Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4

Aku menghela napas panjang, berpura-pura tidak memiliki anak sepertinya, lalu dengan tegas bergegas ke resepsionis, "Aku batalkan pesanannya, tidak masalah kalau harus dipotong biaya pelayanan."

Jeriko mencibir, "Baiklah, anggap saja kamu memang hebat. Lakukan saja semaumu, aku ingin lihat sampai mana kamu akan membuat masalah."

Anita yang berdiri di samping Jeriko buru-buru menghampiri dan memegang lenganku, lalu berkata dengan lembut, "Bibi kenapa? Apa ada kesalahpahaman dengan Jeriko?"

Namun, sebelum aku sempat mengatakan sesuatu, Jeriko menarik Anita ke sisinya, lalu mendorongku pergi.

"Anita, tidak usah dipedulikan. Dia pasti sendang menopause, jadi menyebalkan!"

Aku tersandung, berpegangan pada meja agar tidak jatuh.

"Tidak usah pura-pura. Kamu ingin mengubah pesta pernikahan, aku ingin lihat sampai mana kamu ingin mengubahnya."

Setelah mengatakan itu, Jeriko bahkan tidak menatapku lagi dan langsung menarik Anita pergi.

Ternyata Jeriko masih dengan bodohnya berpikir bahwa aku membatalkan pesanan pesta pernikahan di sini karena aku ingin mengatur pesta pernikahan lain untuknya.

Benar-benar konyol.

Pegawai resepsionis membantuku duduk dan memanggil staf terkait untuk membantuku mendapatkan pengembalian dana.

Setelah pengembalian dana, saldoku bertambah seratus enam puluh juta.

Meskipun pengembalian ini harus mengalami berbagai pemotongan biaya terkait, aku tidak mempermasalahkannya karena aku tidak ingin menguntungkan orang tidak tahu terima kasih itu.

Ketika aku sampai di rumah, hari sudah gelap.

Namun, aku masih menghubungi agen penjualan rumah.

Dalam waktu kurang dari dua puluh menit, salah satu karyawan agen penjualan rumah tersebut berlari dan berkata dengan penuh semangat, "Bu, akhirnya Ibu sudah membuat keputusan menjual rumah itu?"

"Ibu tidak tahu saja kalau pasangan muda di seberang jalan sudah dari dulu ingin membawa orang tua mereka tinggal di sana. Tapi, setelah berdiskusi dengan Ibu, Ibu bersikeras untuk tidak menjualnya."

Aku menghabiskan seluruh tabunganku untuk membeli rumah itu sebagai hadiah pernikahan Jeriko.

Ketika aku membeli rumah itu, Jeriko sedang berada di luar kota untuk melakukan perjalanan bisnis, jadi formalitasnya diselesaikan dengan terburu-buru. Karena itulah aku menggunakan namaku dalam sertifikat.

Awalnya, aku ingin menunggu sampai pernikahan dilangsungkan, baru memindahkan kepemilikan atas nama Jeriko.

Kalau dipikir-pikir, untung saja aku membeli rumah itu atas namaku sendiri.

Bagaimanapun, Jeriko memiliki ayah yang kaya, jadi dia tidak mungkin peduli dengan rumah yang dibelikan oleh ibunya yang menyebalkan ini.

Karena pasangan muda ini sudah lama mengincar rumah itu, proses pengurusan dokumen berjalan dengan cepat.

Uang dalam rekeningku langsung bertambah sepuluh miliar.

Melihat deretan angka-angka di saldo rekeningku, aku menyadari bahwa uang lebih penting dari apa pun.

Namun, Jeriko, anakku, tidak menginginkannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel