya pada malam sebelum dia dianiaya! Itu dia?! Pria itu lebih menakutkan dari pada iblis!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel