Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

"Aku tidak menyangka akhir dari hubungan kita akan seperti ini,"

Seorang wanita dengan pedang di tangan kanannya yang telah bersiap mengarahkan pedang ke pusat nyawanya.

"Hentikan, Zi zi!" tak jauh dari tempat wanita itu berdiri, Sosok pria berhanfu dengan mahkota yang menghiasi kepalanya berteriak histeris.

Dada sosok berhanfu hitam itu semakin sesak saat wanita yang dia panggil Zi zi tadi mengarahkan pedangnya ke leher jenjang wanita tersebut.

Tak ingin hal buruk terjadi pada Zi zinya, Long Ye Tian memajukan satu langkahnya ke depan. Namun, lagi-lagi wanita berhanfu biru itu menahan langkahnya.

"Baiklah, aku akan memberikan inti rohku agar kau bisa abadi, Yang Mulia."

"Tidak, Zi 'er ... Jangan lakukan itu!"

"Bagimu, kekekalan adalah segalanya, Bukan? Jadi, aku akan memberikan segalanya agar Anda puas, Yang Mulia."

Yang Zi segera melakukan gerakan untuk membangkitkan ritual pengeluaran inti roh Phoenix merah miliknya. Hal inilah yang diinginkan oleh Long Ye Tian dari wanita itu.

"Yang Zi, hentikan! kumohon," Sosok pria bermartabat itu pun tak bisa menyembunyikan rasa frustasinya. Dia tak sanggup lagi melihat kepiluan yang akan dilakukan oleh wanita yang telah dia nikahi selama ini.

Tangan Yang Zi hampir menyelesaikan gerakan pemanggilan inti rohnya. Bahkan mantra pun telah hampir selesai dia rapal.

Ye Tian tidak ingin hal yang paling dia takuti terjadi. Dia tidak bisa kehilangan Yang Zi seperti ini. Sehingga, dengan gerakan cepatnya, Long Ye Tian menarik anak panah yang tersimpan di punggungnya kemudian dengan gerakan cepat pria itu mengarahkannya ke tubuh Yang Zi.

Ye Tian melakukan hal tersebut karena dia tidak ingin Yang Zi mengeluarkan inti roh Phoenix-nya karena itu bisa membinasakan diri Yang Zi.

Panah itu melesat hingga menggores bahu Yang Zi. Sontak, wanita muda itu tersadar hingga menggagalkan usaha pengeluaran inti rohnya.

Geram ... tentu saja Yang Zi sangat geram. Putri dari kerajaan Burung itu mundur selangkah. Hingga nyaris tak tersisa lagi tanah tempat untuknya berpijak.

Benar, wanita muda itu hampir terdesak. Di bawah kaki jenjangnya terdapat jurang dari tebing tinggi yang sangat mungkin menghancurkan tubuhnya jika wanita itu terjatuh dari sana.

Kesal karena Ye Tian tak terus dan terus berpura-pura baik padanya. Tentu saja semakin menyisakan penyesalan di mata Yang Zi.

Dalam isaknya, Yang Zi melepaskan tiara indah dari kepalanya. Kemudian dia mengayunkan pedang yang sejak tadi dia bawa hingga membelah tiara itu menjadi dua bagian.

Tak sampai di situ saja. Yang Zi juga menarik sebagian rambutnya dengan dan memotong sedikit rambut itu. Hal tersebut menandakan, "Kita akhiri sampai di sini, Yang Mulia."

Usai mengatakan hal tersebut, Yang Zi mendorong tubuhnya ke belakang hingga terhuyung dan jatuh dengan mudahnya dari atas lembah.

"Tidaaaakkk ... Zi er .... tidak! kau tidak bisa melakukan hal ini padaku."

****

"Ahhhh .... " pekik seorang wanita muda di dalam kamarnya.

Nafasnya memburu, terasa cukup sesak di da danya. Tanpa dia sadari, pipinya basah dialiri oleh air mata.

Mimpi seperti ini tak sekali dua kali saja dialami oleh Yang Zi, tuan putri ke tiga dari kerajaan suku burung.

Sebagai anak bungsu dari kerjaan suku tersebut, sudah pasti Yang Zi akan mendapatkan curahan kasih sayang baik itu dari kedua kakak perempuannya ataupun dari penghuni istana sekte suku burung.

Dan pagi menjelang siang ini, tindakan Yang Zi kembali menyebabkan beberapa dayang berlari masuk ke kamar mewahnya.

"Ada apa, Yang Mulia?"

"Anda baik-baik saja?" Setidaknya dua sampai tiga wanita muda mendatangi kamar Yang Zi.

Salah satu di antara mereka adalah wanita muda bernama Li Fei.

"Aku baik-baik saja, Xiao Fei." Tampak si bungsu Yang Zi mengatur deru nafasnya.

"Apa Anda bermimpi buruk lagi, Yang Mulia?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel