Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Menarik Perhatian

Wu Yun melakukan pekerjaannya dengan cepat dan menyelesaikannya dalam waktu kurang dari lima menit.

Tak!

Wu Yun memberikan stempel pada surat rekomendasi Brian. Ia kemudian menyerahkan kembali surat tersebut dengan sangat sopan.

“Tuan Brian, Tuan bisa langsung mengikuti kelas hari ini,” ucap Wu Yun dengan nada sopan.

“...” Brian menerima surat rekomendasi itu dan mengangguk dengan ekspresi datar.

“Apakah urusanku di sini sudah benar-benar selesai?” tanya Brian Won dengan nada ragu.

“Benar, Tuan. Namun alangkah baiknya jika Tuan menunggu sampai Lina datang dan membawakan Tuan minuman,” jawab Wu Yun dengan nada penuh harap.

“Tidak perlu, aku tidak merasa haus,” ucap Brian Won dengan nada datar.

Ia berdiri dan berjalan ke arah pintu dengan ekspresi tenang. “Oh ya, aku harus pergi ke kelas yang mana?”

“Tuan Brian, Nona Vivian sedang berada di kelas farmasi sekarang. Tuan Brian bisa datang ke kelas farmasi yang berada di gedung sebelah,” jelas Wu Yun dengan sopan.

“Baiklah, terima kasih. Oh ya, sebaiknya kamu segera memasang pengharum ruangan di sini, soalnya bau aneh ini cukup mengganggu orang.”

Ceklek!

Brian langsung membuka pintu begitu ia selesai bicara.

Wu Yun membeku di tempat dan tidak bergerak sedikit pun sampai Lina kembali sambil membawa dua gelas minuman.

“Tuan Wu Yun, di mana pemuda tampan itu?” tanya Lina dengan ekspresi bingung.

Wu Yun tersadar dan segera menatap Lina dengan serius. “Sudah pergi. Lina, kamu harus segera membeli pengharum ruangan terbaik!”

“Eh?” Lina langsung tertegun.

Namun, Lina tidak banyak bicara dan segera mengikuti arahan Wu Yun untuk pergi membeli pengharum ruangan.

…..

Sementara itu, Brian yang baru saja keluar dari ruangan Wu Yun dikejutkan oleh banyaknya mahasiswi yang sudah berkumpul di depan pintu.

Melihat mahasiswi yang sebelumnya ia acak bicara, Brian langsung memahami apa yang telah terjadi.

“Maaf, tapi bisakah kalian memberiku jalan?” ucap Brian Won dengan suara lembut.

1000 Damage!

Wajah para mahasiswi yang berkerumun langsung memerah. Mereka menunduk dengan ekspresi malu-malu dan mengangguk lembut sebagai tanggapan.

Kemudian, mereka memberi jalan bagi Brian untuk pergi.

Beberapa mahasiswi yang cukup berani mulai berusaha mengakrabkan diri dengan Brian. Brian menanggapi mereka dengan sopan, meskipun ia tetap menjaga jarak dengan semua orang.

Kelas Farmasi.

Duduk di kursi paling depan, terlihat seorang gadis muda berambut pink yang duduk dengan ekspresi tenang.

Di samping gadis itu, terdapat seorang gadis berambut pirang yang sedang berdebat dengan seorang pemuda tampan berambut cokelat.

“Luo Nang! Bukankah kau sudah ditolak Vivian sebelumnya? Kenapa kau masih bersikeras? Cepat pergi dan jangan ganggu Vivian lagi!!” ucap gadis berambut pirang itu dengan nada kesal.

“Yim Shu, kenapa kamu yang marah? Aku hanya ingin mengobrol sebentar dengan Vivian, jadi tolong jangan ganggu urusanku,” balas pemuda bernama Luo Nang itu.

“Kamu! Vivi, usir saja orang ini sendiri. Aku sudah lelah mengurusnya,” ucap Yim Shu dengan nada lelah.

Gadis berambut pink, Vivian, melirik ke arah Luo Nang dengan tatapan dingin.

“Pergi. Jangan pernah mengganggu kehidupanku lagi!” ucap Vivian dengan nada dingin.

“Vivi, kenapa kamu bersikap seperti ini padaku? Bukankah hubungan kita ini spesial?” tanya Luo Nang dengan nada sedih.

“Huh! Spesial katamu? Jangan mengada-ada. Cepat pergi sebelum aku melaporkan tindakanmu ini kepada ayahku!” ancam Vivian dengan nada acuh.

“...” Luo Nang terdiam.

Ia mengangguk dengan ekspresi tak berdaya dan berjalan menjauh.

“He he, Vivi, lihat wajah Luo Nang tadi. Sepertinya dia tidak akan menyerah mengejarmu,” ucap Yim Shu dengan nada main-main.

Vivian melirik ke arah Luo Nang dan mendengus kesal.

“Huh, sepertinya begitu. Aku akan meminta ayah memberikan peringatan kepadanya nanti,” kata Vivian dengan suara rendah.

Yim Shu mengangguk sambil tersenyum. Ia menatap Vivian lebih dekat, lalu tiba-tiba menghela napas pelan.

“Vivi, apa kamu masih sedih dengan kematian Kakak Juna?” tanya Yim Shu dengan ekspresi sedih.

Vivian langsung membeku. Ia menunduk, ekspresinya berubah muram, dan air mata mulai menggenang di matanya.

“Maaf, Vivi! Aku tidak bermaksud membuatmu sedih lagi!” Yim Shu panik lalu memeluk Vivian erat.

“Tidak apa-apa, aku paham maksudmu,” balas Vivian dengan suara pelan.

Yim Shu memeluk sahabatnya itu lebih erat dan berbisik pelan di telinganya.

Setelah beberapa saat, suasana sedih pun perlahan mereda dan mood Vivian kembali seperti semula.

Yim Shu menghela napas lega, lalu tiba-tiba teringat sesuatu.

“Oh ya, Vivi, coba lihat postingan ini!” Yim Shu menyalakan ponselnya dan memperlihatkan sebuah foto kepada Vivian.

Awalnya Vivian tidak terlalu tertarik. Namun, begitu melihat foto mobil Lamborghini Aventador berwarna hitam, ia langsung merebut ponsel Yim Shu dan mengamati foto itu dengan saksama.

“Ini... tidak mungkin. Bagaimana bisa mobil ini muncul di universitas?” gumam Vivian dengan nada tak percaya.

Yim Shu terlihat bingung dan memiringkan kepalanya dengan ekspresi polos.

“Vivi, kamu mengenal mobil ini?” tanya Yim Shu ragu.

Vivian tanpa sadar mengangguk. “Ini mobil Kakakku. Kenapa bisa ada di parkiran universitas?”

“Apa kamu yakin, Vivi? Menurut caption postingan, mobil ini milik seorang mahasiswa baru yang baru datang hari ini,” ucap Yim Shu dengan ekspresi ragu.

“Tentu saja aku yakin! Soalnya di Negara Naga hanya ada satu mobil seperti ini, dan itu milik Kakakku,” jelas Vivian dengan nada serius.

“Lalu, siapa yang membawa mobil ini ke universitas?” tanya Yim Shu kebingungan.

“...” Vivian terdiam. Ia menunduk dan berpikir keras hampir satu menit sebelum akhirnya teringat sesuatu.

“Jangan-jangan, mahasiswa baru itu—”

Bruak!

Sebelum Vivian menyelesaikan ucapannya, pintu kelas tiba-tiba terbuka keras. Seorang pemuda tampan berambut hitam masuk ke dalam kelas, dikelilingi oleh beberapa mahasiswi.

“Kalian ini, apa kalian juga mau mengikuti kelas farmasi?” tanya Brian Won dengan nada ragu.

“Tidak, kami hanya ingin mengantarkan Anda,” jawab salah satu mahasiswi berkacamata dengan jujur.

“...” Brian Won terdiam.

Ia merasa kepalanya sedikit pusing menghadapi kerumunan mahasiswi ini.

“Hah, kalau begitu terima kasih sudah mengantarku. Sekarang kalian bisa pergi ke kelas masing-masing,” kata Brian Won dengan nada pasrah.

Para mahasiswi mengangguk dan pergi satu per satu. Selang satu menit, Brian Won akhirnya terbebas dari kerumunan itu dan mulai mencari keberadaan Vivian.

Saat melihat Vivian yang duduk di kursi paling depan di pojok kelas, Brian merasa sedikit bersemangat dan berniat menghampirinya.

Namun baru beberapa langkah, Luo Nang tiba-tiba muncul bersama beberapa mahasiswa dan menghadang Brian Won.

“Eits, Bro, mau ke mana kau?” tanya Luo Nang dengan nada main-main.

“Hm? Aku ingin menyapa gadis berambut pink itu. Jadi, bisakah kalian minggir dari jalanku?” jawab Brian Won dengan nada datar.

Luo Nang terkejut. Ia menutup wajahnya lalu tertawa lepas.

“Ha ha ha ha! Apa katamu? Kau ingin bicara dengan Vivian? Jangan harap! Vivian tidak akan sudi bicara denganmu,” ejek Luo Nang.

Mahasiswa lain yang datang bersama Luo Nang ikut tertawa dan mengejek Brian tanpa ampun.

Menghadapi ejekan itu, Brian tetap terlihat sangat tenang dan sama sekali tidak terpancing provokasi mereka.

Sementara itu, Vivian langsung menoleh begitu mendengar suara Luo Nang yang cukup keras.

“Vivi, pemuda tampan itu... mungkinkah dia mahasiswa baru yang membawa mobil milik Kakakmu?” tanya Yim Shu tanpa sadar.

“...” Vivian tidak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan sebagai tanggapan.

---

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel