7. Rumor Yang Tak Kalah Gila
Chapter 7
Rumor Yang Tak Kalah Gila.
.
.
Tidak mendengar bukan berarti tidak ada.
Cyan tidak menduganya sama sekali. Apa karena selama 3 bulan setelah wanita itu datang ke kediaman Orion mereka belum pernah bertemu? Selama ini Cyan hanya mendengar rumor baik tentang Rosenante. Tentang wanita terhormat yang sulit didekati.
Wanita yang tak punya skandal.
Cyan nyaris tidak mendengarnya kalau tak bertemu dengan Ather hari ini. Bukan. Lebih tepatnya karena Cyan tidak mau mendengar rumor apa pun. Ia tidak menghabiskan waktu hanya dengan mendengar rumor.
Tetapi kalau mau didengarkan dengan jelas. Rumor itu lebih menyudutkan para Lowen, termasuk Rosenante. Di kekaisaran ini, mana ada yang berani mengkritik keluarga kekaisaran dan Cyan termasuk di dalamnya.
“Jangan terlalu dipikirkan,” kata Viridian yang berjalan dengan Cyan menuju kamar tidur kaisar. Katanya kaisar beberapa hari ini terbaring sakit.
Hal itu memang sering terjadi setelah permaisuri wafat.
“Bahkan ada yang lebih buruk.”
Cyan menoleh. “Lebih buruk?”
“Ada rumor yang bilang kau mengambil wanita itu untuk dijadikan calon putri mahkota. Ada juga yang bilang untuk dijadikan Grand Duchess demi politik kekaisaran. Dia kan wanita yang punya pandangan baik di publik. Itu salah satu rumor yang masuk akal.”
Siapa yang menyebarkan rumor seperti itu?
Kalau ada rumor yang mengerikan begitu, bukankah lebih masuk akal kalau saingan politik partai kekaisaran akan tertarik juga. Lalu dengan tidak bertanggung jawabnya menyerang Rosenante. Kalau wanita itu menjadi putri mahkota atau grand duchess, pandangan publik akan sepenuhnya pada kekaisaran.
Kepercayaan rakyat pada para bangsawan lama akan benar-benar pudar. Reputasi Rosenante sangat bagus di Pergaulan Atas atau di kalangan rakyat non bangsawan. Meski terlihat sulit didekati, setidaknya wanita itu bukan orang yang pelit senyum.
Rosenante hanya kurang bicara. Itulah pandangan dari Viridian yang pria itu beritahukan pada Cyan.
Sebenarnya sudah berapa lama Viridian menyelidiki wanita itu?
“Yah, mungkin memang ada yang syok saat mendengar kalau Rosenante berada di kediaman Orion. Selama tiga bulan, wanita itu tidak pernah datang ke perkumpulan. Aneh ‘kan?”
Cyan tidak ingat memberikan perintah pada Moch atau Vera untuk melarang Rosenante menerima undangan pergaulan atas. Tetapi memang tidak ada undangan yang datang ke kediaman Orion.
“Apa kau serius mengurungnya, Ian?” tanya Viridian. “Ah, jangan membuatku cemburu.”
“Saya tidak melakukannya,” jawab Cyan dengan nada suara tidak terima. “Saya terlalu sibuk selama tiga bulan ini hingga tidak sempat bicara dengan Nona Lowen.”
Viridian menyeringai. “Yah, maaf kalau aku merepotkanmu dengan urusan para bangsawan yang menolak revormasi kedudukan bangsawan baru. Memang hanya kau yang bisa membuat mereka diam. Mereka kan takut padamu.”
“Anda jauh lebih menakutkan, Yang Mulia Pangeran.”
Viridian tertawa. “Jadi, kau akan mengizinkanku datang ‘kan?”
“Anda mau bertamu untuk menemui tamu saya? Itu terdengar lucu.”
“Wanita itu adalah kandidat kuat untuk dua kemungkinan saat ini, Ian. Jika tidak menjadi istrimu, dia bisa menjadi istriku.”
Kening Cyan berkerut. Entah kenapa sekarang ia merasa marah mendengar ucapan Viridian. Pria itu terlalu mudah memvonis keberadaan seseorang.
“Kalau pun aku mengadakan pemilihan putri mahkota, aku akan sebisa mungkin membuat wanita itu menang.”
“Apa Anda sedang berencana untuk curang?”
Viridian tertawa.
“Tapi sepertinya wanita itu tidak punya rencana untuk berpartisipasi.”
Viridian tersenyum. “Pemilihan putri mahkota bukan sesuatu yang bisa diputuskan begitu. Acara ini kan wajib untuk setiap wanita bangsawan.”
“Anda akan melakukannya?”
“Tidak,” jawab Viridian dengan tegas dan cepat. “Tidak ada yang bisa memberikan tekanan dan aturan untuk putra mahkota selain kaisar, Ian.”
“Bagaimana kalau Baginda mengizinkan para bangsawan itu melakukan pemilihan? Mereka bisa memasukkan salah satu alat ke istana.”
“Tidak akan bisa diadakan tanpa izinku. Jika alat yang mereka letakan di istana bukan putri dari Duke atau Marquess, kurasa masih mudah menghabisinya.”
Cyan mendengkus geli. Bibirnya tersenyum kecil. Siapa yang menyangka bahwa Putra Mahkota Viridian yang berwajah ramah, gampang tertawa adalah orang yang bisa membunuh siapa saja dan bahkan ayahnya?
“Ah, Skot,” panggil Viridian pada Skot yang berjalan di belakang mereka. Cyan yang tertarik jadi ikut melirik pada asistennya itu. “Untuk rumor buruk yang terakhir kali. Terima kasih sudah membereskannya untukku.”
“Lain kali carilah orang yang lebih cocok, Yang Mulia. Jangan mempekerjakan asisten saya,” balas Cyan.
***
“Selamat datang, Yang Mulia,” kata Moch saat menyambut mantel dari Cyan.
“Bagaimana dengan Nona Lowen?” tanya Cyan.
Moch tersenyum. “Nona sudah lebih baik. Nona sedang minuam teh di taman.”
Hmm.
Sepertinya wanita itu jauh lebih santai kalau Cyan tidak ada di rumah. Apa dia berpikir kalau Cyan tidak akan pulang hari ini? Memang sih Cyan jarang pulang kalau sudah kembali ke istana. Tetapi kali ini ia pulang karena membawa tamu penting.
“Suruh Vera untuk menambah kursi, kudapan, dan teh. Kami akan bergabung.”
“Ya?” Moch menatap dengan heran. “Kami?”
Cyan menunjuk ke arah kereta kuda dengan ibu jarinya. “Yang Mulia Pangeran ikut datang.”
“Ya Tuhan! Kenapa Anda tidak bilang dari tadi?” Moch bergegas menuju kereta kuda dan membukakan pintu.
Harusnya kan Cyan turun bersama. Tetapi kadang Viridian itu keras kepala. Dia mau disambut langsung oleh Moch, makanya dia duduk dulu di dalam kereta sampai kepala pelayan menjemputnya. Lalu dia akan tertawa seperti orang tak berdosa.
Cyan masuk lebih dulu, sementara Moch dan Skot mengurusi putra mahkota. Namun, dari kejauhan ia melihat Vera yang baru saja keluar dari lorong arah dapur dengan membawa nampan yang di atasnya terdapat beberapa macam cookies dan cake.
“Vera?”
Vera menoleh dan menghentikan langkahnya, kemudian membungkuk setelah Cyan berhasil menghampirinya. “Selamat datang, Yang Mulia.”
“Itu untuk Nona Lowen?” tanya Cyan.
Vera mengangguk. “Iya, Yang Mulia.”
Cyan mengambil namapan itu dari Vera. “Biar aku yang bawa.”
“Apa?” Vera terkejut karena nampannya direbut begitu saja. “Tidak, Yang Mulia. Bagaimana saya bisa—”
“Sudah,” potong Cyan. “Pergi saja ke dapur dan siapkan teh baru. Tambah kudapannya. Aku dan Yang Mulia Pangeran akan bergabung dengan Nona Lowen.”
“Yang Mulia Pangeran?” Vera sedikit melotot. “Kalau begitu saja akan bilang pada Nona dulu untuk bersiap-siap.”
“Tidak usah. Siapkan saja apa yang kusuruh. Nanti Moch yang akan mengantarkan Pangeran ke taman. Aku pergi dulu.”
Mau tidak mau Vera jadi membungkuk. Tidak bagus kalo terlalu banyak membantah ucapan grand duke. “Baik, Yang Mulia.”
Cyan berjalan ke arah pintu taman sambil membawa nampan. Dalam hati ia tidak sabar melihat reaksi Rosenante. Bagaimana reaksi menarik wanita itu saat tahu bahwa Cyan pulang. Ditambah dengan Pangeran Viridian yang tiba-tiba datang.
Saat masuk ke taman dan menemukan Rosenante duduk di gazebo, Cyan beberapa saat membeku. Wanita itu melamun lagi. Apa yang dia pikirkan? Ditambah lagi sosoknya yang seperti itu memang memiliki aura yang sulit di dekati. Dia jadi seperti wanita dingin yang tidak peduli pada sekitarnya.
Justru hal itu entah kenapa mengganggu Cyan. Apa jika ada pembunuhan di dekatnya, Rosenante akan tetap tidak peduli?
Ah, benar. Wanita itu tidak akan peduli. Buktinya saja saat Cyan datang ke rumah Lowen. Wanita itu di bawa oleh Skot dalam diam, bahkan wajahnya tak memberikan ekspresi apa pun, matanya birunya itu kosong. Saat dipaksa berlutut pun Rosenante tak mengeluarkan suara. Wanita itu tidak peduli bahwa hari itu dia akan mati.
Cyan ingin tahu apa yang dipikirkannya.
Cyan mendengkus saat naik ke gazebo. Rosenante bahkan tidak menoleh. Pura-pura tidak tahu atau memang tidak mendengar?
Cyan langsung meletakkan nampan di meja dan duduk. Barulah Rosenante melihat padanya sebentar. Lalu tiba-tiba mata wanita itu memberikan reaksi terkejut. Yah, itu layak untuk dilihat.
“Apa yang Anda lakukan di sini?” tanya Rosenante sambil melihat ke arah tempat masuk taman. Tidak ada pelan sama sekali. Kemudian menatap pada nampan yang Cyan bawa.
“Aku akan bergabung,” kata Cyan, bersandar di kursi. “Ini kan rumahku. Aku boleh berada di mana pun.”
“Ah, iya, benar. Ya ampun, saya lupa kalau ini rumah Anda.”
“Apa itu karena aku sering meninggalkannya?”
Rosenante membuat tawa pura-pura. “Kenapa Anda tidak melakukannya lagi? Biasanya Anda tidak pulang berhari-hari kalau sudah ke istana.”
Cyan tersenyum. “Kau mau mengusai rumahku?”
Rosenante tersenyum. “Itu berlebihan. Saya tidak berniat jadi Grand Duchess.”
“Kalau begitu, kau bisa jadi putri mahkota.”
Rosenante dan Cyan menoleh pada putra mahkota yang baru saja sampai diikut oleh Moch dan Vera yang mendorong troli kudapan di belakang pria itu.
Spontan Rosenante langsung berdiri dan membungkuk pada Viridian. Dalam tunduknya, wanita itu melirik pada Cyan. Seakan menuntut penjelasan kenapa ia tidak memberitahu bahwa putra mahkota akan datang.
“Senang bisa bertemu denganmu lagi, Nona Lowen. Si Bunga Pergaulan Atas.”
.
.
Original story by Viellaris Morgen
Rabu (13 Maret 2024)