Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 13 : B e a c h no B i t c h!

09:24

-Orion House-

Keevah sedang sarapan ditemani ketiga pemuda yang ia sayang. Meraih gelas menatap Nirva, "Boy, ibu minta kontak si cantik dong." dengan tatapan memelas ia layangkan berharap sang anak memberinya.

"Untuk apa?" tanya Nirva mengerutkan kening nya menatap sang ibu.

"Ibu hanya ingin ingin di temani oleh nya. Kau sibuk, Mike kuliah dan Bentley akan menemanimu. Jadi berikan kontak nya ya," bukan alasan tapi kenyataan bahwa Keevah akan bosan jika hanya dalam rumah.

"Tapi bu--"

"Berikan saja. kau bilang gadis itu tak punya kerjaan bukan," celetuk Bentley

"Benar kak." ujar Mike membenarkan celetukan Bentley. "Ibu akan bosan kalau hanya di rumah saja, tak ada yang menemani nya." katanya lagi, walau sebenarnya dirinya pun ada niat untuk meminta kontak seseorang dari Weyna.

"Bagaimana?" tanya Keevah lagi, membuat Nirva mau tak mau mengangguk. "Baiklah, akan kuberikan dalam perjalanan nanti. Ayo ben, kau juga berangkatlah." kata nya segera berdiri berjalan ke arah Keevah dan memberikan kecupan di pipi sang ibu. Melihat itu, Mike pun segera berdiri ikut mengecup pipi Keevah.

Mereka pun segera pamit, "Kami pergi." ucap nya meninggalkan Keevah yang tersenyum menatap punggung anak tertuanya.

"Hati-hati." pesan nya meraih ponsel nya yang bergetar. Ia tiba-tiba saja tersenyum, "Ibu hanya ingin tahu gadis seperti apa yang akan membuatmu berpaling nantinya. Ibu tau seperti apa dirimu itu, nak.

Sedangkan di luar rumah, Nirva sedikit melirik Vint House sebelum memasuki mobil. Dalam mobil saat ini, Nirva mengirim nomor Weyna pada Keevah tak lupa mengirimi pesan sang pemilik nomor.

Di saat ponselnya bergetar, Nirva tersenyum tipis segera mengeluarkan benda itu. Namun senyuman menghilang saat tau siapa yang mengirimi nya pesan.

-Zeeyla-

-Selamat pagi?'

'Selamat pagi Zeeyla.'

'Kau sedang apa?'

'Dalam perjalanan ke kantor."

'Ah benarkah… kau sudah sarapan,'

'Yes. Kau pun jangan lupa sarapan.'

'Tentu. Baiklah selamat bekerja.'

'Ya, kau juga. Dan jaga kesehatanmu.'

'Pasti, kau juga. Love you hehe.'

Deg! Nirva tak mengira balasan yang ia kirim dalam bentuk perhatian itu, akan berdampak besar semua nya.

Bentley melirik Nirva yang tampak menghela nafas kasar.

"Jangan mengharapkan yang tak pasti. kau harus ingat,--"

"Ya aku tau." sela Nirva menatap keluar jendela tak ingin mendengar apapun yang akan membuat perasaan nya semakin tak menentu.

°

°

°

-Vint Cafe-

Emily berjalan memasuki kafe dan memesan beberapa menu kemudian duduk di pojok menunggu seseorang.

Tak lama Alex datang membawa pesanannya, "Pesanan nya Nona." ucap gadis itu yang hanya dibalas dengan senyuman dan anggukan.

"Alex."

Alex yang tahu itu siapa hanya bisa menghela nafas, ia menoleh berdecak kesal melihat Indigo yang berjalan ke arah nya.

"Kalau kau kemari bertanya tentang Weyna, dia tak ada. dan kami tak bertemu sejak kemarin, mengerti." yang Alex katakan memang benar bukan, dia belum bertemu lagi dengan Weyna sejak kemarin.

Digo mengacak rambut nya kesal, "Lalu kemana dia?" ia benar-benar ingin melihat kekasih nya itu.

"Come on boy, mana ku tahu. Sudah sana jangan menggangguku… ingin tetap disini, itu terserah padamu." ucap Alex segera kembali ke kasir.

Dengan helaan nafas kasar, Indigo duduk dengan kesal di meja tepat di hadapan Emily.

Emily tersenyum sinis lalu meraih ponsel nya, ia terlihat menghubungi seseorang namun matanya tak lepas dari Indigo.

"Halo, sudah puas dengan jalang mu atau masih bermain,"

Indigo melihat ke arah Emily yang menoleh ke arah lain, memainkan sedotan minuman nya. Melihat itu, dia mengingat Weyna yang juga memiliki kebiasaan seperti itu, jika sedang bingung.

"Jangan lupa bersihkan sisa percintaan kalian, sebelum aku sampai. Kau tau kan aku seperti apa, cih… dasar sampah. waktumu tinggal sedikit jadi mengaku lah, sebelum kau dan jalang mu berada dalam masalah."

Emily meletakkan ponsel nya dengan keras menatap Indigo yang sedari tadi melihatnya dengan tatapan... entahlah.

"Ada masalah?" Tanya Emily pada Indigo yang merasa ketahuan menguping. Pria itu menggaruk lehernya yang tak gatal. "Nope." kata nya tersenyum canggung.

"Selingkuh?"

Digo berdehem canggung, "Maksudku kekasih selingkuh, sorry." ujar nya merasa tak enak hati pada gadis dihadapan nya sekarang.

"No problem." kekeh Emily, "Bajingan itu hanya bermain bersama jalang sampah di rumahku. But it's okay." kata nya terlampau santai sampai membuat pria didepannya terdiam, menaik turunkan jakung nya.

"Menurutmu, orang seperti mereka harus nya diapakan?" tanya Emily semakin membuat Digo merasa panas, namun berusaha menutupi kegugupan nya seperti sekarang.

"Dibuang, maybe hahaha."

Akting yang bagus, pikir Emily.

"Selain dibuang, menurutmu apa lagi?"

"Mungkin membalas nya lebih sakit," mengatakan sesuatu tanpa berpikir, apa yang akan terjadi kedepan nya, terdengar ceroboh memang. Bahkan Emily bertepuk tangan tertawa namun kembali berubah datar.

"Thanks, saran nya kawan."

"Kenapa cerita gadis itu mirip dengan Weyna?" Batin Alex yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka.

Emily berdiri berjalan ke arah Indigo lalu menepuk pundak Digo, "Semoga kau ingat perkataanmu kawan." Ucap nya kemudian berlalu pergi meninggal kan Indigo yang terdiam bingung memikirkan sesuatu. Sampai diluar, Emily mengeluarkan tisu dari saku jaket nya. "Menjijikkan, but thanks masukan nya." Sembari tersenyum sinis membasuh tangan nya dengan tisu basah, segera melenggang pergi.

°

°

°

-O.H Group-

"Terima kasih pak, sudah memberi saya kesempatan." Sidney membungkuk berterima kasih pada Bentley.

"Tapi ingat, jangan melanggar persyaratan privasi Big Boss." tekan Bentley mengingatkan gadis itu.

"Baik pak."

"Baiklah ini catatan pekerjaan yang harus kau teliti, mejamu berada di hadapan meja saya."

"Baik pak." sekali lagi Sidney membungkuk menerima beberapa berkas dari sekretaris atasan nya itu. 'seperti nya Big Boss tertarik pada ku, melihatnya langsung menerima ku begitu saja tanpa seleksi. boleh juga untung cadangan berjalan, di ranjang pun aku siap hahaha.' batin nya segera berlalu pergi.

Melihat kepergian Sidney, Bentley masuk ke ruangan Nirva. "Kenapa menerima nya, sebelum seleksi?" tanya sedikit bingung dengan Nirva yang tiba-tiba saja menerima orang baru, bahkan itu pun seorang gadis.

"Hanya ingin mengawasi." jawab Nirva yang sibuk dengan berkas nya tanpa melihat pria yang tengah menatapnya dengan tatapan bertanya.

"Maksudmu?"

"Kau akan tahu nanti. Oh-ya, hubungi kolega lain nya agar meluangkan waktu untuk besok." ucap nya menaikkan pandangan, "pengunjungan untuk beberapa tempat di percepat agar kita bisa melihat beberapa lagi." sambung nya yang di angguki oleh Bentley kemudian keluar dari ruangan nya.

Tak lama ponselnya bergetar, pesan dari sang ibu dan juga beberapa foto candid dari seorang Weyna tang tampak cantik seperti biasa. Ya, Nirva tak munafik jika gadis itu benar-benar cantik bahkan sangat cantik.

-Miss Kim-

"Dia benar-benar hebat dalam fashion boy. Ibu menyukai nya."

"Berikan alamat kantor pada nya bu."

"Oke."

"Tidak bertanya untuk apa?"

"Karena dia sudah menceritakan semua kekesalan nya pada ibu dan itu karenamu."

Nirva terkekeh mengingat wajah kesal Weyna.

"Baiklah, selamat bersenang-senang."

"Oke, boy."

Sebelum meletakkan ponsel nya, Nirva kembali melihat foto Weyna.

"Matanya terlihat berbeda." gumam nya tak sabar melihat wajah kesal dari gadis bar-bar itu.

°

°

°

14:45

Weyna berdiri bersandar di hadapan gedung kantor Nirva. Ia berdecak kesal karena sudah 10 menit menunggu namun Nirva belum keluar juga.

"Hei, gadis bar-bar."

Weyna menoleh melempar kunci mobil ke arah Nirva yang dengan sigap di tangkap nya. "Dasar menyebalkan." gerutu nya segera masuk kedalam mobil, meninggalkan Nirva yang tersenyum lebar mengucapkan terima kasih, "Thanks." kemudian ikut masuk.

Cekrek!

°

°

°

- Restaurant Korea -

Nirva duduk menopang dagu menatap Weyna yang tengah asik dengan makanan nya.

"Thanks."

"For?" tanya Weyna melirik Nirva dengan ekor mata nya.

"Menemani ibuku."

"It's oke, aku menyukainya." ucap Weyna mengedipkan sebelah mata pada Nirva.

"Ya, dia juga menyukaimu." dan itu benar, Keevah menyukai gadis di hadapan nya itu.

"I know. Lagian siapa yang tidak menyukaiku coba,"

Nirva hanya terkekeh membenarkan perkataan Weyna.

"Ah, Mike… "

"Ada dengan nya? Apa dia melakukan sesuatu?" tanya Nirva sedikit khawatir pada sang adik.

"No, aku hanya menyukainya."

"What? Jangan lakukan apapun padanya, mengerti. Dia masih polos untuk--"

"Untuk gadis sepertiku atau untuk berada diatasku, dengan suara desahan yang terdengar seksi itu." ucap Weyna mengedipkan mata menggoda pria yang kini tertegun mendengar ucapan nya.

Nirva menyadarkan dirinya, "Apapun itu jangan adikku, mengerti. Aku bisa--"

"Ah, maksudnya… Kau bisa menjadi pengganti nya. Begitu,"

Nirva terdiam tak berkutik, jika saat ini ia menahan gejolak dalam diri, melihat Weyna yang terlihat menggoda nya. Satu hal yang Nirva hampir lupa, gadis di hadapan nya saat ini terlihat cantik dan juga… Seksi.

"Jadi apa maksud tatapanmu itu tuan Kim," pertanyaan Weyna membuat Nirva tersadar. "Apa kau benar-benar ingin menggantikan--"

"Jangan gila." semburnya namun terkesan gugup dan Weyna tahu itu. Terlihat gadis itu tertawa lepas.

"Cantik." celetuk Nirva melihat wajah Weyna. Mendengar itu, "One more time," pinta nya menaikkan jari kelingking nya, ingin pria itu mengatakan nya sekali lagi. Tapi tak ada jawaban, hanya dapat cebikan bibir dengan kerutan hidung namun terlihat imut dan juga meledek tentu nya.

"Kau benar-benar menyebalkan, Tuan Kim." ucap Weyna memutar bola mata jengah.

"I know." balas Nirva tersenyum lebar tak lupa mengedipkan sebelah mata, namun senyum itu menghilang mendengar ucapan Weyna.

"Lakukan itu pada calon istrimu."

Nirva segera berdiri, "Ayo pergi sekarang." entahlah, tiba-tiba saja suasana hati nya jadi berubah mendengar ucapan Weyna pada nya. Tapi apa yang salah? yang gadis itu katakan memang benar bukan,

"Aku belum selesai tau," gerutu Weyna melihat di depannya masih banyak yang belum ia habiskan.

"Tak peduli. Cepatlah," tolak nya meminta untuk gadis itu segera berdiri sedangkan dia ingin membayar makanan mereka.

Dengan kesal Weyna menghentak kan kaki meraih tas nya dengan kasar dan berlalu pergi meninggal kan Nirva yang melihatnya malah… terkesan imut dimata pria itu. "Auch… kiyowo." kekehnya mengikuti gadis itu setelah membayar.

Diluar restoran Weyna menunduk memainkan batu kerikil menunggu Nirva dengan kesal. Sedikit terkejut setelah pria itu datang dan meraih tangan nya, "Ayo, apa ada tempat yang ingin kau datangi?" tanya tak peduli gadis itu menatap tangan nya.

"Beach."

"Bitch?"

Ini kenapa jadi bitch sih, apa hubungan nya coba? Pikir Weyna segera masuk kedalam mobil setelah Nirva membuka pintu.

Nirva mengelilingi mobil setelah Weyna masuk kedalam mobil, ia kembali melihat Weyna yang tampak kesal.

"Why?" tanya nya.

"B e a c h! no B i t c h, please… " tekan Weyna menatap Nirva kesal.

"Ah, hehe… baiklah, masukkan tujuanmu." kata Nirva yang segera Weyna lakukan.

Selagi meninggalkan restoran, ponsel Nirva bergetar. Mereka melihat kelayar mobil yang kebetulan terhubung dengan ponsel Nirva. Kedua nya terdiam melihat nama yang tertera di layar, Entahlah perasaan canggung merasuki diri mereka seakan sedang terciduk berselingkuh.

Zeeyla in Calling…

"Khm, angkat saja." celetuk Weyna malah melotot melihat pria di samping nya itu, menolak panggilan dari sang kakak.

"Apa yang kau lakukan bodoh?" tanya nya tak mengerti namun terdiam, setelah mendengar jawaban yang mampu membuatnya seakan semua penilaian buruk terhadap calon kakak iparnya itu hilang.

"Menghargai seseorang disampingku." dengan senyuman yang mampu membuat, siapapun merasa nyaman termasuk… si pemilik senyum itu sendiri. Karena pada akhirnya, dia mengerti dengan omongan sang ibu malam itu. Bahwa ia tak ingin menyakiti gadis itu walau hanya sedikit pun.

Perasaan hangat nyaman seolah menjadi, bahkan membuat peluang untuk saling terbuka dan tanpa sadar menghianati seseorang.

°

°

°

-Vint Cafe-

BRAAK!

Semua pengunjung cafe melihat ke arah gebrakan, yang dilakukan oleh Digo yang masih menunggu Weyna di sana.

"Tuan Xavier, apa yang kau lakukan sialan." pekik Alex kesal sedikit bingung melihat pria itu mendatangi nya, dan menyerahkan ponsel padanya.

Digo terkekeh, "Lihat, aku yang khawatir pada nya, yang rela menunggu berjam-jam, tapi dia sedang asik bersama pria lain. Brengsek." makinya nya tak percaya dengan apa yang baru saja dia dapatkan dari seseorang.

Foto Weyna bersama pria lain, sedangkan Alex dengan santai mengembalikan ponsel Digo membuat lelaki itu heran.

"Kau marah sedangkan tak memikirkan kesalahanmu, dasar gila." hardik gadis itu segera melayani pengunjung cafe lagi. "Kalau kau ingin bertanya, aku tau atau tidak, itu bukan urusanku. Ah satu lagi, Weyna menunggu sesuatu padamu. Dengar ini, jangan sampai menyesal." kata nya lagi, membuat Digo semakin kesal karena tak mengerti dengan ucapannya.

"Apa maksudmu,sialan."

"Pakai otakmu, brengsek."

Digo mengepalkan tangan, tanpa ingin berdebat lagi ia segera keluar dari cafe untuk mendatangi Sidney.

Melihat kepergian Digo, Alex dengan cepat mengirimi Weyna pesan dan memberitahu apa yang baru saja terjadi. Namun Alex terdiam membaca pesan dari Weyna, rasa nya ia ingin mengumpat kalau saja tak ada orang disana.

"Weyna astaga, anak ini gila atau apa sih." gumam nya.

°

°

°

Sementara itu, Sidney merasa senang menerima panggilan dari Digo yang meminta nya untuk segera bertemu.

"Siapa pria itu," pertanyaan Digo membuat gadis itu menahan kesal. "Dia Big Boss dari O.H Group's. Sudah kan," jawab nya ingin segera kembali namun tersentak saat Digo mencekal meremas lengan nya dengan keras, membuat dirinya meringis kesakitan.

"Apa yang kau lakukan, ini sakit bodoh." cicitnya meminta untuk di lepaskan tapi…

"Mulai berani denganku, hem?"

"Bukan begitu honey...ssh...ini sakit. Aku janji akan memuas...ahh....honey sakit!" jerit nya saat Digo semakin meremas tangan nya.

"Katakan mereka kemana? JAWAB JALANG!"

Sidney sejenak terdiam mendengar bentakan dari Digo.

"Mackenzie, apa kau bisu atau--"

"Baiklah, akan kukatakan tapi lepaskan dulu."

Digo melepaskan cekalan nya.

"Yang aku tau, Tuan Kim hanya keluar untuk makan siang."

Sidney mengusap lengan nya yang terasa sakit karena kelakuan Indigo. Ia menatap lelaki itu kecewa. Seperti ini kah menjadi pelampiasan nafsu semata, Sangat menyakitkan. Tapi mengapa ia tak bisa lepas dari pesona lelaki kejam di hadapan nya ini,

"Makan siang katamu, cih… sialan. Ku tunggu apartemen." cela nya kemudian melenggak pergi begitu saja meninggalkan Sidney yang menatap nya kecewa. Walaupun gadis itu hanya pelampiasan nafsu dari Seorang Digo, tapi lelaki itu tidak tahu jika Sidney mencintai nya.

"Weyna sialan. tunggu dan lihat apa yang kulakukan pada mu, brengsek!" sungut Sidney benar-benar benci pada gadis yang bernama Weyna.

°

°

°

Indigo yang berada dalam mobil terus menghubungi Weyna.

"ANGKAT WEYN, ANGKAT SIALAN. ARRGGHH… SIAL." teriaknya saat panggilannya hanya dijawab oleh operator.

Digo mengatur nafas nya, lalu kembali menghubungi Weyna dan kali ini diangkat, "Halo Weyn, kau dimana sayang." tanya berusaha untuk lembut. Namun rahangnya mengeras saat…

"Sorry, jika mencari pemilik ponsel, dia sedang berada di kamar mandi."

"Kau siapa brengsek! Dimana kekasihku."

"Wait, santai. Aku hanya membantu menerima panggilan mu yang sangat mengganggu kami ini."

"Bajingan! Apa yang kalian lakukan sialan. Jawab… " sambungan nya terputus membuat Digo semakin beringas memukul stir mobil nya.

"Weyn hanya milikku dan akan selalu seperti itu. Siapapun siapa pun tidak akan ada yang bisa merebut Weyna dari Indigo Xavier." tekan nya semakin meningkat kan kecepatan kendaraan nya bak kesetanan, tak peduli dengan pengendara lain yang menyumpah serapahi nya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel