Bab 2
Setelah putraku pergi, aku memungut pakaian yang terjatuh di lantai dengan berlinang air mata. Lalu, aku mengembalikannya kepada pemilik butik.
"Maaf, aku tidak butuh pakaian ini lagi, tolong bantu aku pilihkan baju yang cocok dipakai untuk sehari-hari?"
Pemilik butik tidak mengajukan pertanyaan lain karena melihat sikap Jeriko kepadaku. Dia dengan ramah memilihkan baju yang aku minta.
"Dua baju ini, bagaimana?"
Aku merasa gayanya cukup bagus, jadi aku mencobanya.
Pantulan wanita di cermin begitu anggun dan berwibawa saat mengenakan pakaian ini. Aku bahkan sampai tidak percaya dengan penampilanku sendiri.
Pemilik butik menatapku dengan penuh pengakuan, "Cocok sekali. Kita para wanita juga harus memikirkan penampilan kita, jangan bersedih karena beberapa orang yang tidak penting."
Aku tahu bahwa pemilik butik sedang berusaha menghiburku.
Aku merasa tersentuh sekaligus sedih, tidak menyangka bahwa anak yang aku besarkan dengan tanganku sendiri lebih peduli kepada orang asing.
Sambil menekan emosi di dalam hati, aku mengangguk setuju, "Ya, aku akan membeli keduanya."
Setelah membayar, aku langsung naik taksi ke hotel.
Hotel ini adalah hotel yang sudah aku pilih dan pesan untuk pernikahan Jeriko.
Saat ini, aku tidak memerlukannya lagi.
Manajer hotel bertanya dengan sedikit terkejut, "Tanggal pernikahannya bulan depan, apa Ibu yakin mau membatalkan pesanan?"
Aku menganggukkan kepala.
Manajer tersebut kembali menegaskan, "Kalau mau membatalkan pesanan, akan dikenakan biaya potongan dua puluh persen. Apa Ibu sudah yakin?"
Aku masih menganggukkan kepala.
Karena Jeriko bahkan tidak mengizinkanku datang ke pernikahannya, dia juga pasti tidak akan menyukai hotel yang aku pesan, bukan?
Melihat saldo di dalam rekening, aku merasa jauh lebih tenang saat menerima pengembalian pembayaran sebanyak dua ratus juta.
Aku naik taksi ke toko emas, menggunakan uang tersebut untuk membeli gelang dan kalung emas.
Dalam beberapa tahun terakhir, harga emas telah meroket dan harganya sangat tinggi.
Namun, Jeriko berkali-kali mengatakan kepadaku bahwa aku harus memberikan gelang emas sebagai hadiah pertemuan untuk menantuku nanti.
Sekarang, setelah mengenakan gelang dan kalung emas untuk diriku sendiri, aku akhirnya tahu mengapa menantu perempuanku sangat menyukai emas.
Siapa yang tidak akan menyukai hal sebagus ini?
Sesaat setelah membeli emas, aku berdiri di pinggir jalan, di mana orang-orang datang dan pergi. Tiba-tiba, aku merasa sedikit bingung.
Sejak bercerai, hati dan pikiranku selalu terfokus untuk putraku.
Putraku kuliah dan aku fokus mengurus restoran.
Bisnis restoran berjalan dengan baik, ditambah lagi ada kompensasi pembongkaran bangunan. Tabungan selama bertahun-tahun ditambah dengan kompensasi pembongkaran, membuat saldo di rekeningku mencapai sepuluh miliar.
Karena masalah pembongkaran, restoran ditutup untuk sementara. Aku memiliki tabungan sebanyak ini dan jadi lebih bingung.
Walaupun punya banyak uang, aku tidak tahu harus membelanjakannya untuk apa.