Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

Dua pasang kaki milik sepasang muda-mudi berderap kencang seirama deru napas keduanya. Baik si pemuda maupun di gadis saling tertawa dengan riang satu sama lain.

"Song De, ayo cepat!" Sambil tertawa dengan suka cita Yang Zi berteriak kepada pria muda di belakangnya.

Bukan marah karena Yang Zi mengoloknya dengan menjulurkan lidah, pemuda dari suku Serigala itu semakin lebar mengulas senyum hingga menampilkan dua lesung di pipinya.

Hal indah seperti ini, sudah cukup membuatnya senang hingga melupakan semua rasa gundah Song De. Song De pun membalas Yang Zi dengan mempercepat langkah kakinya kemudian menarik tangan Yang Zi lalu menggenggam dan tak ingin dia lepas.

"Kau suka sekali berlari seperti ini, hah?" Song De berpura-pura mengeluh.

Tidak mungkin Yang Zi marah ataupun merajuk. Wanita muda itu semakin menaikkan power berlarinya. "Aku akan dibunuh kakak pertama jika ketahuan keluar istana burung lagi."

Keduanya pun mempercepat ritme berlari. Tanpa rasa canggung ataupun risih, Yang Zi dan Song De saling bergandengan dalam petualangan mereka hari ini.

Hal seperti ini kerap mereka lakukan. Maksudnya Yang Zi sering menyelinap keluar istana tanpa sepengetahuan kedua kakak perempuannya. Bisa dipastikan partner kenakalan Yang Zi tak lain dan tak bukan adalah Song De.

Mereka berdua, Yang Zi dan juga Song De tiba di titik yang jarang dijaga oleh penjaga istana. Baik Yang Zi maupun Song De cukup tahu seluk beluk istana Burung. Selain sudah menjadi tempat lahir hingga besar seperti ini, istana Burung juga merupakan tempat bermain Yang Zi.

Dan bagi Song De, istana ini adalah rumah kedua baginya. Tempat tinggal orang yang disukai olehnya sudah sepantasnya dia hafal di luar kepala.

Tanpa rasa takut akan ketahuan, Yang Zi segera menaiki dinding istana bagian belakang. Selain cukup hening, di pojok tempat mereka ini dekat dengan dapur. Oleh karena itu, pengawal Ratu jarang berpatroli di dekat sini.

Yang Zi melihat kondisi dalam istana dari atas dinding. Ekor matanya menyapu sekeliling. "Aman," gumam gadis itu kemudian.

Lalu, Yang Zi segera mengulurkan tangannya ke arah Song De agar pemuda itu bisa naik juga untuk ikut dengannya.

Uluran tangan itu disambut hangat oleh Song De, "Ayo!" ajak Yang Zi.

Tetapi .... Sungguh sial.

Petualangan mereka kali ini mampu diendus oleh penjaga yang berpatroli. Beberapa penjaga istana dalam telah mengintai kedua dan bersembunyi sebelum menangkap basah Yang Zi dan Song De.

Tepat ketiga Yang Zi dan Song De melompat terjun ke tanah, mereka berdua telah dikepung oleh segerombolan penjaga istana.

"Yang Mulia Putri ke tiga, Baginda Ratu sudah menunggu Anda di aula luar." tegur salah satu dari penjaga siang di istana.

"Aneh," Aneh sekali memang. Biasanya jika Yang Mi, kakak pertama sekaligus Ratu di istana ini ingin menghukum Yang Zi. Baginda Ratu akan membawanya ke istana dalam untuk diadili. Tetapi ini?

"Maaf, bisa lebih cepat Putri? Baginda telah menunggu Anda. Sebaiknya cepat karena para tamu akan segera datang." Penjaga membawa Yang Zi dan Song De ke tempat yang sudah disebutkan.

Di istana yang dihuni oleh keluarga kerjaan, sudah berdiri dengan berjejer para kesatria dan juga dayang muda dan dayang senior. Termasuk juga dayang kepercayaan Yang Mulia Ratu.

"Zi zi ... Ah kau ini! ulahmu semakin menjadi." Yang Mulia Ratu setengah berteriak mendatangi adik bungsunya.

"Ma-maaf, Kakanda." Kedua mata bulat dengan bulu mata lentik itu berubah sayu agar Yang Zi tidak mendapatkan amukan kakaknya.

Tak lupa pula, Yang Zi menyenggol siku Song De agar pemuda itu melakukan hal yang sama.

"Maafkan kami, Yang Mulia. Kami salah dan bersedia menerima hukuman."

"Pangeran Song, ini ... Ah ini bukan kali pertama kalian berulah. Lagi-lagi kalian menambah kecemasanku."

Melihat gelagat kakaknya yang hampir meledakkan emosi, segera Yang Zi mengeluarkan jurus andalan. "Kakanda, maaf. Jangan marah! Nanti kerutan Yang Mulia akan bertambah."

"Zi zi .... Kau!!!" Yang Mi mengepalkan kedua tangannya menahan emosi pada adik bungsunya.

"Jika hari ini tidak hari istimewa, kalian berdua pasti tamat." Yang Mi mulai mengatur nafasnya. In hale kemudian ex hale.

"Hari ini? Ada apa dengan hari ini? Hari ini bukan peringatan kematian orang tua kita bukan?" celoteh Yang Zi dengan polosnya.

Namun, dia tidak menyangka jika ucapannya semakin membuat Yang Mi naik pitam. Sehingga dayang senior Han segera menenangkan Ratu mereka dan menjelaskan kembali kepada Yang Zi. Meskipun sudah berulang kali mereka menjelaskan kepada Yang Zi hari istimewa ini, nyatanya Yang Zi tidak mengindahkannya.

"Putri, hari ini adalah hari istimewa bagi Putri Yang Xi. Karena akan ada banyak pria yang akan memenangkan hati Putri Yang Xi." jelas dayang Han.

"Oh, Xi Jia akan bertunngan hari ini?" Wajah polos itu tak bisa disembunyikan.

"Kurasa kau memang harus dihukum, setelah acara ini kau tidak dibolehkan keluar dari kamarmu, Zi zi." ancam kakak pertama Yang Zi.

Sebenarnya hari ini adalah hari pertama atau pembukaan dari seleksi calon pasangan hidup putri kedua kerajaan suku Burung. Yang Xi akan menikah dengan pria yang tepat. Cepat dalam berbagai bidang.

Dayang Han segera bergegas menemani Yang Mi masuk untuk segera menyambut tamu dari berbagai kalangan.

Termasuk juga Yang Zi. Lalu Song De? Yang Mi menghukum pemuda itu untuk menjaga Yang Zi agar tidak kabur ketika upacara penyambutan berlangsung. Jika keduanya kedapatan kabur, maka Yang Mi tidak segan untuk mematahkan kaki keduanya.

"Yang Mi Jia, kau sungguh tega!" gerutu Yang Zi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel