Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

Pada saat itu juga, Jeriko lulus kuliah dan pulang membawa pacarnya. Dia mengatakan akan menikah dengan pacarnya.

Jika dia lebih peduli padaku, dia akan tahu tentang pembongkaran itu. Namun, sejak dia kuliah, dia seperti orang yang berbeda, jarang pulang ke rumah dan makin jarang meneleponku.

Bahkan ketika dia membawa pacarnya yang bernama Anita untuk bertemu denganku, dia berkata dengan nada meremehkanku, "Bu, restoran kecil itu sangat berantakan dan tubuh Ibu penuh minyak. Baunya sangat menyengat."

Bagaimanapun, ini adalah pertama kalinya aku bertemu dengan calon menantu perempuanku, jadi aku tetap memaksakan senyuman dan tidak membalas.

Namun, selama sisa proses pernikahan, Jeriko bahkan tidak mengajukan satu pertanyaan pun kepadaku, seolah-olah membawa Anita untuk bertemu denganku saja hanya karena sejalan.

Oh ya, aku tiba-tiba teringat bahwa aku juga sudah memesan wedding organizer untuk pernikahan putraku.

Aku langsung pergi kantor WO itu dan berkata langsung ke intinya, "Aku ingin membatalkan pesanan."

"Bu, ada apa? Kalau ada yang kurang pas, Ibu bisa mengatakannya kepada saya." Pegawai di resepsionis terlihat bingung.

Aku harus mengarang alasan di luar kepala.

"Terjadi sesuatu dan pernikahan dibatalkan. Jadi, aku tidak perlu merayakan pesta pernikahan lagi."

Namun, setelah aku selesai berbicara, putraku Jeriko membawa Anita ke mari untuk mendiskusikan proses pernikahan.

Melihatku, wajah Jeriko langsung menjadi pucat dan menghardik, "Kenapa datang ke mari? Bukannya aku sudah bilang, kamu tidak perlu pergi ke pesta pernikahan."

"Dan juga, apa yang kamu kenakan ini? Wanita yang sudah tua pakai baju yang mencolok begini."

Anita menarik-narik bajunya, memberi isyarat agar dia tidak banyak bicara.

Namun, Jeriko tidak peduli dan berteriak dengan tidak sabar, "Ibu mau apa lagi? Apa Ibu baru puas setelah mengacaukan pernikahanku?"

Pegawai resepsionis menyadari apa yang sedang terjadi dan bertanya dengan hati-hati, "Ibu, apa Ibu masih ingin membatalkan pesanan?"

"Ya."

Aku berkata melalui gigi yang terkatup.

Jeriko terdiam, mengerutkan kening dan bertanya, "Kenapa mau dibatalkan?"

Pegawai resepsionis menatapku dengan tatapan canggung.

Jeriko menjawab dan berkata dengan sinis, "Cuma karena aku tidak mengizinkanmu pergi ke pesta pernikahan, kamu mau membatalkan semua pesanan?"

"Apa harus sampai seperti itu? Sejak kapan kamu jadi suka buat masalah?"

"Besok ayah dan Bibi Ririn harus pergi ke hotel untuk mengurus segala sesuatunya. Jadi, bisakah kamu berhenti membuat masalah? Menjengkelkan sekali!"

Aku terdiam sejenak saat anakku memarahiku di depan banyak orang.

Ketika melahirkannya saat itu, aku mengalami persalinan yang sulit dan mengalami pendarahan.

Kemudian, ketika bercerai dengan suamiku, aku dipukuli oleh mantan suamiku demi bisa mendapatkan hak asuh anak, bahkan meninggalkan rumah tanpa membawa harta satu peser pun.

Aku membesarkannya sendirian, menyekolahkannya, mengatur pernikahannya, menyumbangkan uang dan tenaga.

Namun, aku malah membesarkan anak yang tidak tahu terima kasih.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel