Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 : Cantik bermulut kotor

15:45 London, Inggris.

-Trafalgar Square-

Weyna dibuat kesal oleh Nirva. Bagaimana tidak, dia yang seharus nya bersenang-senang malah harus menjadi fotografer pria itu.

"Menyebalkan." gerutu nya melirik Nirva sinis. Melihat itu, "Eih, tak usah seperti itu. Anggap saja kau sedang menemaniku tour keliling london." kata pria itu tersenyum lebar.

"Peduli setan." cetus Weyna dibalas kekehan oleh Nirva. "Ayo ikut." katanya meraih tangan Weyna, membuat sesuatu dalam diri gadis itu terasa ada yang… "Tunggu disini, aku masuk sebentar." aneh namun terasa menggelitik. Ia hanya mengangguk mendengar perintah Nirva, kemudian menatap tangan yang sempat pria itu pegang. "Dia tak punya virus beracun kan," belike! Pertanyaan bodoh macam apa itu, dasar Weyna.

"Cih, dasar gila." decih Nirva yang datang dengan…

"Buatku?" Tanya Weyna melihat Nirva kembali membawa minuman di tangan nya.

"Tak ada."

"Cih, dasar pelit." Nirva terkekeh lalu menyodorkan minuman untuknya.

"Thanks." ucap Weyna tersenyum menerima minuman itu.

"Kau kenal keluarga Queen?"

"Uhuk… uhuuk… hah, apa?" tak peduli dengan hidungnya yang terasa perih karena tersedak, mendengar pertanyaan dari Nirva. "Bertanya apa tadi?" tanya ingin memastikan pertanyaan pria itu.

"Keluarga Magnolia Queen si Mafia atau Gangster yang terkenal di london, kau kenal dengan mereka?"

"Untuk apa kau bertanya?"

Oke, Nirva menahan kesal karena pertanyaan nya dibalas dengan pertanyaan kembali. Dia berdecak kesal berusaha bersabar menghadapi gadis bar-bar seperti Weyna, yang sempat dirinya lupakan.

"Salah satu gedung mereka masuk dalam daftar yang akan ku sewa nanti." katanya berharap Weyna stop bersikap menyebalkan tanpa merasa dirinya lah paling menyebalkan saat ini.

"Untuk?" Weyna kembali bertanya, "Pengembangan E-Market dari O.H Company." jawab Nirva yang diangguki oleh nya. "Tidak takut berurusan dengan mereka?" Weyna lagi-lagi kembali bertanya menoleh melihat Nirva.

"Aku berurusan karena pekerjaan, lagi pula yang ku dengar Queen masih normal."

"Dalam artian?"

"Tanda kutip tidak saling membunuh karena kekuasaan." membuat Weyna menunduk terkekeh. "Ada apa?" tanya nya, "Ah, apa kau ingin menemaniku bertemu dengan ketua Queen. Kudengar dia sangat susah ditemui oleh orang london, apalagi diriku dari negara lain." kata nya berharap Weyna mau. Namun…

"Maaf Tuan Muda Kim, tapi aku tidak ingin terlibat apapun." bukan Weyna jika ingin menurut begitu saja.

"Apa mereka menakutkan?"

Weyna mengangkat bahu, "Tergantung. Tergantung kau tidak akan menipu mereka atau melewati kontrak." katanya kembali menyeruput minuman nya.

"Dari mana kau tau?" tanya Nirva, "Hanya menebak, hehe." jawab Weyna, membuat pria itu melayang jentikan di dahi nya.

Pletak!

"Aduh… sakit bodoh." kesal Weyna mengusap kening nya, melirik Nirva tajam.

"Makanya jangan sok tau."

"Ishh… siapa suruh bertanya padaku sialan."

"Lihat, mulutmu benar-benar kotor ternyata." sindir Nirva yang malah… "Kau ingin membersihkan nya," goda Gadis itu memejamkan mata, mempoutkan bibirnya ke arah Nirva yang kini berkedip-kedip sedikit tertegun melihat wajah cantik dari Weyna dan juga bibir berwarna… auch… astaga! Dia segera menyadarkan dirinya.

"Khm, ayo jalan lagi." Nirva dengan cepat melenggak pergi meninggalkan Weyna yang terkikik, membuka mata."Reaksi macam apa itu," komentar nya segera berlari ke samping pria itu.

"Menurutmu menjadi anggota Queen pilihan yang tepat atau tidak?" entah kenapa dia ingin melontarkan pertanyaan itu pada Nirva.

"Tidak." singkat padat dan jelas jawab Nirva.

"Why?"

"Walaupun sekarang mereka dipandang baik oleh masyarakat, tetap saja masa lalu mereka tidaklah bersih. Dan mungkin saja, yang masyarakat tahu itu hanya menutupi wajah asli dari mereka." jawab Nirva melirik Weyna yang mengangguk-angguk.

"Jadi inti nya kau membenci nya?"

"Bukan membenci hanya tidak suka saja."

"Sama saja, apa beda nya bodoh."

Nirva hanya terkekeh melihat Weyna kesal padanya.

Ditempat yang berbeda,

°

°

°

Indigo yang mengikuti Alex berdecak kesal, nyata nya gadis itu tidak bertemu Weyna namun kembali ke apartemen nya.

Alex yang melihat kepergian Indigo menghela nafas, segera mengirimi Weyna pesan.

-Pesan-

"Kau benar, dia mengikutiku."

"Sudah kukatakan untuk berhati-hati, dia sudah gila tak menyadari kesalahan nya."

"baiklah. Kau dimana sekarang? Hati ini kan, harimu untuk menenangkan diri sedangkan tempat nya hanya di apartemen kotor itu."

"Gila kali ya, kalau aku masih ingin menjadikan tempat itu untuk menenangkan diri. Aku menemani calon kakak iparku."

"Σ( ° △ °)"

"Lucu kan, aku juga berpikir seperti itu. Yang nikah siapa, yang repot siapa. Menyebalkan memang.

"Baiklah nanti aku hubungi lagi."

"Oke, hati-hati jangan sampai kau membawa nya ke kotel."

"?¯\_(ツ)_/¯"

"Σ (゚Д゚;)"

Alex menghela nafas menatap ponsel yang berada dalam genggaman nya.

°

°

°

-Club KingQ-

Emily berdecak kesal melihat Miley santai dengan sepotong pizza di tangan nya.

"Ada apa? Kenapa kesal begitu," tanya Miley melihat tatapan dari sang adik.

"Ley , sebelum kita kembali Nani sempat mengatakan sesuatu bukan," Miley mengangguk, "Apa kau yakin Queen akan kembali dengan sendiri nya?" tanya nya pada sang kakak.

"Tergantung,"

"Pada?"

"Pilihan Nyonya Liliana."

"Apa?"

"Cila,"

Emily berdecak kesal, "Jangan memanggilku dengan nama itu." dingin nya membuat Miley terkekeh, "Baiklah, maaf." kata nya meminta maaf.

"Jadi,"

"Pilihan ada ditangan Nyonya Liliana." kata Miley meletakkan sisa gigitan pizza nya, lalu menatap Emily.

"Kalau maksudmu ada kemungkinan Queen dengan calon kakak ipar nya,"

"Tak ada yang tau kedepannya akan seperti apa, tapi kita tau seperti apa Queen. Lagipula, sebentar lagi kita akan mendapat tugas darinya."

"Maksudmu kekasihnya,"

"Ayolah adikku sayang, kau terdengar polos dan itu bukan dirimu." canda Miley mendapat lirikan sinis dari sang adik. "Ini makan, sebentar lagi sore waktu nya kita buka." ucap nya menyuapi sang adik pizza.

"Tak merindukan--"

"Jangan membahasnya atau aku akan bertindak gila lagi."

"Baiklah, makan yang banyak." titah nya di balas anggukan dari Emily. Ia mengusap pucuk kepala sang adik,"semua nya sudah berlalu tapi masih membekas di ingatan mu, dik." batin nya." batin nya tersenyum namun terkesan dipaksakan.

°

°

°

-Saco Apartment-

Sidney tertawa melihat betapa kesalnya Indigo belum mendapat kabar dari Weyna. untuk apa dia harus mengungsi jika ujung-ujung nya, kekasih dari Weyna sendiri lah yang mencari tubuh nya untuk menjadi pelampiasan dari semua nya dengan...ya kalian tau lah.

Menurutnya, itu adalah poin untuk mengalahkan seorang Weyna. Karena sampai kapanpun, gadis sok suci itu tidak akan melayani nafsu bejat seorang Indigo.

"Sudah lah honey, lebih baik kita bersenang-senang di sini. dari pada kau sibuk memikirkan kekasih pertamamu yang tak ada kabar, akan lebih baik membuatku mendesah bahkan menjerit memanggil namamu." ajak nya memainkan dada menggoda birahi dari seorang Digo, yang notabene nya tidak bisa menahan nafsu.

"Kau benar-benar ingin disiksa ternyata." ucap Digo tersenyum miring menanggapi ajakan gadis itu. "Dasar bitch." berjalan ke arah Sidney yang sudah tak memakai satu helai benang apapun sambil memainkan tangan nya semakin membuat birahi nya memuncak.

"Tapi ingat honey, aku harus melamar kerja besok jadi jangan membuatku merangkak oke." kata Sidney memberikan Digo peringatan. Namun… "aku tidak berjanji, hahaha." tawa Digo bak setan mulai mencium Sidney dengan ganas nya yang di terima dengan senang hati oleh gadis itu.

"egh... ka...kau lihat ini...ssshh...We-Weyna, kekasihmu sangat lah...ahh...ganas." desah nya menerima semua serangan Digo dengan mengucapkan kata-kata kotor.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel