Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 12 :salah faham. Benarkah?

Nirva yang sedari tadi menghubungi Weyna merasa sedikit khawatir pada gadis bar-bar itu.

Dia tidak berpikir jika Kekhawatiran yang dirasakan nya itu, akan terus berlanjut tak seperti perkiraan nya yang hanya singgah untuk sesaat saja.

"Sial. Kenapa tak di angkat coba." kesal nya meremas ponsel nya.

"Kak,"

"Hu'um," Jawab Nirva tanpa melihat ke arah Mike dan kembali sibuk menghubungi Weyna.

"Baju untuk bertemu keluarga calon mu sudah ibu siapkan." Nirva menoleh menatap Mike yang mengangguk. "Apapun yang mengganggumu saat ini, itu tidaklah penting. Karena saat ini, mereka mungkin sudah menunggu kita apalagi dirimu."

Kenyataan yang menyadarkan Nirva akan sesuatu, jika dia terus saja khawatir pada Weyna. Namun semua kemungkinan tidak bisa dirinya prediksi, untuk kedepannya akan seperti apa akhirnya.

Sementara orang-orang Nani memulai pencarian mereka terhadap Weyna.

Club? No. Caffe? No. Restoran? No. Sanggar? No. Lapangan menembak? No. Lalu kemana dia sekarang?

- Pesan -

"Nani, Weyna tak berada di semua tempat."

Seperti Itulah laporan yang Nani terima dari orang-orang nya. tapi ada satu pesan yang membuat nya tersenyum,

"Nani, mungkin Queen berada di pusara King. Aku akan kesana, kau tak perlu khawatir."

Itulah pesan singkat yang Nani terima dari Lany pengasuh dari Weyna sejak kecil.

"Aku tak salah memilihmu." gumam nya kemudian berdiri menatap Otis.

"Ke pusara King." perintah nya.

"Baik Nani."

-Pusara Keluarga Magnolia-

Dan benar saja, Terlihat seorang gadis sedang memeluk lutut menyembunyikan wajah nya.

Dengan bahu bergetar, isakan demi isakan terdengar begitu pilu di telinga orang yang mengerti keadaan nya.

"Ini adalah titik terendah yang diberikan ibu padaku, walau sebelum nya pernah terjadi. Namun, masa bodoh yang terus dilakukan. Dan sekarang… "Masa bodoh itu yang membuatku sakit sendiri. Adakah yang paling menyakitkan dari semua ini, melihat perhatian yang dia berikan pada nya, hahaha aku ingin tertawa namun hanya air mata yang keluar saat ini."

"Queen."

Weyna mendongak mendengar suara Nani neneknya.

"Yang ku harapkan ternyata tidak lah memungkinkan terjadi. Dia tak merangkulku dan itu sudah terjadi saat dia menemukan keluarga baru nya."

Weyna berdiri menghuyungkan tubuhnya ke dalam pelukan Nani.

"Kau lihat King, kepergian mu membuat cucuku menderita."

Lihat, bukan nya meminta sang cucu kembali ketempat yang seharus nya, Nani malah berkata seperti itu pada mendian anak nya.

"Jangan menangis cucuku, kau adalah Queen." ucap nya menenangkan Weyna.

Sedangkan Weyna hanya terisak tak peduli, ia ingin kembali ke tempat yang seharus dia berada. Namun… Ia ingin memastikan sesuatu sebelum benar-benar melangkah memasuki kedalam lembah hitam. Karena sekali ia memasuki lembah itu, ia tidak akan pernah bisa keluar lagi.

"Hanya ingin memastikan, apakah dia kembali mengecewakanku atau tidak. Dan aku sudah siap dengan semua kemungkinan yang terjadi."

Batin nya.

Semua anggota Queen berada disana namun membelakangi Weyna yang menangis dalam dekapan Nani.

Lany ikut sesak mendengar isakan pilu dari Weyna begitu juga Emily yang memang hanya mereka berdua yang perempuan kepercayaan Nani untuk menjaga Weyna.

.......

20:35

-Vint House-

Saat ini, semua keluarga tidak termasuk tuan Kim dan Weyna. Mereka duduk saling bercanda setelah makan malam yang mereka rencanakan. Berbeda dengan Nirva, dia masih memikirkan keberadaan Weyna. DIa semakin menyadari sesuatu, Weyna benar-benar diperlakukan berbeda. Bahkan Seperti nya… Mereka tak peduli melihat bagaimana mereka membanggakan Zeeyla calon istri...Nirva sedikit menghela napas.

"Ada apa?" tanya Zeeyla yang sedari tadi mengetahui gerak-gerik calon suami nya itu.

Nirva menoleh memaksa tersenyum, "Bukan apa-apa." kata nya tanpa tau jika gadis di samping nya itu tau, apa yang dia pikirkan.

Jika dia memainkan peran, kenapa dirinya tidak. Pikir Zeeyla tersenyum mengangguk.

"Masih tak ingin membagi kontak?"

Mendengar itu, Nirva segera mengeluarkan ponsel nya pada Zeeyla. Gadis itu tersenyum Zeeyla dan mulai memasukkan nomor nya tak lupa menghubungi nomor itu agar dia bisa menyimpan nomor calon suami nya.

Zeeyla akui, ia sudah jatuh cinta pada lelaki di samping nya. Bukan saat ini, tapi saat melihat foto yang Oscar berikan pada nya. Dia sudah berjanji tidak akan melepaskan miliknya. Apapun yang sudah menjadi milik seorang Zeeyla, akan tetap berada dalam genggamannya. Tapi dia lupa sesuatu, sesuatu bahwa dia juga sudah merebut kasih sayang seorang ibu dari putri kandungnya.

Tak lama setelah itu…

"Nyonya, Tuan. Nona Weyn sudah kembali." kata Skyler yang memang sejak tadi di tugas kan untuk menunggu Weyna.

Mendengar itu, dengan cepat mereka berdiri menunggu Weyna memasuki rumah. Mereka terdiam melihat keadaan Weyna yang seperti nya sedang mabuk. gadis itu dipapah oleh Lany dan juga Emily memasuki rumah.

Liliana mendekat, "Weyn," Weyna lebih dulu menyuruhnya untuk diam. "Sstt… " dengan telunjuk bibirnya.

"Nak, ibu akan--"

"Ayolah Nyonya Vint, jangan seperti ini." entah dia sadar atau memang dalam pengaruh alkohol.

Zeeyla mendekati Weyna, "Weyn, jangan seperti itu pada ibu. Kau hanya salah paham." ucap nya merangkul Liliana yang kini menatap gadis itu sendu.

"Benarkah? Lepas." Lany dan Emily melepaskan papahan nya, membuat Weyna berdiri dengan tegak walau sedikit sempoyongan.

"Emily kembali lah."

"Baik Lany."

Setelah itu Emily membungkuk dan melenggak pergi meninggalkan Vint House. Sebenarnya sejak tadi dirinya merasa risih, karena tatapan seseorang pada nya.

'Cantik.'

Batin pemuda yang bernama Mike, yang Sejak awal Emily memasuki Vint House, tatapan nya jatuh pada gadis itu. Untuk pertama kalinya, ia jatuh cinta. Benarkah dirinya jatuh cinta pada Emily, nama gadis yang dia dengar tadi.

"Apa pertemuan keluarga sudah selesai?"

Tanya Weyna membuyarkan lamunan Mike tentang Emily.

"Nak,"

Ucapan Oscar terhenti melihat Weyna membungkuk 90 derajat bahkan dia melakukan nya berkali-kali.

"Maafkan aku Nyonya karena hek… upps… hehehehe. Maafkan aku Nyonya.

Keevah tersenyum mendekat mengulurkan tangan mengusap pipi Weyna yang membuat gadis itu sejenak tertegun.

"Yeoppo, uljima hem."

Nirva dan Mike bahkan Zeeyla yang tau arti kata itu melihat Keevah.

Weyna mencoba untuk tidak terlarut dalam kenyamanan yang Keevah berikan pun, segera menyadarkan dirinya. Ia mencoba tersenyum, "Hehe gamsahabnida." ucap nya sekali lagi membungkuk.

Lany melepaskan diri dari rangkulan Zeeyla mendekati Weyna, "Maaf nyonya Kim, Weyn ayo ke kamar sayang. Lany bantu aku--"

"SELAMAT DATANG SEMUA NYA, HAHAHAHAHA."

Weyna tak membiarkan Liliana membantu Lany untuk memapah nya membuat Liliana sedikit kecewa.

Kecewa, benarkah? lalu bagaimana dengan kecewa yang ia berikan pada putri nya sendiri.

"Weyn, sudah ya. Ayo ke kamar. Permisi semua nya." pamit Lany memapah gadis itu yang kembali…

"GAMSAHABNIDA...!" Weyna berteriak bahkan melempar kecupan pada mereka yang terdiam.

"GAMSA...GAMSA...!"

Keevah terkekeh begitu juga Mike sedangkan Nirva menyembunyikan senyum nya.

"Anak kedua mu sangat lucu Nyonya Vint," kata Keevah tulus, namun Liliana hanya tersenyum canggung.

"Maaf Nyonya, kalau dia membuat--"

"Tak perlu meminta maaf. Itu sudah biasa kok. Baiklah, kami permisi dulu." ucap Keevah segera pamit.

Liliana mengangguk begitu juga Oscar. setelah melihat mereka menjauh, Liliana dengan cepat berlari ke kamar Weyna.

"Baiklah, kami permisi ya nak." pamit nya kepada Zeeyla yang mengantar mereka keluar. "Semoga perjalananmu nanti, tidak ada kendala. Ayo Mike." tersenyum di balas senyuman kembali oleh gadis itu.

"Terima kasih bu." ucap nya membungkuk melihat kepergian calon mertua dan calon adik iparnya.

"Nirva,"

"Ah… iya,"

"Maaf ya, aku harus kembali lagi dan meninggalkanmu di sini." kata Zeeyla merasa sedikit tak enak hati pada calon suami nya itu.

"Ah...tidak apa. Lagipula masih banyak waktu."

Sebanyak yang akan kalian habiskan berdua maksudmu, pikir Zeeyla mencoba untuk tetap bersikap baik-baik saja.

"Aku janji, akan menyelesaikan pekerjaan ku secepatnya dan kembali kesini. agar lebih banyak menghabiskan waktu denganmu." ujar nya pada Nirva.

"Kalau begitu masuklah, cuaca semakin dingin di luar." ucap Nirva entah dia sudah tak ingin berlama-lama bersama gadis itu atau ada hal lain yang akan dia lakukan.

"Selamat malam." ucap Zeeyla tersenyum.

"Selamat malam, hati-hati."

"Pasti."

Zeeyla segera masuk kedalam rumah. Sedangkan Nirva, sebelum dia menjauh dari Vint House, dirinya sedikit melirik ke atas dimana kamar Weyna berada kemudian berlalu pergi.

Zeeyla tau Nirva khawatir pada Weyna namun dia tetap berpikir positif. Bagaimanapun, mereka akan menikah itu arti nya tidak akan ada yang akan merebut Nirva dari nya.

........

Di depan kamar Weyna, Liliana dan Oscar berdiri menunggu Lany keluar dari dalam kamar.

Sementara Zeeyla telah pergi untuk menyelesaikan pemotretan nya. Jika bertanya bagaimana dia bisa kembali dengan cepat, sedangkan siang tadi dia menerima panggilan dari Weyna. Semua itu jawaban nya hanya satu, seorang Zeeyla tak ingin menyia-nyiakan kesempatan agar bisa menjadi anak yang baik bagi Liliana. Baginya, Liliana akan selalu berada di pihak nya sampai kapan pun.

Tak lama kamar terbuka dan keluarlah Lany dengan wajah sedih nya.

"Lany, apa Weyn--"

"Maaf Nyonya, Tuan. Weyn sudah tidur."

Mendengar itu kedua pasang suami istri hanya menghela nafas tanpa ingin melihat, atau pun memastikan jika memang Weyna telah tidur.

Tanpa berkata apa-apa Oscar berlalu dengan Liliana berada dalam rangkulan nya, Lany yang masih berdiri disana benar-benar di buat kesal dengan sikap kedua nya.

"Sampai kapan, dia akan menunggumu Nyonya untuk memperhatikan nya. Kumohon jangan membuat bayangan itu semakin nyaman berada di dekatnya."

Lany kembali memasuki kamar Weyna. Ia menghela nafas melihat gadis yang sudah di anggap putri nya sendiri duduk di sudut kamar dengan rokok di selah jari nya.

"Jangan lakukan itu, " tatapan redup yang ia berikan pada Lany membuat wanita itu merasa sesak. "Kau sayang padaku kan, kemarikan benda itu. Kau boleh melampiaskan semua nya pada minuman, tapi jangan dengan batang sialan itu." Weyna memberikan bungkusan rokok itu pada Lany.

Dia memeluk lututnya, "Kukira dia memaksa untuk masuk seperti yang ia lakukan pada Zeeyla saat sakit." kekehan miris terdengar, "Aku hanya memintamu berbohong tadi. Agar bisa melihat kasih sayang mereka yang sebenarnya, jika benar hanya kesalahpahaman. Sangat lucu bukan," mendongak menatap langit-langit kamar kemudian tertawa di susul isakan kecil yang keluar begitu saja.

"Sst, jangan diungkit lagi. Tidurlah, aku akan membuang benda ini."

Melihat kepergian Lany, Weyna berdiri berjalan ke kasur, membaringkan tubuh nya meraih ponsel, dia terkekeh melihat beberapa panggilan dan juga pesan dari calon kakak ipar nya. Setelah itu, ia kembali meletakkan benda pipi itu kemudian meraih selimut dan mulai memejamkan mata.

Sedangkan di seberang sana, Nirva menghela nafas melihat pesan yang dikirim terbaca namun tak dapat balasan.

"Belum tidur," Nirva berbalik melihat Keevah yang berjalan ke arah nya lalu duduk di samping nya. "ada apa? ibu lihat, kau sedikit khawatir dengan adik Zeeyla. Apa perasaan itu ada?"

Nirva hanya terkekeh berusaha menyembunyikan degupan jantung nya mendengar pertanyaan dari Keevah.

"Tidaklah bu."

Keevah ikut terkekeh,"Selama ibu berada di sana, mereka tak sedikit pun menyebut nama gadis itu. Apa mereka dibedakan?" tanya nya membuat Nirva hanya mengangguk kaku, membenarkan akan hal itu. Dia menoleh menatap sang ibu mendengar helaan nafas berat. "Kasihan sekali, pasti menyakitkan!"

Deg! Nirva tertegun diam.

"Dibedakan dalam hal apapun itu sangat menyakitkan. Apalagi yang ibu tau mereka sama-sama membawa anak dalam pernikahan, tapi kenapa dia tega membiarkan anak nya sendiri terluka agar anak orang lain bahagia."

Nirva tak ingin membenarkan atau pun menyalahkan perkataan sang ibu, namun perasaan khawatir itu terus saja mendatangi nya. Layak nya bayangan yang tengah meminta pertolongan, agar mendapatkan sandaran yang mungkin tidak pernah dia dapatkan.

"Baiklah ibu keluar, kau jangan tidurlah. Ah satu lagi, kekhawatiran itu akan terus terjadi saat kau sudah mengenal nya lebih dalam lagi."

"Apa?"

Keevah hanya tersenyum tipis kemudian melenggak pergi meninggalkan Nirva yang bingung. Nirva menghela napas kembali menatap ponsel nya.

........

Tik… tik… tik…

Seorang gadis berdiri menatap ke segala arah namun yang ia temukan hanya lorong kegelapan. Semakin ia melangkah lorong semakin gelap, Langkah kaki nya berhenti menatap lorong dengan tatapan yang sulit diartikan.

Dia kembali melangkah dengan sedikit cepat ingin keluar dari lorongan gelap itu. Yang aneh nya, walaupun dia di dalam ruangan gelap, ada bayangan hitam yang terus mengikuti nya.

'Weyna!" bisik bayangan itu sejenak membuat gadis yang dia bisik terdiam. Namun… Bayangan hitam dengan membawa bunga membuat Weyna bertanya-tanya lalu menatap tangan nya.

'Aku tidak pernah berpikir bayangan hitam itu adalah langkah berikutnya, karena terlalu jatuh dalam janji manis yang kembali dia berikan padaku.'

Pikiran nya melayang begitu saja mengingat semua janji, semua kenangan sebelum sang ibu menemukan keluarga baru.

Sekarang, Weyna dihadapkan oleh dua pilihan di depan sana. Menuruni tangga tak berujung atau tetap lurus namun semakin gelap. Tak ingin menyia nyiakan kesempatan, Weyna berlari lurus ke depan tanpa memikirkan apa-apa.

Lama berlari, Weyna menemukan tanda keluar dengan cepat mengikuti petunjuk itu dan… King!

Dengan nafas memburu Weyna terdiam mematung melihat seseorang yang sangat ia kenal, berdiri dengan senyum lebar dan beberapa balon yang beterbangan. Walau hanya terlihat layaknya gambar hitam putih, tak membuatnya merasa takut.

"Da-daddy!"

"Hi, dear. Come here,"

Dengan mata berkaca-kaca Weyna melangkah pelan namun berhenti saat bayangan itu mendahului nya. Ia melihat ke bawah namun tak ada bayangannya di sana.

'Aku lupa dan tidak pernah berpikir jika… the shadow like me.'

"No dad, please hug me. It's me Weyn, your daughter."

King hanya melambaikan tangan tak menghiraukan ucapan nya, setelah itu Weyna mendengar suara seseorang yang dikenal.

"Weyna, hei bangun sayang. Weyn, wake up dear."

Seperti yang King lakukan, Weyna tak menghiraukan suara itu. Yang ingin dia lakukan adalah, berlari ke arah King namun bayangan itu membawa nya pergi.

"DADDY!" Dengan keringat bercucuran, Weyna tersentak bangun melihat Liliana yang tampak khawatir melihat nya. "Hah… hah… hah…," ia menoleh melihat Liliana.

"I-ibu,"

"Mommy disini nak," Liliana mendekap tubuh Weyna membuat gadis itu terdiam kaku. "Maafkan mommy nak, maaf hiks… mom janji tidak akan membiarkan mu melangkah ke dalam sana." entah itu akan benar-benar terjadi, ia sejenak tak peduli karena, Perasaan hangat itu datang dan membuatnya melupakan semua rasa sakit yang didapatkan, setelah mendengar permintaan maaf dari Liliana. Perlahan kedua tangan nya mulai terangkat membalas pelukan Liliana, ia kembali terisak dalam dekapan sang ibu.

"I miss you so much mom hiks…" Liliana melonggarkan pelukannya mengusap lembut pipi Weyna, "I am sorry, dear." lirihnya tak lupa melayangkan kecupan di kening sang anak yang tak pernah lagi ia lakukan selama ini.

"Sekarang, apapun yang Weyn inginkan, mom akan lakukan. Mom tidak ingin kehilanganmu."

Weyna mengangguk, "Mom janji," kata nya yang tanpa ragu sedikitpun Liliana mengangguk.

"Janji honey. Nanti siang kita kerumah daddymu, mom tau kau merindukan nya. Cah, bangun bersih-bersih lalu sarapan. Mom sudah memasak makanan kesukaan putri cantikku ini."

Sekali lagi, Weyna memeluk Liliana. Ia tersenyum lebar melihat Lany berdiri di depan pintu kamar ikut tersenyum. "Everything will be alright." gumam Lany yang di angguki oleh Weyna.

"??? ?????? ???? ??, and ???????? ??? ??????? ????." -?????

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel