Siapa pengirim alat Shalat itu?
Arumi memandangi mukena itu, dia heran siapa yang mengirim mukena,sajadah dan tasbih itu.
"Siapa ya pengirim semua ini?"Tanya Arumi penasaran.
Arumi meletakkan mukena itu diatas ranjang.
"Pengirim ini pasti tahu pekerjaanku."Kata Arumi. Karena mikirin pengirim alat shalat itu Arumi hampir lupa jualan. Dia segera menyimpan alat shalat itu dialmari lalu pergi mengambil jamu dirumah Mbak Siti.
"Telat bangun Rum, kok baru datang?"Tanya Mbak Siti.
"Nggak Mbak tadi ada urusan dulu."Jawab Arumi.
Arumi berkeliling menjual jamu, kali ini dia jualan dikompleks Ana. Beberapa Ibu yanh mengenal dia tampak menggunjingkannya.
"Arumi, nah kayak gini kan bagus bajunya nggak kelihatan gunung."Kata Bu Ami.
"Iya Bu, Ibu sama Pak Andre kapan nikahnya?"Tanya Arumi.
"Masih 2 minggu lagi Rum, cuma nikah di KUA udah tua nggak usah resepsi."Jawab Bu Ami.
"Iya Bu, resepsi juga ngabisin duit."Kata Arumi.
"Semalam kamu cantik sekali pakai jilbab Rum, kenapa nggak pakai jilbab aja terus?"Tanya Bu Ami.
"Ah belum siap Bu."Kata Arumi tersenyum.
Arumi melanjutkan keliling, tepat didepan rumah Ana Ibunya Ana beli jamu.
"Rum, Ana kan sebentar lagi nikah kamu kapan?"Tanya Ibu Ana.
"Maaf Bu, belum ketemu jodohnya."Kata Arumi.
Ana keluar dari rumah,"Tumben keliling disini Mbak?"Tanya Ana.
"Iya Na, mau cari info."Kata Arumi.
"Info apa Mbak?"Tanya Ana penasaran.
"Nduk tadi habis shalat subuh ngapain kamu bicara sama Ustadz Maulana? Tanya-tanya soal pernikahan?"Tanya Ibu Ana.
"Iya Bu,"Jawab Ana sambil melirik Arumi. "Oh ya Mbak, tadi mau cari Info apa?"Tanya Ana.
"Itu, akh dapat kiriman alat shalat ada mukena,sajadah dan tasbih. Kira-kira dari siapa ya Na? Soalnya jarang yang tahu alamatku."Tanya Arumi.
"Alah itu pasti dari penggemar Mbak Arumi."Kata Ana.
"Penggemar siapa?Mbak kan nggak dekat sama siapapun."Kata Arumi.
"Ya Ana juga nggak tahu Mbak, Ana juga kan belum pernah lihat rumah Mbak Arumi."Jawab Ana.
"Ana ponselmu bunyi."Teriak Ibu Ana dari dalam rumah.
"Udah dulu ya Mbak,"Kata Ana.
"Iya aku juga mau lanjut kerja."Kata Arumi.
Arumi ingin mengumpulkan uang lalu mengajak kerja sama dengan Mbak Siti untuk membuka kedai jamu.
"Aku harus kerja keras."Kata Arumi.
Dalam perjalanan Arumi melihat ustadz Maulana sedang berjalan.
"Assalamualaikum ustadz."Sapa Arumi.
"Waalaikumsalam Mbak Arumi,"Jawab Ustadz Maulana."Sekarang jualan disini lagi Mbak?"Tanya Ustadz Maulana.
"Nggak ustadz pindah-pindah tempat, soalnya takut yang beli jamu bosen lihat wajah saya terus."Kata Arumi.
"Lho kenapa bosen? Mbak Arumi kan cantik."Kata Ustadz Maulana.
Arumi tersipu malu dipuji cantik oleh pria idamannya. Arumi senyum-senyum sendiri mendengar pujian itu.
"Mbak kok malah senyum-senyum sendiri sih, Hayo mikirin apa?"Tanya Ustadz Maulana.
"Mikirin Ustadz."Jawab Arumi malu.
"Kenapa mikirin saya Mbak?"Tanya Ustadz Maulana penasaran dengan jawaban Arumi.
"Udah dulu ya Ustadz saya mah lanjut jualan."Kata Arumi salah tingkah dan meninggalkan Ustadz Maulana yang kebingungan.
"Nggak dijawab malah kabur."Kata Ustadz Maulana.
Arumi hatinya berdebar-debar dia tidak sanggup menjawab pertanyaan Ustadz Maulana.
"Ah kenapa tadi aku nggak bilang karena aku sayang ustadz aja sih."Omel Arumi menyalahkan dirinya sendiri.
Arumi menjalankan sepeda motornya, ke pos ronda disana banyak Bapak-bapak.
"Jamunya Pak silahkan dibeli."Kata Arumi.
"Beli Mbak,"Teriak Pak Fajar.
Yang ada di Pos ronda ada sekitar 10 orang semua ditraktir Pak Fajar jamu.
"Terimakasih Pak Fajar udah borong kamunya."Kata Arumi lalu melanjutkan berkeliling. Tepat Jam 3 sore jamu sudah habis Arumi kerumah Mbak Siti.
"Mbak semisal aku punya modal, Mbak siti mau nggak kerja sama dengan saya bikin kedai jamu. Nanti jualannya nggak hanya jamu gendong aja."Kata Arumi.
"Mau lah Rum, bagus itu malahan."Jawab Mbak Siti semangat.
"Sementara aku kumpulkan uangnya dan cari ruko yang strategis Mbak."Kata Arumi.
"Iya Mbak, karena tempat juga mempengaruhi."Jawab Mbak Siti senang.
Arumi sampai dirumah tepat pukul 4 sore dia segera mandi.
Ada tamu sedang memencet bel, ternyata Fatimah.
"Belum masak kan?"Tanya Fatimah.
"Belum Fat, baru habis mandi."Jawab Arumi.
"Ini aku balikin piring kamu sakalian antar makanan ini."Kata Fatimah meperlihatkan Piring yang diatasnya sudah ada bakmie goreng.
"Wah enak nih, Terimakasih ya."Kata Arumi."Aku coba ah, Yuk masuk!"Ajak Arumi. mereka ngobrol diruang makan,"Enak nih."Kata Arumi.
"Enak lah kan beli."Jawab Fatimah.
"Kirain masak sendiri,"Kata Arumi.
"Aku nggak bisa masak Rum, maklumlah sering dimana Umi."Kata Fatimah.
"Kapan-Kapan kita masak berdua, nanti aku ajarin."Kata Arumi.
"Oke Terimakasih,"Jawab Fatimah.
"Fat, tadi pagi ada yang nganter paket, isinya alat shalat."Kata Arumi."Aku tidak tabu siapa pengirimnya."Tambah Arumi.
"Pakai Aja buat shalat biar yang memberi nggak sedih."Kata Fatimah.
"Tapi..."Kata Arumi terhenti karena suara ponsel Fatimah.
"Aku pulang ya, Mama telfon soalnya."Kara Fatimah.
"Iya, makasih makanannya."Kata Arumi.
Arumi melanjutkan makan sedangkan Fatimah sudah pergi.
"Siapa pengirim alat mukena itu ya?"Batin Arumi.
Selesai makan Arumi merasa capek dia tertidur hingga malam. Tepat pukul 10 malam arumi terbangun. Dia mulai lapar lagi dia segera memasak.
setelah makan dia melihat ponselmu, Susan habis menelfon Arumi beberapa kali. Bahkan ada pesan juga. Susan memanggil Arumi karena ada tamu VIP.
Susan marah karena Arumi tidak menjawab panggilan ponselnya.
"Biarkan saja marah."Kata Arumi. "Biarlah toh aku capek."Kata Arumi lalu berbaring diatas ranjang hingga tertidur kembali.
Pagi harinya Arumi dimarahin Mamanya.
"Kamu bikin malu Mama rum."Kara Susan."Kemana saja semalam?"Tanya Susan.
"Semalam Arumi ikut pengajian,Ma."Jawab Arumi.
"Pengajian? Kamu sudah gila?"Tanya Susan Marah.
"Iya Ma ,apa salahnya ikut pengajian."Kata Arumi.
"Nggak gitu apa kamu sudah taubat?"Tanya Susan.
"Nggak Ma, lagian kenapa kalau aku taubat?'Tanya Arumi.
"Salah banget lah, jarang loh kerja kayak kamu taubat?''Kata Susan.
"Terserah Mama, aku pusing."Kata Arumi. Susan marah dia menampar Arumi, "Jangan pernah membangkang kamu."Teriak Susan. Arumi memegang pipinya yang terasa Panas. Susan melihat Ada alat shalat dirumah Arumi.
"Buat apa ini? siapa yang dapat inj
?"Tanya Susan.
"Itu buat aku Ma, aku dikirimin paket orang tak dikenal."Kata Arumi.
"Buang saja aku tidak suka." Bantah Susan.
"Ma tolong hargai pemberi paket itu jangan dibuang."Kata Arumi mengiba.
Susan marah sekali, putrinya berusaha untuk taubat. Susan membanting,piring yng ada dimeja.
"Jangan pernah berfikir buat lepas dariku."Bentak Susan lalu pergi.
Fatimah sedari tadi melihat susan marah. Fatimah segera menemui Arumi. Dia takut jika terjadi sesuatu dengan Arumi.
"Rum,kenapa kamu ngalah."Tanya Fatimah.
"Dia kan Mamaku Fat mana mungkin aku ngelawan."Kata Arumi.
"Kok marah terus aku lihat."Kata Fatimah.
"Maklum sudah tua kadang pikun."Jawa b Arumi.
"Masih muda gitu kok Pikun, kalian nggak akur?"Tanya Fatimah.
"Ya begitulah aku nggak suka sama Mama."Kata Arumi.
Fatimah tiba-tiba pingsan, Arumi panik sekali.
"Fatimah...bangun. Fat."Kata Arumi memggoyang goyangkan tubuh Fatimah. Namun fatimah tidak kunjung bangun.