5. Simpati
Chapter 5
Simpati.
Cyan menunggu di ruangannya dengan gelisah. Hari ini bahkan putra mahkota bilang mau mampir. Apa sebenarnya orang itu hanya mau kabur dari kerjaannya yang segudang?
Tadi pagi, saat Cyan baru saja bangun dari tidurnya, ia mendengar suara kegaduhan dari luar. Kebetulan Moch yang masuk ke kamarnya tidak menutup pintu dengan rapat. Jadi, saat Vera berlari dengan panik, Cyan langsung menghampirinya.
Dengan panik pelayan itu bilang tiba-tiba Rosenante terluka saat baru bangun tidur.
Karena Vera sangat panik, Cyan menduga itu luka yang sangat parah. Jadi ia langsung bergegas menuju kamar Rosenante. Dan benar saja. Wanita itu terduduk di lantai, di depan cerminya dengan gaun tidur putih yang memerah di bagian punggung.
Sebenarnya apa yang dilakukan wanita itu sampai melukai punggungnya? Sayangnya, Rosenante sendiri bilang kalau dia tidak melakukan apa pun. Wanita itu menangis karena kesakitan.
Terdengar suara ketukan di pintu kamarnya.
“Masuk.”
Skot muncul bersama dengan Vera.
“Bagaimana dengan Nona Lowen?” tanya Cyan pada Vera.
“Nona sedang tidur karena diberi obat perada rasa sakit oleh dokter, Yang Mulia,” jawab Vera.
“Lukanya?”
“Itu ....”
“Jawab saja. Tidak sopan kan kalau aku ikut masuk melihat kondisi punggung wanita yang belum menikah?”
“Dokter bilang itu luka dari bekas cambukan.”
“Berarti kulitnya robek?”
Vera mengangguk.
Cyan menarik napas panjang. Bagaimana bisa seorang wanita mendapat cambukan sampai kulitnya robek begitu? Sebenarnya apa yang dilakukan Rosenante semalam?
“Itu pasti akan berbekas,” lanjut Cyan. “Apa dia punya kebiasaan tidur berjalan?”
Vera menggeleng lagi. “Saya rasa tidak, Yang Mulia.”
Cyan menghela napas. Biar nanti ia sendiri yang bertanya pada Rosenante saat kondisinya sudah memungkinkan. “Baiklah. Keluar dan urus dia. Aku akan datang nanti untuk melihatnya.”
“Baik, Yang Mulia.” Vera membungkuk sebelum akhirnya mundur untuk meninggalkan kamar.
Lalu Cyan beralih pada Skot. “Bagaimana?”
“Yang Mulia Pangeran tidak jadi datang.”
Benarkah? Sungguh kabar bagus di tengah petir yang mendera pagi Grand Duke Orion. Karena putra mahkota tidak jadi datang, Cyan tidak perlu menyiapkan hal-hal berlebihan untuk menyambut orang itu.
“Alasannya?”
“Birokrat dari partai bangsawan.”
Ah, mereka. Para bangsawan tua yang menolak turun dari kursi dan digantikan para pewaris. Mereka pasti datang untuk mendesak putra mahkota agar melakukan pemilihan calon istri. Mereka mau menjadikan pernikahan seseorang sebagai kompetisi.
Dikarenakan putra mahkota akan menjadi kaisar di masa depan, mau tidak mau dia harus mendengarkan masukan dari orang-orang. Entah itu dari orang yang mendukungnya atau dari orang yang niat menjatuhkannya.
“Bagaimana dengan paman? Maksudku, Baginda Kaisar.”
Skot menghela napas. “Anda kan tahu kalau Baginda sedikit gila setelah Yang Mulia Permaisuri wafat. Dia masih terus bilang akan menikah lagi dan menjadikan istri barunya sebagai ratu.”
Cyan memegang kepalanya. Terkadang beberapa orang bisa jadi gila hanya karena kehilangan sesuatu.
“Ya, sudah,” kata Cyan. “Aku akan bicara pada Baginda besok. Hari ini karena pangeran tidak jadi datang, aku bisa bekerja dengan santai. Lagi pula kupikir tidak mungkin menunjukkan pada tamu bahwa salah satu penghuni rumah ini sakit.”
“Benar, Yang Mulia.”
Cyan kemudian terdiam. Membicarakan orang sakit, Cyan jadi teringat lagi dengan Rosenante.
“Masukan orang ke rumah Lowen,” perintah Cyan.
“Ya?”
Cyan melirik Skot yang sedikit ternganga. Mungkin karena perkataannya barusan. “Nona Lowen terluka pagi ini. Aku ingin tahu apakah dia mendatangi rumahnya semalam atau justru Birthney yang kemari.”
Kalau Birthney yang datang kemari itu suatu ketidakmungkinan. Keamanan di kastel Orion sama halnya dengan istana kekaisaran. Tempat ini juga dikelilingi oleh sihir-sihir pengaman. Jika ada gerakan mencurigakan sihirnya akan aktif menyerang orang tersebut. Jadi, sangat tidak mungkin manusia tak berguna seperti Birthney Lowen menyusup ke kastel Orion.
“Sekarang keluarlah dan panggilkan Moch. Aku ingin siap-siap untuk bekerja.”
Skot membungkuk dan mundur dari posisinya, meninggalkan kamar.
***
Cyan berpapasan dengan Vera saat hendak ke kamar Rosenante untuk melihat keadaannya. Dengan wajah sedih Vera membawa nampan dengan makanan penuh di atasnya. Pelayan itu bilang kalau Rosenante menolak untuk makan.
Jarang ada orang sakit yang punya nafsu untuk makan. Apalagi yang seperti Rosenante. Dia seorang wanita lajang muda, terluka. Belum lagi itu adalah luka yang sangat berbekas. Meski dirawat bagaimanapun tidak akan menghilang.
Cyan membayangkan seorang wanita punya luka separah itu. Pasti mengerikan saat mendapatkannya. Bukankah lebih baik mati ketimbang merasakan sakit penyiksaan?
Cyan membuka pintu kamar Rosenante. Melihat wanita itu duduk di tempat tidurnya sambil melihat ke pintu kaca pembatas teras. Melihatnya melamun dengan wajah datar seperti itu barulah Cyan menyadari bahwa wanita itu memang benar Rosenante Catallena Lowen. Si Mayat Hidup Pergaulan Atas.
Meski julukannya terdengar mengerikan, dia adalah bunga pergaulan. Banyak para debutan yang ingin meniru keeleganannya sebagai wanita bangsawan. Bahkan jika putra mahkota menuruti kemauan para partai bangsawan untuk mengadakan pemilihan putri mahkota, mungkin Rosenante termasuk dalam kandidat kuat.
Cyan pernah mendengar rumor dari para lady yang menghadiri jamuan teh Putri Angea di istana. Walau keberadaannya tidak ada, Rosenante tetap menjadi bahan pembicaraan orang-orang. Rosenante yang cantik, anggun, elegan, pintar, dan sempurna. Dia salah satu wanita yang sangat cocok menjadi putri mahkota dengan kepintaran yang seperti itu.
Cyan bersandar di kusen pintu, kemudian mengetuk pintu yang sudah terbuka untuk mengalihkan perhatian Rosenante. Wanita itu pun menoleh dan Cyan melihat tangannya di dada.
“Bagaimana perasaanmu?” tanya Cyan.
Wanita itu terdiam sesaat. Wajahnya terlihat memucat. Namun, tidak bertahan lama. Rosenante memutuskan untuk menjawab.
“Aneh.”
Cyan mendengkus geli dan mendorong diri dari kusen. Berjalan masuk. “Masih terasa sakit?”
Rosenante menggeleng. “Tidak terlalu. Sakitnya sebentar lagi akan hilang.”
Cyan berdiri di sisi tempat tidur, menatap pada Rosenante yang belum juga melihat padanya. “Kediaman Orion tidak pernah panik bahkan saat aku terluka.”
“Sayang sekali.”
“Nah, Nona Lowen. Apa yang kau lakukan pada punggungmu semalam?”
Rosenante langsung menoleh dengan kening berkerut. Wajahnya terlihat aneh. Seperti orang yang ingin tertawa, hanya saja terlihat jauh lebih mengenaskan pada situasi ini.
“Anda pikir saya melakukan sesuatu sampai mau melukai diri saya sendiri?” Rosenante mengangkat tangannya, memutar jari telunjuknya di samping kepala. “Saya bukan orang gila yang mau merasakan sakit seperti ini.”
Cyan mendengkus geli. Reaski wanita ini lucu sekali. Dia seperti sedang memarahi Cyan karena menerka-nerka sembarangan. Pada umumnya seseorang akan menjaga perilakunya di depan seorang pria. Ditambah lagi itu adalah beberapa pria yang namanya jauh di atas orang lain, seperti Grand Duke Orion.
“Ya, bisa saja kau tiba-tiba sakit jiwa.”
Rosenante berdecih dan itu membuat Cyan terkejut. Wanita bangsawan yang bisa mendecih di depan orang yang mungkin bisa membunuhnya sekarang.
“Apa Rosenante Catallena Lowen memang punya kepribadian seburuk ini?” tanya Cyan dengan tatapan tajam.
Rosenante menghela napas. “Ekpektasi Anda saja yang terlalu tinggi, Yang Mulia.”
“Beruntung sekali Yang Mulia Pangeran tidak jadi datang.”
“Apa?”
“Yang Mulia berniat datang untuk menemuimu. Kau tidak tahu rumornya?” tanya Cyan. Karena melihat wajah bingung Rosenante, senyum kecil muncul di wajahnya. “Viridian Escale La Shicallophie adalah satu-satunya pria di kekaisaran yang berhasil bicara pada Si Mayat Hidup Pergaulan Atas.”
Rosenante terdiam.
“Aku bertanya mengenai punggungmu itu, aku hanya ingin tahu bahwa kesatria di tempat ini menjaga rumah dengan baik. Karena kalau kau menarik perhatian Yang Mulia Pangeran, kau juga menarik perhatian orang-orang yang berniat menggenggam kekuasaan melalui pernikahan pangeran.”
“Apa yang Anda bicarakan?”
.
.
Original story by Viellaris Morgen
Rabu (13 Maret 2024)