Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 : Keturunan Magnolia

-Pusara Keluarga Magnolia-

Terlihat beberapa orang sedang berbaris dengan memakai pakaian hitam, Salah satu nya adalah Weyna walau terlihat santai, gadis itu terlihat mendongak menatap langit.

"Weyn, bunga nya." Weyna menerima bunga dari Lany lalu menatap foto seseorang yang sangat ia rindukan.

"Hai King, haw are you?" Weyna menghela nafas, "Jangan bertanya padaku, I am not fine daddy. I miss you so much." Setelah itu Weyna meletakkan bunga pada pusara sang Daddy. "maaf, lagi-lagi aku datang sendiri tanpa nya." batin nya menatap foto King Magnolia Agraham sendu.

Disaat Weyna hanyut dalam pikirannya, Kini giliran wanita berumur namun tampak berkharisma di samping Weyna. "Bukan salahmu." ucapan itu membuat gadis itu menoleh ke samping, melihat Azena Magnalia Queen ketua Mafia terbesar di London. Siapapun pasti mengenal beliau. Bukan karena ke burukan tapi sebaliknya. Semua anggota keluarga selain anggotanya memanggil ketua mereka Nani. Tapi tetap saja, sisi hitam seorang Mafia/Gangster tetap melekat yang membuat seseorang membenci nya, termasuk menantu dari Azena sendiri, Liliana Magnolia Queen yang kini telah berganti marga menjadi Liliana Zachary Vinchent.

Nani meletakkan bunga di pusara anak nya King Magnolia Abraham daddy dari Weyna, yang telah meninggal saat sang cucu berusia Lima tahun.

"Ikut Nani, biarkan mereka melakukan penghormatan." pintanya pada sang cucu. Sebelum mengikuti Nani, Weyna lebih dulu melihat ke arah Lany yang kini mengangguk agar ia mengikuti sang nenek. "Baiklah." katanya segera menyusul Nani.

Tak lama, si kembar pun datang bersama Callum. Lany tersenyum menatap orang-orang kepercayaan Nani masih setia pada ketua mereka. Walau masih ada beberapa dari luar negara yang tidak bisa hadir, setidaknya mereka tetap melakukan tugasnya dengan baik.

"Otis," sapa Lany pada Otis Domini Alberto, orang kepercayaan Nani yang juga ayah dari Callum Domini. "Kapan pengangkatan Queen akan dilaksanakan," tanya nya ingin memastikan sesuatu.

Dengan menatap yang lain, "Setelah dia siap." katanya yang kini menoleh menatap Lany, "Nani tak ingin memaksa nya. Karena beliau tau ada saat nya, Queen sendirilah yang akan mencarinya."

"Bagaimanapun ini tempat Queen." ucap Miley menimpali ucapan Otis yang mengangguk begitu juga yang lain.

"Tetap awasi dia saat berada di klub, jangan sampai hal yang tidak diinginkan terjadi seperti sebelumnya." ucap Otis memperingati mereka.

"Baik paman." kata Miley

"Bagaimana dengan pria itu, Weyn memberitahuku kalau,"

"Calon kakak iparnya," Otis menyela ucapan Emily yang mengangguk.

"Kita lihat perkembangan selanjutnya," kini giliran Callum yang mengikuti pembicaraan mereka. "Benar. Callum tetap awasi pemuda itu, dan yang lain tetap seperti biasa." pesan Otis pada mereka.

"Baiklah, ajak yang lain untuk makan siang, aku dan Otis yang akan mengawasi Nani."

"Baik." sahut Emily diganggu oleh Callum dan Miley kemudian berlalu pergi.

Sambil mengawasi nenek dan cucu itu, Lany tak sengaja melihat seseorang sedang menatap mereka dari jauh. "Pergilah, aku kesana sebentar." tutur membuat Otis mengangguk segera pergi.

°

°

°

Nani menatap Weyna yang sedang memainkan sedotan minuman nya. "Kalau kau gugup, benda itu yang jadi sasaranmu." lontar nya membuat gadis dihadapan nya itu menatapnya.

"Nani aku--"

"Aku tidak akan memaksamu, sayang. Tapi kau tau kan, keturunan Magnolia hanya dirimu."

Mendengar itu, Weyna kembali mendongak menatap langit. "Kalau begitu berikan aku waktu," ucapnya menurunkan pandangan menatap sang nenek, "Jika memang tidak bisa, seperti yang Nani katakan, Queen sendiri lah yang akan mencari tempatnya." sambung nya berharap jika dirinya tidak akan berada dalam dunia gelap seperti nenek, kakek dan ayahnya.

"Baiklah." kata Nani, "Queen," pangginya membuat Weyna melihat ke arah beliau, "Smile." katanya namun bukannya tersenyum gadis itu malah berkaca-kaca menahan diri agar tak melepaskan air mata sialan nya itu.

Nani meraih tangan Weyna menepuknya dengan pelan, "Smile bukan hanya saat kita senang, nak. Tapi juga… memulai lagi untuk menatap ke depan walau sudah berkali-kali memulai nya. Karena jika kau percaya… Smile akan meraih apa yang seharusnya." senyuman Nani seakan obat rindu bagi Weyna pada sang daddy, "Nani, aku ingin memelukmu." lirih nya terdengar bergetar. Ia pun segera berdiri berjalan ke arah Nani dan memeluk wanita paruh baya itu dengan erat. "Jangan biarkan mereka memainkan perannya dengan baik. Kau cucu dari Azena, lakukan sesuatu yang membuat mereka tak berkutik." tegas Nani seakan tahu apa yang sang cucu rasakan. "Baiklah." jawab gadis itu.

Pelukan Weyna sedikit kaku saat melihat seseorang sedang berdiri di hadapan pusara daddy nya. "I-ibu!" gumam membuat Nani yang mendengar itu mengepalkan tangan menahan diri.

Weyna mengira dengan datang nya Liliana, kenangan indah itu akan dimulai kembali. Namun ternyata tidak semudah itu dan menganggap dirinya terlalu polos.

°

°

°

- O.H Group -

O.H Group anak perusahaan dari O.H Company yang berpusat pada E.Market yang menyediakan bahan-bahan berkualitas dari Seoul ke negara-negara tetangga.

Saat ini, Nirva berada di ruang meeting dengan beberapa kolega yang akan bergabung dalam anak perusahaan O.H Company.

"Melihat kualitas dan kuantitas, bahkan kalian membawa sampel, perusahaan kami pasti akan bergabung dengan O.H Group " ungkap salah satu klien yang berada di ruang meeting sekarang.

"Kami juga melakukan nya Tuan Muda Kim." timpal klien lainnya.

"Melihat ketertarikan orang-orang pada K-pop,seperti nya itu adalah ide yang sangat bagus untuk lebih membangun lagi. Walau sudah banyak, namun mereka belum terlalu lengkap untuk masalah seperti ini." sambung klien yang lain lagi. Mereka menyetujui untuk menjadi investor untuk anak perusahaan Nirva.

Nirva tersenyum tipis, "Syukurlah kalau seperti itu. Dan ini beberapa lokasi yang masuk dalam daftar penempatan kami." Bentley dengan sigap menaruh kertas lokasi untuk mereka lihat, "Jika ber kenang, kami akan sangat berterima kasih kalau seumpama kalian meluangkan waktu untuk ikut melihat-lihat." usul Nirva yang diangguki dengan semangat oleh mereka. "Baiklah, sampai disini meting kali ini, waktu dan kapan nya, sekretaris saya akan menghubungi kantor kalian. Sekali lagi terima kasih Tuan." ucap Nirva mengulurkan tangan yang diterima oleh para investor dan pemasok. "Ben, antar mereka sampai di luar." perintahnya yang segera dijawab oleh Bentley. "Mari Tuan, ikut saya." Para Klien mengangguk mengikuti Bentley keluar dari ruang Meeting.

Tok… tok… tok…

"Ya, ada apa?" tanya Nirva yang tengah melonggarkan dasi nya yang terasa mencekik.

Seorang karyawan sedikit membuka pintu ruangan, "Sir, pemuda yang bernama Mike menunggu anda di lobi." katanya menyampaikan pesan dari Mike.

Nirva mengangguk, "Baik. Jangan biarkan orang lain masuk kedalam sini, selain Bentley." tegas nya tak ingin berkas yang berserakkan hilang. Ia segera berlalu pergi tak lupa menutup pintu. Sedangkan karyawan tadi hanya diam menunduk.

-Lobi Kantor-

Nirva berdecak kesal melihat penampilan Mike yang terlihat, santai bahkan sangat santai. Dengan kaos oblong kebesaran sedikit robek di bagian leher, begitu juga pants casual dengan memasukkan tangan di kedua kantong celana.

"Mike, ayo." ajak nya tak jauh dari sang adik yang kini melihatnya dengan tatapan berbinar, karena terlalu lama menunggu dan itu sangat membosankan bagi pemuda itu. "Bisa tidak kau lebih rapi lagi, ibu akan mengira aku tak mengurusmu disini." oceh nya berjalan keluar kantor.

Mike hanya terkekeh mendengar ocehan sang kakak. "Aku lebih suka seperti ini, kak. Jadi jangan berharap banyak, oke." ucapnya tak peduli dengan lirikan sinis dan kesal Nirva.

"Malam nanti, kita akan ke rumah Tuan Oscar." ungkap Nirva sedikit menoleh melihat Mike yang santai di sampingnya.

"Calon mertuamu," pertanyaan bodoh apa itu, "Siapa lagi." sungut Nirva menahan diri agar tidak memukul kepala adiknya itu.

"Bisa tidak, aku tak usah ikut?"

"Ikut atau kau kembali dengan ibu ke seoul." tegas Nirva membuat Mike mengatupkan bibir kesal. "Sudahlah, ayo masuk." perintahnya pada sang adik untuk masuk kedalam mobil.

Sebelum masuk Mike bertanya pada Nirva, "Bagaimana calonmu kak, belum bertemu juga." membuat pria itu hanya diam seakan memikirkan sesuatu.

Yang pasti, di banding ingin bertemu calon istrinya, pria itu lebih ingin melihat gadis bar-bar menyebalkan bernama Weyna. Aneh bukan, pikirnya yang segera masuk ke mobil ingin menjemput sang ibu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel