Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Bulan Madu

Bab 5 Bulan Madu

“Seorang anak perempuan yang kau ambil dengan akad adalah perempuan yang selalu di jaga mati-matian oleh keluarganya. Jika kamu menyakiti perempuanmu sama saja kamu menyakiti keluarganya.”

“Aku mau minta maaf, Mas,” ucap Welny yang kini duduk di atas ranjang sambil menunduk.

“Maaf?” tanya Clift sambil memegang sisi wajah istrinya. Ia menatap tajam istrinya yang kini menunduk takut.

“Ya,” lirih Welny dengan suara yang bergetar.

“Maafmu tidak akan mengembalikan keadaan seperti semula!” balas Clift sambil melepaskan tangan dari wajah istrinya.

“Tapi aku menyesal, Mas,”

“Menyesal saat semua sudah terjadi? Ke mana pikiranmu saat kamu akan melakukan hal konyol itu!”

“Maaf,”

“Hah! Sudahlah semua juga sudah terjadi! Jangan salahkan saya jika nantinya kamu tidak akan bisa berbelanja lagi,”

“Loh kok begitu?”

“Salah siapa mengundurkan diri saya dari tempat kerja secara sepihak,” geram Clift lalu merebahkan tubuhnya di ranjang.

Meira terdiam sesaat, “tapi untuk bulan madunya jadi kan, Mas?” tanya Welny dengan wajah berbinarnya.

“Terserah! Saya sudah kehilangan pekerjaanku, jadi sekarang terserah kamu mau apa. Tapi ingat, untuk bilang ke Ayah, saya serahkan semuanya ke Kamu!”

“Iya itu urusan gampang buat seorang Welny. Ya sudah ayo kita ke rumah Ayah sekarang, Mas!”

“Sekarang?” tanya Clift sambil mengernyitkan keningnya.

“Iya! Biar besok langsung berangkat!”

“Yang benar saja, Welny!”

“Ini benar, Mas! Ayo nanti keburu malam,”

“Kita belum makan malam, Welny kalau kamu lupa!”

“Itu urusan gampang, Mas! Kita bisa makan di rumah Ayah!”

“Kamu mau menjatuhkan harga diri saya dengan makan malam di sana?” tanya Cilft dengan nada kesalnya.

“Menjatuhkan harga diri bagaimana?”

“Itu mengajak makan malam di rumah orang tuamu, seolah saya tidak bisa memberi makan kamu!”

“Ayah tidak akan berpikiran seperti itu, Mas. Dia justru senang kalau kita makan di sana, jadi ada teman makan katanya.”

“Ha! Ayolah cepat bersiap!” perintah Clift sambil menyambar jaket yang tergantung di belakang pintu kamarnya kemudian memakainya. “Jangan lama-lama! Sebelum saya berubah pikiran!”

“Iya, Mas sebentar!” teriak Welny dari arah kamar mandi.

Percayalah sebentarnya seorang wanita bisa buat lelaki memejamkan matanya barang hanya sebentar. Terbukti saat Welny telah selesai bersiap Clift tertidur di sofa kamarnya.

“Mas!” panggil Welny sambil menepuk pipi suaminya.

Clift membuka matanya secara perlahan, “sudah selesai?”

“Sudah!”

“Ya sudah, bawa mobilnya saya lelah!” ucap Clift sambil melemparkan kunci mobilnya ke Welny.

“Mas tega membiarkan aku menyetir mobil?”

“Ya!” balas Clift cuek.

Welny mendengus, ia meraih tas selempangnya yang tergeletak di meja rias lalu mengikuti langkah suaminya yang sudah berjalan keluar lebih dulu.

“Kunci rumahnya jangan lupa!” perintah Clift yang kini menyandarkan tubuhnya di pintu mobil sebelah kiri.

“Kenapa tidak, Mas yang kunci sendiri sih!” keluh Welny sambil mengunci pintu rumahnya dengan kasar.

“Disini suaminya itu saya! Jadi saya yang berhak mengatur kamu bukan sebaliknya,” balas Clift sambil membuka pintu mobil setelah sebelumnya di buka kunci mobilnya oleh istrinya.

Clift memejamkan matanya setelah mendudukkan tubuhnya di jok mobil. Sebenarnya ia pun tak tega jika istrinya tang menyetir, tapi tubuhnya seperti sedang kurang enak badan sejak emosi yang meluap tadi.

“Mas sakit?” tanya Welny sambil menatap suaminya sekilas dan kembali memusatkan pandangannya ke arah depan.

“Tidak! Sudah menyetir yang benar!”

“Iya, iya!”

***

Setelah memberikan kunci mobilnya ke pegawai rumah Ayahnya, Welny berjalan masuk ke dalam rumah Ayahnya yang sudah dibuka oleh pelayan.

“Ayah!” seru Welny berlari menuju Ayahnya yang kini sedang menikmati makan malam.

“Hai Princess Ayah datang?”

“Iya, Ayah! Aku kesini ada yang mau dibicarakan dengan Ayah,”

“Bicara tentang apa?”

“Ada pokoknya nanti! Sekarang biarkan aku makan dahulu!” ucap Welny sambil menyambar piring di depannya.

“Kamu belum makan, Princess?”

“Belum, Yah!”

“Kamu tidak dikasih makan sama suamimu?” tanya Ayah sambil menatap Clift dengan tatapan yang sulit di artikan.

“Bukan seperti itu Ayah! Sebenarnya tadi, Mas Clift sudah menawarkan aku makan dulu sebelum kesini. Tapi aku ingin makan bareng Ayah,” bela Welny sambil menggenggam tangan suaminya.

Welny tertawa dalam hati saat merasakan tangan suaminya yang terasa dingin di genggamannya itu. Ternyata suaminya itu mati kutu hanya dengan Ayahnya, bagaimana kalau Ayah tahu bagaimana perlakuan suaminya kepada dirinya, bisa-bisa perang dunia.

“Baiklah kalau begitu, ayo makan!” seru Ayah sambil melanjutkan makannya.

***

“Jadi apa yang mau kalian bicarakan? Bukan hal kemari ‘kan?” tanya Ayah yang kini mereka duduk di sofa ruang kerja Ayah Welny.

Welny melirik suaminya yang hanya diam tanpa kata.

“Kami mau bulan madu, Yah!”

“Wah benarkah?” tanya Ayah antusias.

“Iya, Yah!”

“Sepertinya sebentar lagi Ayah gendong cucu!” ucap Ayah sambil terkekeh geli.

“Ayah! Jangan meledek kami!”

“Hahahaa.... baiklah maafkan Ayah,” ucap Ayah sambil berusaha menghentikan tawanya saat melihat wajah memerah dua orang di depannya. “Mau bulan madu ke mana kalian?”

“Ke Labuhan Bajo, Yah!”

“Wah! Setuju Ayah kalau kalian berbulan madu di sana. Suasananya mendukung. Apa Ayah boleh ikut?”

“Kalau, Ayah ikut itu namanya bukan bulan madu tapi liburan, Yah!”

Ayah tertawa mendengar jawaban putrinya yang polos itu, “Ayah bercanda, Sayang! Eh Clift kenapa diam saja dari tadi?”

Clift seketika gelagapan, “tidak apa-apa, Ayah Cuma sedikit tidak enak badan saja,” balas Clift kaku.

“Loh kalau tidak enak badan begini, bagaimana mau bulan madu?”

“Tidka papa, Yah. Clift Cuma kurang istirahat saja, nanti kalau sudah dibawa istirahat pasti sembuh kok.”

“Oalah semoga seperti itu ya,”

“Oh ya, Yah. Kami mau pinjam pesawat pribadi Ayah sama Cotage milik, Ayah di sana,”

“Boleh. Apa sih yang tidak buat kamu! Apalagi buat bulan madu! Ayah senang banget malah!” seru Ayah dengan hebohnya.

“Terima kasih, Ayah,”

“Iya sama-sama. Kalian mau berangkat kapan?” tanya Ayah sambil mengelus kepala putrinya.

“Besok, Yah!”

Clift seketika menoleh ke arah istrinya, ia tidak tahu jika akan berangkat secepat itu. Tak pernah terlintas dipikirannya jika berangkat besok. Sedangkan yang ditatap hanya tersenyum penuh kemenangan.

“Bagus! Semakin cepat semakin baik!”

“Iya dong, Yah!”

“Oke nanti Ayah hubungi pihak penerbangan dan juga penjaga Cotage untuk menyiapkan segala keperluannya. Mau berangkat jam berapa?”

“Jam delapan pagi, Yah!”

Clift kembali di buat terkejut atas kelakuan istrinya itu, ia sangat tahu kelemahannya. Ia tidak bisa membantah jika di depan Ayah mertuanya itu.

“Sudah tidak sabar sepertinya, Princess, Ayah ini!”

“Iyalah! Orang Ayah sudah lama tidak mengajak aku liburan!”

“Ya maaf, Ayah sedang banyak kesibukan!”

“Sibuk saja terus alasannya!”

“Memang seperti itu adanya, Princess!” balas Ayah sambil mengacak kepala putrinya yang selalu ia anggap kecil itu.

“Hmmm! Ya sudah kami mau pamit pulang saja, Yah sudah malam!”

“Lebih baik kalian menginap disini. Lagian suami kamu sudah tidak tahan sama kantuknya,” saran Ayah sambil terkekeh pelan.

Welny menatap suaminya yang memang terlihat sudah sayu,”bagaimana, Mas?”

“Saya ikut kamu saja, lagian ini rumah kamu kan!”

“Rumah kamu juga, Mas!”

“Iya benar itu yang dibilang, Welny ini rumah kamu juga, Clift,” sahut Ayah.

“Iya, Yah,”

“Ya sudah sana ke kamar lekaslah tidur!” perintah Ayah tidak bisa di bantah.

Mereka pun mengikuti perintah Ayahnya, Welny mengajak suaminya ke lantai atas menuju kamar miliknya dulu.

“Kenapa kamu memutuskan keputusan dengan cara sepihak,” tanya Clift yang kini duduk di atas ranjang istrinya.

“Maksudnya?”

“Itu tadi memutuskan keberangkatan kita dengan sepihak.”

“Hanya hal sepele, Mas! Lagian Welny sudah tidak sabar buat ke sana.”

“Sepele? Tapi setidaknya kita diskusikan terlebih dahulu, Welny!”

“Ya maaf, Mas. Aku tidak tahu kalau, Mas juga menginginkan untuk turut andil dalam hal seperti ini. Apa mau diganti?”

“tidak usah! Cepat tidur lelah saya!” balas Clift merebahkan tubuhnya di ranjang kemudian memejamkan matanya menjemput mimpi.

“Ayah adalah cinta pertama seorang anak perempuannya. Seorang pria yang tak pernah menyakiti dalam hal apa pun. Pria yang penuh kasih sayang dan tak rela jika anak perempuannya tersakiti.

*Istri yang Tertukar*

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel