Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Penolakan

Duar!

Luo Nang menendang meja yang berada di dekatnya dengan sangat keras, lalu menatap Brian Won dengan sombong.

“Vivian adalah wanita yang tuan muda ini sukai. Jangan pernah bermimpi bisa mendapatkannya selama aku masih hidup di dunia ini,” ucap Luo Nang dengan nada dingin.

“Jadi begitu, kalau begitu kamu bisa tenang. Aku tidak memiliki minat untuk menjalin hubungan seperti itu dengan Vivian.

Aku hanya memiliki urusan bisnis dengannya,” jelas Brian dengan nada santai.

“Huh! Alasan basi. Tidak mungkin aku akan mempercayainya,” Luo Nang mendengus kesal.

“...” Brian Won terdiam dan menatap Luo Nang dengan ragu.

“Lalu apa yang ingin kamu aku lakukan?” tanya Brian Won dengan nada serius.

“Mudah saja. Mundur dan urungkan niatmu untuk berbicara dengan Vivi,” balas Luo Nang dengan nada tinggi.

Ekspresi Brian Won berubah. “Kalau soal itu, aku tidak bisa. Maaf saja...” jawabnya dengan nada datar.

“Kau!! Huh, baiklah. Sepertinya kau memang harus diberi pelajaran supaya mengerti,” ucap Luo Nang dengan nada kesal.

Luo Nang melirik ke arah kelompok mahasiswa di belakangnya dan memberi kode agar mereka mengepung Brian.

Total ada tujuh mahasiswa yang mengepung Brian dari berbagai sisi.

Brian terlihat sangat tenang. Ia menutup mata sebentar lalu berkata dengan nada datar,

“Kalian sebaiknya mundur sebelum kalian terluka.”

“He he, jangan menggertak. Yang akan terluka di sini adalah kamu, bukan kami!” jawab salah satu mahasiswa tanpa rasa takut.

“Gertakan seperti itu tidak akan mempan terhadap kami. Renungkan kesalahanmu karena berani membuat masalah dengan Bos Luo! Yaaa!!” mahasiswa lain berteriak lantang.

Ketujuh mahasiswa itu kemudian menyerang Brian dari berbagai arah.

Luo Nang tersenyum kejam dari samping tanpa sedikit pun rasa kasihan.

---

“Waduh, ini gawat, Vivi! Mahasiswa baru itu akan dikeroyok tujuh orang?! Ayo kita lapor ke dosen!

Jangan sampai mahasiswa tampan itu babak belur karena ulah Luo Nang!!” Yim Shu berteriak panik sambil menarik-narik tubuh Vivian.

“Tenanglah, Yim. Jangan lapor dosen sekarang. Tunggu dan lihat saja apakah mahasiswa baru ini memiliki kemampuan untuk mengalahkan semua bawahan Luo Nang,” jawab Vivian serius.

“Hah!! Vivi, apa yang kamu pikirkan?! Bagaimana mungkin satu orang melawan tujuh orang? Ini dunia nyata, bukan dunia fantasi!” Yim Shu menjawab heran.

Vivian tidak menjawab. Ia menatap Brian dengan serius, seolah menantikan sesuatu.

“Vivi!!”

Duak!

Bruk! Bruk! Bruk!

“Eh?” Yim Shu terkejut mendengar rentetan suara keras.

Ia menatap ke arah Brian dan langsung membeku saat melihat tujuh mahasiswa tergeletak sambil memegangi perut mereka dengan wajah kesakitan.

“Ini... apa yang sedang terjadi...” gumam Yim Shu tanpa sadar.

“...” Vivian tetap diam dan terus menatap Brian Won dengan ekspresi serius.

---

“Bagaimana? Apa aku boleh bicara dengan Vivian sekarang?” tanya Brian yang berdiri di depan Luo Nang dengan nada datar.

Luo Nang terlalu terkejut hingga tak berani bergerak. Ia mengangguk ketakutan.

“Boleh... tentu saja boleh...”

Brian Won tersenyum tipis. “Bagus. Kalau begitu, kamu bisa tidur di sini...” ucapnya santai.

Mata Luo Nang membelalak. Sebelum sempat memprotes, jari Brian Won sudah menekan lehernya.

“Apa yang ingin kamu lakukan?!” tanya Luo Nang gugup.

“Tidak ada. Aku hanya ingin membuatmu tidur beberapa jam.”

Dak!

Jari Brian menekan leher Luo Nang hingga terdengar bunyi keras.

Tubuh Luo Nang tersentak sebelum akhirnya kehilangan kesadaran dan jatuh pingsan di lantai.

“...” Para mahasiswa dan mahasiswi yang menyaksikan kejadian itu tampak panik dan ragu untuk menolong.

Brian Won tak memedulikannya. Ia melangkahi tubuh Luo Nang dan berjalan ke arah Vivian dengan senyum hangat.

Yim Shu langsung panik melihat Brian mendekat.

“Kyaa! Si tampan datang ke sini! Vivi, mungkinkah dia terpesona dengan kemolekan tubuhku?!” ucapnya heboh.

“...” Vivian terdiam melihat reaksi berlebihan sahabatnya.

“Tenanglah. Dia tidak datang untukmu, tapi untukku,” ucap Vivian datar.

“Cih, kenapa selalu begini,” keluh Yim Shu.

Brian Won berhenti di depan Vivian. Ia tersenyum tipis.

“Vivian, apakah kamu tahu siapa aku?”

Vivian menatapnya datar dan mengangguk.

“Kau adalah teman Kakakku, sekaligus orang yang akan menjadi bodyguard-ku mulai sekarang,” jawabnya dingin.

“...” Brian Won merasa sedikit aneh dengan sikap Vivian.

“Vivian, meski kita baru bertemu, bukankah sikapmu terlalu dingin? Aku ini teman baik Juna. Dia sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri,” jelas Brian serius.

“Saudara? Ha ha ha ha, benar-benar lucu!”

Bruak!

Vivian menampar meja dengan keras.

“Jika kau benar-benar menganggap Kakak Juna sebagai saudara, lalu kenapa dia bisa mati?!

Aku sudah tahu semuanya! Misi terakhir Kakak Juna dilakukan bersamamu! Lalu kenapa kau bisa selamat sementara Kakak Juna meninggal?!”

Yim Shu tertegun melihat amarah Vivian yang tak biasa. Ia memegang bahu Vivian untuk menenangkan.

“...” Brian Won menunduk. Kedua tangannya mengepal.

“Aku...”

“Apa?! Kenapa kau tidak menjawab?! Jangan bilang kau merasa bersalah karena membiarkan Kakakku mati?!” teriak Vivian.

Semua pandangan tertuju pada mereka.

Vivian menyadari hal itu dan mendengus.

“Huh! Yim, ayo pergi. Aku tidak mood mengikuti kelas hari ini!”

“Eh, Vivi, mau ke mana kita pagi-pagi begini?” Yim Shu buru-buru menyusul.

Saat melewati Brian, Yim Shu berbisik,

“Maaf, tampan. Vivian belum bisa melupakan Kakak Juna.”

Vivian berhenti sejenak tanpa menoleh.

“Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah memaafkanmu karena telah membiarkan Kakak Juna mati!”

Setelah itu, ia berlari keluar. Yim Shu mengikutinya dengan napas terengah.

---

Beberapa saat kemudian, seorang wanita paruh baya memasuki kelas. Melihat keadaan yang kacau, ia membeku lalu meminta penjelasan dari salah satu mahasiswa.

---

Universitas Yazart memiliki aturan ketat. Sebagai pelaku pemukulan, Brian Won dibawa ke ruang BK.

Namun sebelum hukuman dijatuhkan, Wu Yun datang dan berbicara dengan dosen penanggung jawab.

Brian pun dibebaskan tanpa hukuman.

Masalah Luo Nang akan ditangani Wu Yun secara pribadi. Keluarga Luo adalah keluarga besar dengan aset ratusan juta.

(1 Mata Uang Novel = Rp5.000)

---

Brian Won keluar dari ruang BK dengan kebingungan.

“Sudahlah, aku akan ke tempat Kak Jeni saja. Kudengar dia baru pindah ke Kota Bunga,” gumamnya.

Ia menuju parkiran dan mengendarai mobilnya sesuai arahan ponsel.

Dalam perjalanan, pikirannya dipenuhi wajah Vivian.

“Aku tak bisa menyalahkannya. Dia sangat menyayangi Kakaknya.

Meski tak sepenuhnya benar, Juna memang mati karena aku terlalu lemah... bahkan sekarang pun aku belum yakin bisa mengalahkan satu orang dari kelompok itu.”

Tubuhnya merinding mengingat kekuatan mereka.

Tangannya mengepal di setir, tekad kuat terpancar dari wajahnya.

“Huh! Apa pun yang terjadi, aku akan membalas dendam!” tegas Brian Won dingin.

---

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel