Bab 4
Para pria muda, tampan dan juga berkemampuan beladiri tinggi saling berdatangan ke istana Yang. Beberapa di antara mereka berasal dari klan iblis, dewa dan juga roh.
Jika Ratu Yang Mi sibuk menerima tamu di aula utama, maka berbeda dengan adik bungsunya Yang Zi.
Putri ketiga itu lebih memilih menemani sang kakak keduanya yang sedang sibuk mempercantik diri.
"Jie, kau cantik sekali!" puji Yang Zi pada saudari keduanya.
Yang Xi, putri kedua memang dianugerahi kelebihan yakni kecantikan yang tiada duanya. Terlebih lagi, sikap lemah lembutnya selalu menyenangkan setiap makhluk yang bersamanya.
Tidak hanya cantik, berwawasan luas saja. Yang Xi juga lembut dalam tutur katanya.
"Kau ini ada-ada saja, Xiao Mei mei." balas Yang Xi dengan terkekeh.
Seorang dayang datang bersama dengan Song De memanggil kedua kakak beradik itu. "Acaranya sebentar lagi akan dimulai. Sebaiknya Putri kedua yang Putri ketiga segera hadir di aula utama."
Kedua wanita muda itu saling memandangi dayang yang memberikan informasi pada mereka. Tidak hanya itu saja, Song De yang kebagian ditugasi mengawasi Yang Zi juga meminta kedua putri untuk segera memasuki posisi di aula.
"Tuan Song, apa Anda juga akan ikut serta?" Yang Xi bertanya pada Song De. Akankah dia ikut bertanding memperebutkan hati Yang Xi?
Song De tersenyum manis sebelum berjalan mengikuti kedua putri, "Maafkan hamba, Yang Mulia. Hamba hanya seorang pendukung saja."
"Oh, baiklah," jawab Yang Xi. "Dia pasti menunggu kesempatan lain untuk mempersunting Mei Mei."
Yang Zi dan Song De berjalan pelan di belakang Yang Xi. Sebagai peran utama hari ini, sudah sepantasnya hanya Yang Xi yang menjadi pusat perhatian.
Benar saja, kedatangan putri kedua yang didampingi oleh dayang itu disambut oleh decak kagum dari hadirin di aula utama. Bahkan beberapa dari pemuda yang menjadi bakal calon suami Yang Xi tak berkedip melihat kecantikan adik dari Ratu Yang Mi.
Mata yang besar, kulit seputih salju serta bibir tipis yang merah seakan menjadi magnet yang menarik semua perhatian pemuda yang hadir.
Di samping itu, kehadiran putri ketiga klan burung juga tak kalah mengejutkan. Meskipun tidak sesempurna sang kakak, kehadiran Yang Zi juga menjadi salah satu hal yang menarik.
Bahkan terdengar kasak kusuk dari barisan pemuda jika mereka tidak lolos menjadi suami putri kedua, mereka bisa mencobanya kembali tahun berikutnya sebagai calon suami putri ketiga.
Alih-alih menikmati sambutan dari pengarah acara, Yang Zi justru bersikap tidak peduli seperti biasanya.
Hingga Yang Mi sempat memerintahkan Song De agar meng-kode Yang Zi untuk menyapa para tamu kehormatannya.
Senyum indah itupun terbit meskipun setengah terpaksa. Yang Zi merasa tersiksa dengan adanya acara ini yang dia rasa sungguh membosankan.
Si peran utama yakni Yang Xi duduk bersanding dengan Ratu Yang Mi. Sedangkan adik bungsu mereka duduk di barisan belakang mereka bersama Song De temannya selama ini.
Para kandidat itu saling memperkenalkan diri secara berurutan berdasarkan tempat duduk mereka. Selain dari berbagai jenis makhluk hidup, Yang Mi juga tidak menolak manusia jika ada yang ingin mempersunting adiknya.
Salah satu kandidat itu ada yang berasal dari klan Dewa Istana Langit. Pangeran keempat Liu Bei. Berparas menawan dan memiliki kepribadian hangat selaras dengan Yang Xi.
Tepuk tangan pun mengakhiri perkenalan pangeran keempat. Banyak yang mendoakan agar Putri kedua berjodoh dengan pangeran keempat kerajaan Langit.
"Jie, kau beruntung sekali jika mendapatkan dia." puji Yang Zi dari tempat duduk di belakang Yang Xi.
Yang Xi tidak menampik, paras rupawan pangeran keempat membuatnya kagum. Selain itu, wawasan yang luas juga modal yang dimiliki oleh utusan klan Dewa itu.
Selesai dengan pangeran keempat, ada pula pangeran dari Laut Timur. Putra Raja Naga Laut Timur itu bahkan tak berkedip melihat Yang Xi sejak wanita cantik itu memasuki aula utama.
"Ish ... Kau tidak cocok dengannya, Jie!" bisik Yang Zi lagi.
"Xiao Mei mei, kau bisa diam tidak?" bentak Yang Mi kakak tertua mereka dengan pelan.
"Iya, iya aku masih sayang kakiku, Jie!" Alhasil Yang Zi pun diam seribu bahasa.
Terkahir, pemuda yang akan memperkenalkan diri adalah dari kerjaan roh. Pemimpin roh sendiri yang hadir dalam pencalonan suami bagi Yang Xi.
Datang menggunakan pakaian kebesaran berwarna hitam dan sebuah topeng emas menghiasi wajahnya, aura antagonis Raja Roh sangat mengintimidasi lawannya.
"Hamba Long Ye Tian, penguasa alam roh memberi hormat kepada Baginda Ratu."
Selain lawannya, hadirin yang datang menyaksikan juga bergidik ngeri melihat sosok pria tinggi kekar itu. Terlebih lagi suaranya yang berat. Semakin menambahkan kesan antagonis.
Hanya dua orang dari mereka yang sama sekali tidak merasa takut pada Long Ye Tian. Mereka berdua adalah Yang Zi dan Song De. Keduanya tampak diam karena lebih takut dihukum oleh Yang Mi.
Bersikap diam tanpa melakukan apapun membuat Yang Zi dihinggapi rasa kantuk. Benar saja, sejak diminta diam oleh Yang Mi, sudah tak terhitung lagi berapa kali Yang Zi kedapatan menguap.
Bahkan yang lebih parah, Song De harus menutup mulut putri ketiga karena Yang Zi sudah tidak mampu menahannya.
Kesal karena tingkah nakal adik bungsunya, Yang Mi segera menginjak kaki Yang Zi kuat-kuat agar adik kesayangannya itu bisa terhindar dari rasa kantuk.
"Auuuh, Jie .... Sakit!" pekik Yang Zi hingga membuat semua orang menoleh padanya.
"Kalau tahu sakit, segera lah kau bangun Zi zi!" bisik Yang Mi.
"Sebenarnya aku ini saudari kalian atau bukan? Kenapa Jie Jie kejam sekali padaku?" rengek gadis manja itu.
Pada akhirnya, hanya Song De lah yang mampu menenangkan hati Yang Zi. Song De bisa meyakinkan Yang Zi untuk mengikuti kemauan para saudarinya.
"Kau mending diam saja! Selain Kakak Ratu, di sini juga banyak orang penting Zi er. Lihat saja! Pangeran Langit, Pangeran Laut Timur dan juga Raja Roh ada di hadapan kita." bujuk Song De.
"Lalu kenapa? Apa yang harus kutakuti?"