Fatimah hamil?
Fatimah pingsan, Arumi membopongnya keatas sofa lalu mengambil minyak kayu putih. Beberapa saat kemudian dia tersadar, "Kamu sakit Fat?"Tanya Arumi.
"Iya nggak enak badan lagi."Kata Fatimah."Aku pulang ya Rum."Kata Fatimah.
"Ya udah aku antar takut jatuh."Kata Arumi memapah Fatimah.
Arumi pulang serah Fatimah sampai didalam rumah.
"Pucat sekali wajah Fatimah, sakit apa ya dia."Kata Arumi.
Arumi masuk kedalam rumah, hari ini dia tidak jualan.
Siang hari Arumi mengantar makanan ke rumah Fatimah. Arumi sudah pencet bel namun tidak ada yang keluar. Karena pintu tidak dikunci Arumi masuk begitu saja. Dia menuju kamar Fatimah, pintu kamar Fatimah tidak tertutup rapat. Sepertinya Fatimah sedang menelfon,"Tolong tanggung jawab dengan apa yang kamu lakukan sama saya."Kata Fatimah terisak.
"Apa kamu tidak mau? lalu siapa yang akan bertanggung jawab atas benih yang kamu tanam dirahimku?"Tanya Fatimah.
Mendengar ucapan Fatimah diponsel Arumi kaget, Fatimah hamil? Dan si pria tidak mau tanggung jawab? Batin Arumi.
Arumi mundur beberapa langkah hendak berbalik arah.
"Arumi..."Panggil Fatimah."Ngapain kamu disini?"Tanga Fatimah.
"Mau ngantar makanan ini."Kata Arumi. "Tadi aku pencet bel, kamu nggak keluar jadi aku masuk aja."Kata Arumi.
"Sini biar aku makan pas aku lagi lapar padahal tadi udah makan."Kata Fatimah.
Mereka makan sambil ngobrol, namun Arumi tidak berani menanyakan tentang kehamilan Fatimah.
"Rum, boleh minta tolong nggak?"Tanya Fatimah.
"Iya minta tolong apa Fat?"Tanya Arumi.
"Belikan aku rujak ya, pak motorku aja. ini uangnya."Kata Fatimah sambil menyodorkan kunci motor dan uang 50ribuan.
"Iya aku berangkat dulu ya."Kata Arumi lalu pergi beli rujak.
Sesampainya ditempat beli rujak sepi sehingga tidak antri.
"Nyidam ya Mbak?"Tanya penjual rujak.
"Nggak Bu, buat Fatimah tetanggaku."Jawab Arumi.
"Mbak Fatimah yang pakai hijab rumahnya perumahan situ no 5 ya Mbak?"Tanya penjual rujak.
"Kok ibu kenal?"Tanya Arumi.
"Tiap hari Mbak saya delivery rujak kesitu belinya kadang 2-3bungkus."Jawab penjual rujak."Kayaknya dia ngidam deh Mbak. Suaminya kok nggak pernah kelihatan ya Mbak?"Tanya Tukang rujak.
"Mungkin pas Ibu kesana suaminya lagi kerja.''Jawab Arumi asal.
"Bisa jadi sih Mbak, soalnya siang hari."Jawab PenjuL rujak.
Arumi kembali kerumah Fatimah, didepan rumah Fatimah ada sebuah mobil. Ternyata fatimah ada tamu, Arumi berhenti didepan pintu. Mereka sepertinya sedang berdebat diruang tengah.
"Kamu kan sudah aku bilangin gugurin kandungan kamu, kamu sih maksa buat pertahanin. Sekarang kamu minta tanggung jawab."Kata Pria itu."Kamu tahu Istriku tidak mau dikasi jadi lebih baik kamu gugurkan saja.Ini aku beri uang."Kata Pria itu.
"Tidak Mas, aku tidak mau."Kata Fatimah terisak.
"Ya sudah kalau begitu kamu besarkan anak itu sendiri."Kata pria itu.
Arumi mengucapkan salam, seketika didalam tampak hening. Fatimah menemui Arumi.
"Sudah pulang Mi?"Tanya Fatimah.
"Iya baru aja nih, aku nggak berani masuk sepertinya ada tamu."Jawab Arumi.
"Iya, itu temanku sedang mampir."Kata Fatimah.
"Fatimah aku pulang ya."Kata Pria itu.
Wajahmu seperti tidak asing, tapi Arumi tidak tahu pernah bertemu dimana. Pria itu ketika melihat Arumi tampak kaget lalu pergi begitu saja.
"Kamu habis nangis Fat?"Tanya Arumi.
"Iya ini tadi teman saya cerita, ceritanya menyedihkan jadi aku nangis."Kata Fatimah berbohong.
Mereka makan rujak bersama, selesai makan rujak Arumi pamit pulang.
"Pulang dulu ya Fat, kalau butuh apa-apa jangan sungkan telfon aku."Kata Arumi lalu pulang.
"Siapa pria tadi?"Tanya Arumi penasaran.
Sesampainya dirumah Arumi tiduran, dia ingat pria itu salah satu pelanggan VIPnya dulu.
"Kasihan Fatimah kalau harus membesarkan anaknya seorang diri."Kata Arumi.
Mata Arumi terpejam dan akhirmya terlelap.
Esok harinya saat akan pergi mengambil jamu Arumi bertemu denga. Fatimah.
"Mau kemana Fat?"Tanya Arumi.
"Pergi sebentar kerumah saudara."Jawab Fatimah. "Duluan ya,"Tambah Fatimah.
Arumi mengunci pintu lalu pergi, hari ini dia pindah lokasi keliling, Arumi keliling disekitar komplek dekat perumahan.
Hari ini sepi pembeli jadi Arumi cepat pulang.
"Fatimah...baru pulang kamu."Kata Arumi.
"Iya Rum,"Kata Fatimah lalu masuk kedalam rumahnya.
Arumi segera mandi hari ini dia sangat kecapekan.
Fatimah tiba-tiba datang dan menangis,"Kamu kenapa Fat?"Tanya Arumi.
Fatimah tidak menjawab dia hanya menangis.
"Fat, apa aku boleh bertanya?"Tanya Arumi.
"Tanya Apa Rum?"Tanya Fatimah sambil mengelap airmatanya dengan ujung jilbab.
"Apa benar kamu hamil?"Tanya Arumi.
Fatimah menganggukkan kepalanya, tanda bahwa benar dia hamil.
"Pria kemarin yanv menghamili kamu kan?"Tanya Arumi.
"Iya, tapi dia sudah punya istri Rum."Kata Fatimah terisak.
"Sabar Fat, aku juga nggak bisa bantu semoga saja dia mau tanggung jawab."Kata Arumi.
"Dia udah angkat tangan Rum, aku terpaksa harus membesarkan anak ini sendiri."Kata Fatimah.
"Orang tuamu tahu?"Tanya Arumi.
"Mereka tahu nggak kalau kamu hamil?"Tanya Arumi.
"Mereka nggak tahu Rum, aku tidak berani bilang."Kata Fatimah.
"Sabar ya, harusnya kamu jujur pada orang tuamu."Kata Arumi.
"Bapak sakit-sakitan Rum, aku nggak tega buat ngomong."Jawab Fatimah.
"Aku yakin kamu sanggup menjalani ini semua."Kata Arumi.
"Semoga saja Rum,"Kata Fatimah.
Mereka ngobrol tentang Pria kemarin, Arumi belum bisa jujur pada Fatimah tentang kehidupan dia.
"Aku mungkin akan merepotkan kamu Rum."Kata Fatimah.
"Nggak apa-apa Fat, kalau bisa pasti aku bantu."Jawab Arumi prihatin dengan apa yang Fatimah Alami. Pertama melihat Fatimah, Arumi merasa dia wanita yang lugu ternyata dia juga hampir sama dengan Arumi. Disini entah Fatimah adalah korban atau pelaku Arumi tidak tahu.
"Rum, gimana ya nanti nasib anakku bila tanya Papanya?"Tanya Fatimah.
"Fat, lahir aja belum kok udah mikir nyampe situ. Yang kamu fikirkan adalah gimana nanti kamu bisa membesarkan anak itu seorang diri."Kata Arumi.
"Aku sebenarnya tidak ingin hamil, tapi entah kenapa aku juga enggan untuk menggugurkannya."Kata Fatimah.
"Mungkin kamu takut nambahin dosa kamu."Jawab Arumi asal.
"Ya bisa juga seperti itu, tapi aku senang sekali pas tahu aku hamil."Kata Fatimah."Andai ada pria yang mau menikahi aku, pasti aku akan patuh padanya."Tambah Fatimah.
"Semoga saja lekas terkabul, supaya kamu tidak membesarkan anakmu itu seorang diri."Kata Arumi.
"Aamiin. Tapi apa mungkin ada yang mau sama wanita yang sudah bunting? bodoh sekali dia."Kata Fatimah.
"Gimana sih kok malah ngomongnya begitu? Siapa tahu emang ada."Kata Arumi.
"Hanya disinetron Rum adanya, didunia nyata wanita udah hamil mah cuma jadi bahan gosip."Kata Fatimah.
"Gimana sih awalnya kamu sampai bisa seperti ini? aku kok penasaran?"Tanya Arumi.
Bukannya menjawab Fatimah malah bengong dia melamunkan sesuatu.
"Hey kok ngelamun sih?"Tanya Arumi.
"Aku harus cerita darimana ya? bingung soalnya kalau cerita."Kata Fatimah.
"Ya udahlah kalau nggak mau cerita."Kata Arumi.
"Aku jadi simpanan dia udah lama sekali. Sekitar 5 Tahun lah aku sama dia."Kata Fatimah membuka percakapan.
Belum sempat Fatimah melanjutkan ceritanya terdengar seseorang memanggil nama Fatimah.
"Fatimah... keluar kamu!"Teriak seorang wanita.
Arumi dan Fatimah keluar dari rumah Arumi. Fatimah ketakutan ketika melihat wanita itu.